Sabtu, 19 Agustus 2017

Jangan Memilih Aku



“Memang apa susahnya si tinggal jawab ya terus menikah? kan sudah kelihatan kalau dia cowo baik-baik, pekerjaannya jelas, tampang ok, body bagus kurang apa coba!.” Diseruputnya es capucino yang baru diantar pelayan satu menit yang lalu.

“Benar dari segi fisik dan penampilan memang dia cowo yang tidak ada cacatnya.” Sambil melahap mie ayam makanan favorit anak muda zaman sekarang.

“Nah itu sadar. Kenapa masih mikir. Zaman sekarang ini banyak anak muda yang gak jelas pekerjaannya, perlu dicatat jarang diusia yang masih cukup muda tapi karir sudah mumpuni. Kadang gw masih suka bingung sama jalan fikiran lw Kar. Kalau aja gw belom menikah sama Adit udah gw sikat si Rommy.”

Karina tersenyum menanggapi tingkah kesal sahabatnya. Dini sahabat yang tak pernah bisa diam walau hanya satu menit, ada saja yang dikomentarinya entah mas-mas yang sedang lewat, make up pelayan yang terlalu menor, pesanan yang lama datang dan masih banyak lagi topik hangat yang membuat bibirnya gatal untuk berucap. Karena bakatnya itu Dini menjadi salah satu penyiar radio terkemuka di Jawa Timur. Ketika masih SMA Dini salah satu penyiar yang ditunggu-tungu suaranya, bahkan ia memiliki julukan ratunya para cempreng. Hal tersebut yang selalu membuat Karina kangen dengan sahabatnya walaupun Dini orang yang berisik dan ramai Karina tidak pernah malu ketika sedang jalan bersamanya.

Siang ini yang menjadi topik panas Dini adalah Rommy cowo yang dahulu sama-sama sekolah dengan mereka sedang gencar mendekati Karina, gadis kaku yang sulit mengekspresikan dirinya. Dari semasa sekolah Rommy sudah terang-terangan menampakkan rasa sukanya pada Karina, kadang ia juga sering mengajak Karina untuk pulang bersama menggunakan sepedah motornya. Namun tak sedikitpun Karina menanggapi rasa cinta Rommy. Semasa sekolah sampai saat ini bisa dihitung jari berapa banyak laki-laki yang menjadi temannya. Semasa Karina kecil ia sudah ditanamkan agar menjaga jarak dengan para lelaki. Orang tuanya akan berubah menjadi galak ketika mendapati Karina jalan bersama makhluk yang bernama laki-laki. Ibunya selalu berpesan jangan pernah salah untuk menaruh suka pada lelaki yang kurang baik dalam pergaulan, karena sekali terjerat dengan gombalan mereka maka akan sulit untuk melepaskan jeratan tersebut.
“Semua anak diangkatan kita sudah menikah. Bahkan banyak yang sudah memiliki anak. contohnya Ika teman sekelas kita itu sudah memiliki 4 orang anak. memang kamu tidak iri sama dia?” Dini melahap suapan terakhir nasi ramesnya.

“Mas minta air mineralnya satu botol.” Karina memotong pembicaraan mereka.

“Mulai deh kalau gw sudah menjurus kemasalah anak pura-pura gak dengar.”

Kini gilian Karina yang menatap tajam perempuan yang ada di depannya. Dini asik mengaduk-aduk es capucino mencari kesibukan menghindar dari tatapan sahabatnya, ia sadar Karina mulai bosan dengan topik siang ini. Keduanya sama-sama diam, suara pengunjung kantin sehat tempat kerja mereka menjadi saksi ketegangan keduanya. Kenapa harus menyinggung tentang anak apa salahnya dengan jalan hidup yang dipilihnya toh selama ini orang tuanya tak pernah memaksanya untuk segera menikah.

“Gw memang bodoh kalau sampai melewatkan kesempatan emas ini. Laki-laki impian para wanita datang secara cuma-cuma menawarkan kehidupan rumah tangga yang bergelimang harta.” Ia menggeleng-gelengkan kepalanya seperti sedang mengasihani diri sendiri menarik nafas lalu menghembuskannya dengan berat.

Dini merubah posisi duduknya. Ia sadar kini saatnya Karina akan berbicara dengan serius.

“Apalagi dizaman serba sulit ini. Gw gak usah harus capek berangkat sebelum matahari terbit demi mengejar kereta dan berdesakan di dalamnya.” Sambil meneguk air mineral.

“Terus alasannya apa?” “Itu lw sudah hafal betul.” Dini tambah penasaran dengan Karina.

Ternyata selama ini Dini dan Rommy sering bertukar informasi tentang Karina. Rommy masih menyimpan suka, walaupun sudah berlalu selama lima tahun. Tetapi api cinta untuk Karina tetap menyalah dihatinya. Bagi Rommy cara mudah untuk mengetahui perempuan berjilbab yang disukainya itu dengan menggali banyak informasi dari sahabatnya.
Karina  memulai percakapannya kembali. Wanita berkaca mata di hadapannya masih setia menunggu kalimat yang akan keluar dari mulut gadis berkulit sawo matang itu.

“Lw mau tahu satu hal yang Rommy gak punya? Benteng terkuat bagi seorang laki-laki, yaitu keimanan.”

Dini mulai bingung mendengar alasan Karina.

“Zaman sekarang kita gak butuh laki-laki soleh tapi laki-laki berduit. Emang lw mau menikah sama cowo soleh tapi kantongnya tipis?” Tanyanya meremehkan.

“Kenapa gak. Gw yakin dengan sifat solehnya itu dia mampu menjaga kehormatan isterinya. Laki-laki soleh itu lebih mahal dari langit, bumi dan seisinya.” Karina mulai mengebu-gebu ia semangat untuk menghentikan sikap jahil Dini.

Dini tak mampu berkata-kata lagi, ia menarik nafas pasrah. Ia kalah telak dengan Karina.

“Dari mana lw tahu tentang keimanan Rommy? Selama ini kan lw yang selalu menghindar.” Kini giliran Dini yang sewot.

“Kalau memang sayang dan mau sama gw. Ngapain susah payah mencari informasi dari lw. Laki-laki baik dan gentel pasti langsung datang ke rumah calon mertua.” Karina tersenyum seperti sedang meremehkan Rommy.

“Ya mungkin bel.”

Belum sempat Dini melanjutkan kalimatnya Karina terlebih dahulu memotong ucapannya.

“Ingat Din ketika kita memutuskan untuk menikah, pertama yang harus menjadi bahan pertimbangan kita adalah keimananya. Kalau ia memiliki keimanan berarti kita bisa memberi nilai baginya 1, jika ia tampan kita menambahkan angka 0. Jadi 10. Kalau ia juga punya harta akan bertambah 0 lagi. Jadi 100. Kalau dia cerdas tambahkan 0 lagi. Menjadi 1000 tetapi jika ia tidak memiliki yang pertama maka ia hanya bernilai 000. Sama saja tidak bernilai sama sekali.”

“Rommy memang lelaki baik-baik. Yang memiliki segalanya tetapi gw gak mencari itu. Dari dahulu gw gak pernah mau berurusan dengan cinta monyet karena gw punya standar harus bagaimana cowo yang akan menjadi pendamping hidup gw.”

Karina berharap dengan jawabannya Dini akan mengerti tentang dirinya. Selama ini Karina selalu menghindar membicarakan lawan jenis. Baginya masih banyak hal penting dan menarik untuk didiskusikan. Setelah mendengar panjang lebar jawaban Karina sepertinya Dini semakin mengerti tentang sahabatnya.

“Ok sekarang gw tahu apa yang selama ini menjadi bahan pertimbangan lw. Sebagai sahabat tugas gw hanya mendukung apa yang menjadi keputusan lw.” Dini tersenyum menanggapi keputusan Karina.

Keduanya sama-sama tersenyum.

“Yuk balik. Jam istirahat sudah mau habis.” Ajak Karina sambil berdiri.

“Bayar dulu bu baru pergi.”

Apa salahnya memutuskan menjadi wanita kuper dalam percintaan. Nabi dan Rasul tak pernah sekalipun mengajarkan pacaran. Jika kita memang suka dengan lawan jenis mengapa tidak lansung merayu sang pemiliki cinta untuk ditakdirnya bersama dengan laki-laki yang kita cintai. Kodrat wanita memang menunggu lamaran yang datang tetapi ia berhak memilih siapa yang pantas memberikan pelukan cinta baginya. Alpa diri dari malam minggu bukan berarti kosongnya hati. Tuhan pasti sudah menyiapkan laki-laki yang selalu berdoa setiap waktu untuk kita. Karena laki-laki yang baik hanya untu wanita yang baik pula. Point utama dalam hidup ini adalah menjadi baik untuk medapatkan yang terbaik.

Tangerang, 19 Agustus 2017
Indahnya Melukis Hari
Kece Day 3


1 komentar:

  1. KINI DEWALOTTO MENYEDIAKAN DEPOSIT VIA PULSA TELKOMSEL / XL
    UNTUK KEMUDAHAN TRANSAKSI , ONLINE 24 JAM BOSKU ^-^
    WWW.DEWA-LOTTO.NAME
    WA : +855 88 876 5575

    BalasHapus

 

Melukis Hari dengan Kata Template by Ipietoon Cute Blog Design