“Apakah
kau yakin untuk menghilang?”
“Ya
aku yakin”
“Tidak
akan ada satu pun makhluk yang dapat melihat mu. Semua akan mengabaikan
kerjakeras mu”
“Disaat
penduduk bumi bahagia tanpaku itu sudah lebih dari cukup untuk menebus
kesalahanku”
“Baiklah
jika itu yang kau inginkan. Jangan marah jika mereka melupakanmu. Mereka akan melupakan
kau pernah ada”
Tuhan
meyakinkan angin tentang permintaannya padahal semua penduduk bumi sangat
bergantung padanya. “Bunga-bunga mencintaimu, kupu-kupu bercanda riang denganmu,
manusia selalu memanggil-manggil namamu bahkan gunung tersenyum riang untukmu”.
Memori
tentang masa lalu menari-nari dalam benaknya.
“Bawalah
aku ke negeri seberang” Pinta burung-burung
“Terimakasih
berkat bantuanmu padiku tumbuh dengan baik”
“Angin
ajak kami berkeliling taman” anak-anak kecil merengek dengan senyuman jahil
“Terbangkanlah
serbuk sari ku ini ketempat yang jauh”
Penduduk
bumi berbondong-bondong memuji angin mereka mencintai angin layaknya seperti keluarga.
Kemanapun angin melangkahkan kaki ia akan lelah tersenyum karena namanya selalu
di panggil dan menjadi buah bibir. Angin sungguh menikmati kehidupan dari
Tuhan.
“Tuhan
aku sangat bahagia dengan hidup yang kau berikan, semua makhluk memujiku. Mereka
puas dengan segala yang aku berikan. Petani berterimakasih, anak-anak riang
tertawa, bunga-bunga puas dengan bantuanku bahkan para tumbuhan dan binatang
selalu tertidur pulas jika ada aku”
“Aku
senang jika kau senang” Tuhan menjawab dengan gagah
“Aku
sudah siap menerima kekuatan besar yang kau tawarkan dua hari lalu, aku yakin
dengan kekuatan itu semua makhluk akan tambah menyukaiku”
“Apakah
kau siap dengan tantangan yang aku berikan? Dengan lembut Tuhan bertanya kepada
angin
“Ya aku siap. Dengan kekuatan baru yang kau berikan aku
yakin kehidupan di bumi akan semakin sejahtera karena ku”
***
Angin senang dengan kekuata barunya, akhirnya ia
memanggil semua penduduk bumi untuk memberi tahu tentang kehebatannya. Tak lama
kemudian penduduk bumi berkumpul di hadapan angin.
“Akan
ku tunjukkan betapa hebatnya aku” angin mulai membanggakan diri. Semua makhluk
tidak sabar ingin melihat kemampuan barunya. Mata-mata penasaran penduduk bumi
membuat angin besar kepala.
“Kalian siap melihat kehebatan baru ku” Angin bertanya
dengan kencang
“Ya kami siap” penduduk bumi menjawabnya tak kalah
semangat seperti angin.
“Baik mulailah berhitung”
“Satu.. Dua.. Tiga..”
Seketika semua yang ada di hadapan angin menjadi
porak-poranda. Pemandangan menjadi sangat berantakan, anak-anak kecil menangis kencang,
orang-orang sibuk mencari sanak saudara, tumbuhan tercabut dari tanah,
hewan-hewan lari kocar-kacir.
Angin kaget setelah apa yang dilakukannya ia tak percaya
dengan apa yang dilihatnya. Awalnya ia membayangkan semua makhluk akan tambah
kagum dengannya.
“Apa yang kau lakukan?”
“Kembalikan anakku”
“Angin
lihat sebagian besar tumbuhan mati karna mu, bagaimana kami akan menjadikan
bumi rindang”
“Hey angin tanggung jawablah dengan kekacauan ini”
Semua makhluk menghujatnya ia tak bisa berbuat apa-apa, hanya
bisa menerima cacian dengan sedih. Satu kesalahan yang di lakukannya menghapus
semua kebaikannya di mata penduduk bumi.
***
Mulai
saat itu angin menghilang selamanya, tak satupun penduduk bumi yang mengingat
dan melihatnya. Ia terlupakan karena satu kesalahannya saja.
Jadilah seperti angin
ia memang tidak terlihat namun tak ada yang menyangkal bahwa ia dapat di
rasakan adanya.
Tangerang, 31
Agustus 2017
Indahnya Melukis
Hari