Minggu, 20 Agustus 2017

Caisar oh Caisar


            Bel istirahat berbunyi nyaring tiga kali seperti teriakan klakson kereta api mengusir kendaraan yang menghalangi jalan. Istirahat waktu terindah yang dinanti-nanti semua siswa. Seketika para siswa-siswi berlari berhamburan keluar kelas, layanya segerombolan semut yang baru saja keluar secara masalah dari sarangnya. Ada yang berlari ke kantin, lapangan, perpustakaan dan mushola. Seperti biasa tempat paling asik disinggahi anak rohis adalah musholah. Rutinitas penting setelah menunaikan dua rokaat sholat dhuha tanpa komando mereka akan memadati perpustakaan.

            Siswa-siswi SMA Pertiwi biasa menyebut perpustakaan adalah base camp anak rohis. Akan ada pemandangan yang menyejukkan mata ketika melangkahkan kaki ke dalam perpustakaan. Muslimah berjilbab panjang akan memenuhi hampir semua sudut. Bagi mereka intensitas bertegur sapa itu sangat penting untuk merajut ukhuwah. Tidak hanya menghabiskan waktu dengan membaca tetapi juga berbagi informasi seputar berita Islam yang sedang ramai diperbincangkan.

            “Astagfirullah masa si?” Nuke bertanya dengan heboh. Kedua tangannya menutup bibir mungilnya seakan tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.

            “Kamu sudah tabayyun mengenai informasi itu Ris?” Tanggapan Bella lebih santai ketimbang Nuke.

            “Tabayyun sama orangnya langsung? Hmmm belum. Ana hanya bisa memantau perkembangan dari komen-komennya ig indonesiabertauhidofficial.” Jawab Riska diplomatis.

            “Subhanallah Ukhti solihah jangan salah dalam berbicara. Nanti anti yang akan kena batunya loh.” Kini Bella menutup novel yang tadi dibaca. Ia memandang Riska yang duduk di samping kanan. Menurutnya diskusi kali ini lebih urgent ketimbang membaca.

            “Tapi benar juga si selama ini setiap ana buka ig berita beliau yang selalu ramai.” Nuke seakan mendukung pernyataan Riska.

            “Tuh kan benar. Bukan maksud ana mengada-ngada. Nuke juga tau berita yang lagi happening.” Kini Riska tak mau kalah seakan dia menemukan pendukung yang siap mendukung hujjahnya.

            Belakangan ini tanah air sedang dihebohkan dengan kembalinya Caisar dalam singgahsananya. Kembali menghibur masyarakat lewat goyangannya. Dua tahun yang lalu ia memutuskan untuk murtad dari dunia entertaimen. Selama itu pula tempatnya kosong sampai ia datang kembali untuk mengisinya. Tidak sampai di situ saja yang disayangkan Riska dan teman-teman adalah tindakan Caisar yang mentalaq Indadari wanita yang hampir dua tahun memakai niqab.

            “Kira-kira apa ya alasannya sampai kembali jahiliyya?”

            “Katanya masalah ekonomi. Dan bisnisnya itu sedang diuji sama Allah.”

            “Oooo seperti itu.” Nuke mengangguk-anggukkan kepalanya tanda mengerti tentang teka-teki ini.

            “Terus katanya isteri beliau sakit parah. Makanya untuk membayar biaya pengobatan membutuhkan uang yang banyak.” Lagi-lagi Riska merapihkan bentuk jilbabnya karena terlalu antusias saat berbicara.

            Bella kembali asik dengan kegiatannya seperti lima menit yang lalu. Ia pura-pura tidak tertarik dengan yang dibicarakan kedua sahabatnya. Tetapi terkadang satu dua kali ia melirik kepada keduanya lalu mencuri dengar.

            “Oh ya dia juga sudah melupakan sunah Nabi.”

            “Bagian apa yang dilupakan sama beliau.”

            “Coba anti perhatikan wajah Caisar, udah gak ada malaikat yang bergelantung di jenggotnya.” Ucap Riska sembari tertawa jahil.

            Nuke terbelalak mendengar jawaban Riska. Bella tersenyum kecil menanggapi ocehan sahabatnya.

            “Anti ada-ada aja. Memang malaikatnya bisa dilihat!” Nuke masih belum bisa menghentikan tawanya.

            Keheningan tercipta sesaat Riska dan Nuke sama-sama diam. Tetapi tidak pada kelomok akhwat yang duduk tak jauh dari ketiganya mereka masih terlihat sibuk. Entah sedang membahas apa.

            “Sudah nih ngomongin Caisarnya?” Bella menerobos kebisuan diantara mereka.

            Riska dan Nuke tersenyum menanggapi Bella

            “Ingat ghibah itu dosa loh ukhti-ukhti cantik. Memang kalian mau makan daging teman sendiri?” Sembari menepuk pundak Riska dan Nuke.

            Riska dan Nuke saling melempar pandang. Mereka sadar dari tadi apa yang mereka bicarakan kurang bermanfaat. Kalau sudah Bella yang berbicara pasti akan banyak dalil yang dikeluarkannya.

            “Sebenarnya apa yang mau dilakukan Caisar itu terserah. Sekalipun ia mau jungkir balik sampai tidak bisa balik lagi itu keputusan dia. Mungkin saat ini beliau sedang terlena dengan gemerlapnya dunia, biarkan beliau menikmatinya. Toh itu menjadi pilihan dia.”

            “Benar si.” Riska dan Nuke menjawab bersamaan.

            “Ada kisah menarik yang kemarin ana dapat. Mau tau?”

            “Mau!.”
           
            Bella membetulkan cara duduknya. Untuk lebih mudah berhadapan dengan Riska dan Nuke yang berada di sebelah kanan kirinya.
            “Ada seekor semut mencicipi madu dari pinggir tetesannya.  Ia berfikir kenapa tidak sekalian saja masuk dan menceburkan diri, agar bisa menikmati manisnya lagi dan lagi.  Maka masuklah sang semut tepat di tengah tetesan madu. Ternyata apa yang terjadi?”

            “Semutnya senang.” Sembari tersenyum Nuke menjawab pertanyaannya Bella.

            “Kesusahan dong, kan lengket. Semutnya pasti rempong tuh.”

            “Betul. Badan mungilnya tenggelam dalam madu. Kakinya lengket dan tentu saja tidak bisa bergerak. Malang nian nasibnya sang semut terus seperti itu sampai akhir hayatnya mati dalam kubangan setetes madu. Demikianlah analogi sederhana tentang dunia dan pencinta dunia.” Bella memandang Riskan dan Nuke secara bergantian

            “Ya Allah.” Sambil menarik nafas Nuke menampakkan wajah sedihnya

            “Naudzubillah.” Riska menggeleng-gelengkan kepalanya

            Tidak sampai di situ saja, Bella pun melanjutkan kisahnya.

            “Ada pepatah Arab berbunyi : “Tidaklah kenikmatan dunia berarti apa-apa, melainkan bagaikan setetes madu. Maka siapa yang hanya mencicipinya sedikit, ia akan selamat. Namun siapa yang menceburkan diri ke dalamnya, ia akan binasa. Gimana menurut kalian?”

            “Karena kita sesama muslim jadi jalan terbaik adalah mendoakan beliau.” Nuke menaikan jari telunjuknya.

            “Intinya jalan dakwah itu berliku. Bohong besar kalau kita hidup tanpa ujian. Bahkan ujian terberat di kolong langit ini sudah terlebih dahulu di lewati para Nabi dan Rasul.” Riska  menaik turunkan kedua alisnya. Jawaban terbaik yang baru saja keluar dari mulutnya.

            “Yup benar. Kalau ana boleh menyimpulkan dari kasus Caisar. Terjalnya kehidupan ia saat ini, banyaknya ujian yang Allah berikan padanya. Akan mudah sekali di lewatan jika sedikit lagi ia mau bersabar. Ana ulang lagi sabar sedikit lagi, maka beliau akan mendapati takdir indah dari akhir skenario ujian beliau.” Bella tersenyum manis pada kedua sahabatnya.

            Mereka bertiga sama-sama tersenyum.

            “Satu lagi gaes. Kita yang menentukan selama apa hidayah menjadi teman sejati kita. Karena hidayah itu bukan ditunggu tapi buruh” Sembari mengedipkan kedua matanya Bella berdiri dari tempat duduknya mengajak Riskan dan Nuke untuk kembali ke kelas masing-masing karena bel masuk sudah berbunyi.

            Setelah medengar tanggapan Bella, Riska dan Nuke menjadi tahu apa yang harus mereka lakukan. Dan ketiganya pun setuju untuk tak lagi membahas tentang Caisar. Karena  masih banyak kisah yang lebih bermanfaat yang bisa  mereka bahas. Contohnya bendera NKRI yang berubah warna menjadi putih merah. Kalau menurut Bella anak rohis itu haram hukumnya membicarakan hal yang tak berguna.

Tangerang, 20 Agustus 2017
Indahnya Melukis Hari 
KECE Day 4 
           


            

0 komentar:

Posting Komentar

 

Melukis Hari dengan Kata Template by Ipietoon Cute Blog Design