Bel
istirahat berbunyi nyaring tiga kali seperti teriakan klakson kereta api
mengusir kendaraan yang menghalangi jalan. Istirahat waktu terindah yang
dinanti-nanti semua siswa. Seketika para siswa-siswi berlari berhamburan keluar
kelas, layanya segerombolan semut yang baru saja keluar secara masalah dari
sarangnya. Ada yang berlari ke kantin, lapangan, perpustakaan dan mushola.
Seperti biasa tempat paling asik disinggahi anak rohis adalah musholah. Rutinitas
penting setelah menunaikan dua rokaat sholat dhuha tanpa komando mereka akan
memadati perpustakaan.
Siswa-siswi
SMA Pertiwi biasa menyebut perpustakaan adalah base camp anak rohis. Akan ada pemandangan yang menyejukkan mata
ketika melangkahkan kaki ke dalam perpustakaan. Muslimah berjilbab panjang akan
memenuhi hampir semua sudut. Bagi mereka intensitas bertegur sapa itu sangat
penting untuk merajut ukhuwah. Tidak
hanya menghabiskan waktu dengan membaca tetapi juga berbagi informasi seputar
berita Islam yang sedang ramai diperbincangkan.
“Astagfirullah
masa si?” Nuke bertanya dengan heboh. Kedua tangannya menutup bibir mungilnya
seakan tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.
“Kamu
sudah tabayyun mengenai informasi itu
Ris?” Tanggapan Bella lebih santai ketimbang Nuke.
“Tabayyun sama orangnya langsung? Hmmm belum.
Ana hanya bisa memantau perkembangan
dari komen-komennya ig indonesiabertauhidofficial.” Jawab Riska diplomatis.
“Subhanallah Ukhti solihah jangan salah
dalam berbicara. Nanti anti yang akan
kena batunya loh.” Kini Bella menutup novel yang tadi dibaca. Ia memandang
Riska yang duduk di samping kanan. Menurutnya diskusi kali ini lebih urgent ketimbang membaca.
“Tapi
benar juga si selama ini setiap ana
buka ig berita beliau yang selalu ramai.” Nuke seakan mendukung pernyataan
Riska.
“Tuh
kan benar. Bukan maksud ana
mengada-ngada. Nuke juga tau berita yang lagi happening.” Kini Riska tak mau kalah seakan dia menemukan pendukung
yang siap mendukung hujjahnya.
Belakangan
ini tanah air sedang dihebohkan dengan kembalinya Caisar dalam singgahsananya. Kembali
menghibur masyarakat lewat goyangannya. Dua tahun yang lalu ia memutuskan untuk
murtad dari dunia entertaimen. Selama itu pula tempatnya kosong sampai ia
datang kembali untuk mengisinya. Tidak sampai di situ saja yang disayangkan
Riska dan teman-teman adalah tindakan Caisar yang mentalaq Indadari wanita yang
hampir dua tahun memakai niqab.
“Kira-kira
apa ya alasannya sampai kembali jahiliyya?”
“Katanya
masalah ekonomi. Dan bisnisnya itu sedang diuji sama Allah.”
“Oooo
seperti itu.” Nuke mengangguk-anggukkan kepalanya tanda mengerti tentang
teka-teki ini.
“Terus
katanya isteri beliau sakit parah. Makanya untuk membayar biaya pengobatan
membutuhkan uang yang banyak.” Lagi-lagi Riska merapihkan bentuk jilbabnya
karena terlalu antusias saat berbicara.
Bella
kembali asik dengan kegiatannya seperti lima menit yang lalu. Ia pura-pura
tidak tertarik dengan yang dibicarakan kedua sahabatnya. Tetapi terkadang satu
dua kali ia melirik kepada keduanya lalu mencuri dengar.
“Oh
ya dia juga sudah melupakan sunah Nabi.”
“Bagian
apa yang dilupakan sama beliau.”
“Coba
anti perhatikan wajah Caisar, udah
gak ada malaikat yang bergelantung di jenggotnya.” Ucap Riska sembari tertawa
jahil.
Nuke
terbelalak mendengar jawaban Riska. Bella tersenyum kecil menanggapi ocehan sahabatnya.
“Anti ada-ada aja. Memang malaikatnya
bisa dilihat!” Nuke masih belum bisa menghentikan tawanya.
Keheningan
tercipta sesaat Riska dan Nuke sama-sama diam. Tetapi tidak pada kelomok akhwat yang duduk tak jauh dari
ketiganya mereka masih terlihat sibuk. Entah sedang membahas apa.
“Sudah
nih ngomongin Caisarnya?” Bella menerobos kebisuan diantara mereka.
Riska
dan Nuke tersenyum menanggapi Bella
“Ingat
ghibah itu dosa loh ukhti-ukhti
cantik. Memang kalian mau makan daging teman sendiri?” Sembari menepuk pundak
Riska dan Nuke.
Riska
dan Nuke saling melempar pandang. Mereka sadar dari tadi apa yang mereka
bicarakan kurang bermanfaat. Kalau sudah Bella yang berbicara pasti akan banyak
dalil yang dikeluarkannya.
“Sebenarnya
apa yang mau dilakukan Caisar itu terserah. Sekalipun ia mau jungkir balik
sampai tidak bisa balik lagi itu keputusan dia. Mungkin saat ini beliau sedang
terlena dengan gemerlapnya dunia, biarkan beliau menikmatinya. Toh itu menjadi
pilihan dia.”
“Benar
si.” Riska dan Nuke menjawab bersamaan.
“Ada
kisah menarik yang kemarin ana dapat.
Mau tau?”
“Mau!.”
Bella
membetulkan cara duduknya. Untuk lebih mudah berhadapan dengan Riska dan Nuke
yang berada di sebelah kanan kirinya.
“Ada
seekor semut mencicipi madu dari pinggir tetesannya. Ia berfikir kenapa tidak sekalian saja masuk
dan menceburkan diri, agar bisa menikmati manisnya lagi dan lagi. Maka masuklah sang semut tepat di tengah
tetesan madu. Ternyata apa yang terjadi?”
“Semutnya
senang.” Sembari tersenyum Nuke menjawab pertanyaannya Bella.
“Kesusahan
dong, kan lengket. Semutnya pasti rempong tuh.”
“Betul.
Badan mungilnya tenggelam dalam madu. Kakinya lengket dan tentu saja tidak bisa
bergerak. Malang nian nasibnya sang semut terus seperti itu sampai akhir
hayatnya mati dalam kubangan setetes madu. Demikianlah analogi sederhana
tentang dunia dan pencinta dunia.” Bella memandang Riskan dan Nuke secara bergantian
“Ya
Allah.” Sambil menarik nafas Nuke menampakkan wajah sedihnya
“Naudzubillah.” Riska
menggeleng-gelengkan kepalanya
Tidak
sampai di situ saja, Bella pun melanjutkan kisahnya.
“Ada
pepatah Arab berbunyi : “Tidaklah kenikmatan dunia berarti apa-apa, melainkan
bagaikan setetes madu. Maka siapa yang hanya mencicipinya sedikit, ia akan
selamat. Namun siapa yang menceburkan diri ke dalamnya, ia akan binasa. Gimana
menurut kalian?”
“Karena
kita sesama muslim jadi jalan terbaik adalah mendoakan beliau.” Nuke menaikan
jari telunjuknya.
“Intinya
jalan dakwah itu berliku. Bohong besar kalau kita hidup tanpa ujian. Bahkan
ujian terberat di kolong langit ini sudah terlebih dahulu di lewati para Nabi
dan Rasul.” Riska menaik turunkan kedua
alisnya. Jawaban terbaik yang baru saja keluar dari mulutnya.
“Yup
benar. Kalau ana boleh menyimpulkan
dari kasus Caisar. Terjalnya kehidupan ia saat ini, banyaknya ujian yang Allah
berikan padanya. Akan mudah sekali di lewatan jika sedikit lagi ia mau
bersabar. Ana ulang lagi sabar
sedikit lagi, maka beliau akan mendapati takdir indah dari akhir skenario ujian
beliau.” Bella tersenyum manis pada kedua sahabatnya.
Mereka
bertiga sama-sama tersenyum.
“Satu
lagi gaes. Kita yang menentukan selama apa hidayah menjadi teman sejati kita.
Karena hidayah itu bukan ditunggu tapi buruh” Sembari mengedipkan kedua matanya
Bella berdiri dari tempat duduknya mengajak Riskan dan Nuke untuk kembali ke
kelas masing-masing karena bel masuk sudah berbunyi.
Setelah
medengar tanggapan Bella, Riska dan Nuke menjadi tahu apa yang harus mereka
lakukan. Dan ketiganya pun setuju untuk tak lagi membahas tentang Caisar.
Karena masih banyak kisah yang lebih
bermanfaat yang bisa mereka bahas.
Contohnya bendera NKRI yang berubah warna menjadi putih merah. Kalau menurut
Bella anak rohis itu haram hukumnya membicarakan hal yang tak berguna.
Tangerang, 20 Agustus 2017
Indahnya Melukis Hari
KECE Day 4
0 komentar:
Posting Komentar