Senin, 01 Februari 2016

Selasa Yang Bersemangat



Setiap orang menjalankan perannya di dunia ini sesuai dengan kapasitas dan skenario yang telah Allah tetapkan sendiri, begitu pula dengan gw. Masih memaksakan diri untuk merobek hari dengan semangat yaa walaupun diluar sana masih hujan. Hari ini pergi ke TK naik angkot dag dig dug ngebayangin kemacetan seperti kemarin yang membuat hati was-was, tapi ternyata tidak macet seperti kemarin. Sampe sekolah sudah di sambut sama Naila dan Nabila yang sedang khusyu menggambar. Waktu perjalanan menuju TK papasan sama Caca dan Ayahnya yang sedang naik ojek menembus hujan dengan semangat 45, jadi sedih ngeliatnya subhanallah semangat sekali untuk tetap bersekolah walau cuaca sedang tidak bersahabat, tetapi yang tak kalah kerennya yaitu orang tua mereka dengan motivasi tinggi mengantarkan dan membujuk anak-anaknya untuk sekolah.
            Heboh waktu snack time gara-garanya bawa kentang goreng hmmm anak-anak langsung ngiler sambil mengkriyep-kriyepkan matanya, alhasil bagi-bagi jatah dulu sama mereka dari pada diliatin terus tapi tetap menguatkan kalau kita  harus bersyukur dengan nikmat yang Allah  berikan hari ini. Total teman yang masuk ada 7 orang (Istvan, Viqo, Jason, Naila, Nabila, Caca dan Bita). Masih dengan ribet dan bawelnya mereka walaupun tidak sampai 10 anak yang masuk. Hari ini Caca jadi pemimpin ga tau kenapa akhir-akhir ini anak tersebut jutek banget dan itu sering banget keluarnya, marah-marah ga jelas karena teman-temannya tidak siap dan mengingatkan dengan berteriak memamerkan suara cemprengnya.
            Dibully sama Caca dan Istvan karena kemarin sempat terucap bahwa esok hari pasti cuaca lebih cerah karena biasnya habis gelap terbitlah terang, nyatanya pagi ini rintik-rintik air hujan masih menjadi episode di pagi hari yang bersahaja. Alhamdulillah semua bisa bekerjasama dengan baik semua kegiatan selesai tepat waktu, makan pun anak-anak semangat dan cepat akhirnya gosok gigi paling pertama mengalahkan kelas lain, wahhh rekor muri ni.
Melukis Hari dengan Kata
Tangerang, 10 Februari 2015


SEE YOU AGAIN


            Mengawali tulisan hari ini saya akan membukanya lewat  mimpi yang saya alami tadi malam karena kata salah satu penulis senior di Indonesia untuk menjembatani menjadi penulis pemula agar aktif dan eksis dalam dunia kepenulisan ia harus belajar untuk mengkir mimpi mereka lewat tulisan. Dan saya pun tertarik untuk mengikuti jejaknya. Mungkin tidak sedikitpun mimpi yang saya alami tadi malam  asik dan nikmat dijadikan bahan bacaan tapi setidaknya saya hanya ingin membuktikan kepada Allah bahwa dalam bidang ini saya cukup serius.
            Mimpi saya berawal dari sebuah sindrom headline yang sebelum tidur sempat saya baca, dan tanpa sengaja terekam di limbic dan terealisasikan dalam alam bawah sadar. Kebetulan sebelum tidur sempat membaca dan melihat gambar yang cukup menarik tetapi tidak memutuskan untuk membacanya. Lewat mimpi itu jadi teringat masa-masa dua tahun silam waktu masih aktif sana-sini mengurusi urusan dakwah, sampai segala hal yang saya punya rela dikorbankan untuk mensuksesknya apa yang menjadi fokus saya beberapa tahun silam. Image dakwah tidak jauh-jauh dari jilbab besar, agenda rutin, demo sana-sini dan pastinya pencapaian tersebar untuk merauk masa terbanyak agar sama-sama menjadi seseorang yang mengerti titah Tuhanya. Bagi saya dakwah adalah segalanya saya rela memadati semua waktu luang hanya untuk syuro syuro dan syuro tanpa kenal lelah dan kata puas, karena dengan berorganisasi jadi menambah intuisi dalam bekarya, mainset yang semakin lebih baik, hidup tanpa kompromi, wajah-wajah baru, harapan baru dan tentunya semangat baru.
            Tetapi hari ini dakwah tidak seperti kemarin atau masa lalu, image dakwah sudah tidak seperti yang saya kenal dahulu , kadang sang kader tidak mengerti betul batasan-batasan apa saya yang boleh mereka lakukan dengan lawan jenis, sempat beberapa kali memergoki dan merasakan kurangnya batasan, bahan obrolan, kongko-kongko yang semuanya dilakukan dengan seenaknya segala hal diterobos karena kurangnya pengetahuan dan minimnya kesadaran. Yang sempat saya amati mengapa kita yang sudah di cover menjadi seperti orang-orang yang tidak paham betul batasan haram – halal. Kenapa harus sama disaat semuanya sudah saling mengerti dan mengetahui, akhirnya saya menarik kesimpulan banyak lawan jenis yang tidak menyadari hal tersebut maka akan terlihat seperti orang yang sedang berkhalawat. Yang suka membuat mengelus dada adalah kadang antara mereka masih suka menggunjing saudara sendiri memang tidak sefikroh tetapi mengapa selalu timbul perbedaan disaat semuanya dapat dijalankan dengan bersatu padu.
            Lewat kekesalan yang memuncak saya memutuskan untuk pergi jauh dari mereka dan mencari sarana dakwah yang berbeda, karena banyak hal yang dapat dilakukan untuk dakwah salah satunya lewat tulisan. Semoga langkah yang saya ambil ini tidak salah karena semata-mata  untuk meminimalisir dosa, saya tidak membeci ataupun menyalahkan mereka kita semua punya jalan masing-masing untuk meraih surga Allah, membina itu memang besar pahalanya tetapi saya tidak mau menempuh jalan tersebut, karena berdakwah lewat jalan lain yangj jelas halal itu bukanlah suatu hal yang salah. Semoga suatu saat nanti kita dapat tersenyum dijalan yang sama dan bangga atas pencapaian kerja keras kita dapat terealisasikan.
            Cerita hari ini tidak hanya tentang kehidupan alam bawah sadar saya, tetapi juga tentang skenario yang saya alami dalam dunia nyata. Pagi ini dibuat berbunga-bunga dengan hadiah manis yang diberikan Naila, satu buah bucket bunga buatan yang diberikannya kepada saya dengan tersenyum manis pesan cinta yang terselip lewat lipatan-lipatan kertas yang disulap menjadi bunga mengantarkan cinta yang hakiki dan dapat saya rasakan. Getaran cinta yang disampaikannya membuat saya bangga ikut andil dalam proses pendewasaan Naila dan teman-teman yang lainnya, walaupun hari ini hanya lima anak saja yang masuk tetapi atmosfir ukhuwah kami sangat terasa nikmatnya. Inilah bonus yang saya dapatkan dengan menjadi seorang tenaga pendidik dicinta banyak peserta didik menghasilkan kekuatan tersendiri dalam menghantarkan mereka pada pintu kesuksesan, setiap hari hanya atmosfir cinta dan ukhuwah sesama muslim yang dapat dirasakan, dan betapa nikmatnya menjadi seorang guru yang selalu dinantikan kehadirannya oleh teman-teman kecil. Ketika sudah bertemu dan tatap muka hanya mengeluarkan syair-syair rindu kepada sesama.
            Hari ini kami juga sempat memabahas mimpi besar teman-teman kecil dalam masa depan. Huuuufffffft rempong kalau sudah masuk pada bab ini karena tidak salah satupun dari mereka mau berempati dengan temannya untuk dapat diam sejenak mendengarkan mimpi yang akan mereka jalankan. Akhirnya semua berebut untuk bicara tentang mimpi masing-masing.
1.      Dzaki               :           Pemadan kebakaran
2.      Jason               :           Polisi
3.      Keisha             :           Dokter gigi
4.      Istvan              :           Dokter hewan
5.      Nabila              :           Dokter
6.      Naila                :           Dokter kandungan
7.      Nasya              :           Dokter gigi
8.      Bita                 :           Guru
9.      Viqo                :           Pemain bola
10.  Zhafirah          :           Guru
Itulah mimpi-mimpi mereka, rata-rata dari mereka ingin menjadi seorang dokter, hehehe cita-cita yang tidak pernah lekang dimakan zaman karena seingat saya ketika masih kecil cita-cita saya dan teman-teman juga ingin menjadi seorang dokter. Semoga mereka dapat merealisasikan impian yang menjadi semangat hidup mereka, jadi ingat tentang sebuah lagu yang dinyanyikan musis Indonesia yang memiliki syair sangat indah.
Mimpi adalah kunci untuk kita menaklukan dunia
Berlarilah tanpa lelah agar engakau meraihnya
Bebaskan mimpimu diangkasa
Warnai bintang jiwa
Berlarilah dan terus tertawa walau dunia tak seindah surga
Bersyukurlah pada yang kuasa cinta diduan selama…..
            Tetapi tidak semuanya hari ini diisi dengan pelangi indah, ketika sentra sempat mendapati salah satu teman yang menangis karena persepsi yang sedang miss. Cukup lama saya membujuknya untuk segera melupakan keluh kesahnya berbagai cara dipatahkan dan terasa seperti tidak berguna untuk menghadapi air mata yang terus membahasi wajah polosnya. Nama anak tersebut adalah Adillah bocah manis nan pintar yang kurang mendapatkan sentuhan dari orang tuanya, karena sudah putus asa menghadapi tingkahnya hanya dapat memeluk dan mengelus bagain kepala sampai tulang ekor anak tersebut diam tak berkutik seperti sedang merasakan belaian seorang Ibu yang selama ini dirindukannya. Subhanallah efek dari minimnya ilmu untuk mengasuh anak yang terserang dalam sendi-sendir pemahaman seorang Ibu pada saat ini membuat anak-anak mereka mengalami masa yang disebut menyedihkan, dari beberapa orang yang saya temui ketika sedang membahas tentang pendidikan anak adalah tentang sentuhan seorang Ibu kepada anakanya dapat membuat mereka percaya diri, kuat, mandiri dan memiliki sifat-sifat terpuji lainnya.
Semoga ketika dimasa depan saya dapat menjadi seorang Ibu yang full serfis kepada semua anak-anak saya, karena Ibu adalah sekolah pertama dari mereka dan jangan bangga ketika mendapati guru dari anak kita yang dapat menaklukkannya, justru sebaliknya kita harus sedih dan menangis histeris ketika anak kita tak seciulpun didengarkan perkataannya. Karena sesungguhnya seorang Ibu haruslah menjadi orang pertama menjadi tempat keluh kesah putri maupun putra mereka.
Jadi belajar tenang kasus Adilla hari ini jadilah Ibu yang dapat melebihi superman, hulk, kapten Amerika dan banyak lagi pahlawan super karangan manusia, banggalah ketika kita dapat menjadi seperti Mariyam, Fatimah, Khadijah, Fatonah yang mampu menjadi orang dibalik layar kesuksesan buah hati kita dimasa depan. Karena Ibu segalanya bagi mereka, tanpa mereka kita tidak akan menjadi Ibu yang dinilai dan tanpa kita mereka akan menjadi seorang anak yang tidak menemukan kompas kehidupan. 
Melukis Hari dengan Kata
Tangerang, 21 April 2015



Sabar Tingkat Dewa


            Pagi ini bangun siang banget, rekor tersiang yang pernah terjadi selama menjadi seorang guru. Wuaaahhh karena sindrom drakor yang menggebu-gebu akhir-akhir ini, sampai rela tidur malam hanya untuk membuaskan nafsu nonton drakor yang sedang menghantui fikiran dan hati (taaaauuubbbaaat) aduhhhh paling susah deh kalau penyakit ini sudah mulai menggerogoti setengah dari akal sehat, sadar siiii akan banyak kerugian yang timbul tetapi gimana donggg hati ini susah banget untuk dibujuk (dasar sufi alias suka film) (garuk kepala si Udin).
            Tapi ada hal yang lebih menarik hari ini dari sekedar kedoyanan saya dengan drakor, yaitu tentang sabar tingkat dewa. Ga bisa terhitung berapa banyak ujian kesabaran yang Allah berikan sepanjang bersama dengan teman-teman kecil, ngomongin tentang uji kesabaran setiap harinya seperti sedang menjalankan sebuah misi rahasia dari Allah dan saya harus berusaha untuk menuntaskan setiap misi yang diberikan. Dari semua kesabaran yang diuji mendapat nilai GATOT ga ada satu pun yang berhasil (gagal maning, gagal maning). Puncaknya adalah ketika salah satu teman kecil yang KEPO, dan karena keponya itu Allah memberikan ujian dibalik kejadian tersebut. Jadi skenarionya begini, disiang hari yang sedikit mendung (ga tau kenapa akhir-akhir ini matahari enggan untuk menampakkan wujudnya secara utuh) sedikit panas dan sedikit lapar (ehhh kalau lapar kayanya ga sedikit) saya dan teman-teman baru selesai menyantap hidangan pembuka salah satu teman kecil tidak sengaja melakukan kesalahan yang berakibat fatal aaabiiiisssss, wal hasil gelas beling yang berisi penuh air mineral melambaikan tangan dan mencium lantai satu-satunya korban yang tidak terselamatkan saat kejadian berlangsung. Dan oh noooooo ujian yang Allah persiapkan secara baik terlewati dengan menyedihkan, respon pertama tetap sok cool dan  menanyai anak tersebut dengan santai, tetapi ujian tetap saja sepertinya saya lebih pantas mendapat nilai nol besar. Gagalnya terletak pada hati ini yang akhirnya tergoda untuk menggerutu dan mengumpat dalam emosi yang berusaha untuk dibungkam dalam relung hati terdalam.
            Tapi semoga dengan masih pekanya hati dengan ujian atau musibah yang Allah berikan akan menambahkan pelajaran hidup yang berharga untuk saya, dan menjadikan saya pribadi yang baik setiap harinya.
Lolipop campur Gulali
            Cerita hari ini selain tentang kesabaran yang sedang diuji oleh Allah ada juga tentang histerisnya saya ketika sedang bersama teman-teman (aduuuhh paling susah ditahan kalau sudang melihat teman-teman kecil yang lucu-lucu, bawaannya mau cubit terus). Wajah imoet-imoetnya itu loh yang ga bisa dilewati, pasti berusaha untuk menggoda dan menarik perthatian mereka (kayanya hanya saya saja di dunia ini guru yang paling agresif). Ada salah satu teman kecil yang sumpah tampan dan cool banget, kadang kalau sedang berpapasan dengannya timbul deeh jurus menggoda atau cubit-cubit wajah lutunya itu. Hampir setiap hari saya menyambahi kelasnya dengan semangat dan tiba-tiba ketika ia sedang asik bermain tingkah jahil saya keluar dengan agresif memainkan permainan yang itu-itu saja eheheheheh. Dengan sigap menutup kedua matanya dan mengajukan pertanyaan yang sama, ayyyooo siapa tebak iniiii dalam hitungan satu detik langsung bisa terjawab (hehehhehehehe menyebalkan sekali ya saya) dan kami akan sama-sama tersenyum pada saat itu. Tapi kadang kalau saya berusaha untuk sok jual mahal dan mengacangi mereka, teman-teman yang sering saya ganggu akan menyapa nama saya dan senyum-senyum ga jelas, berusaha menarik perhatian saya (bilang aja kangen).
            Karena hal tersebut saya terkenal dikalangan teman-teman TK dan setiap kali berpapasan akan selalu ada yang memanggil (yaeeelllaaa serasa artis yakkk) hanya bisa melambaikan tangan dan memberikan senyuman hangat. Mungkin salah satu sifat itulah yang harus dimiliki setiap guru TK agar hubungan antar guru dan siswa terjalin dengan baik, dan selama mengaruhi samudera kehidupan ini bertemu dengan teman-teman kecil membuat hidup menjadi menyenangkan dan bahagia setiap harinya. Hahahah rejeki anak soleh kali yak, itu namanya bonus karena bekerja dikelilingi anak-anak kecil yang super imoeeeetttt.
            Jadi ga sabar menanti kedatangan pangeran kecil dalam hidup saya suatu saat nanti (ngarep).
Melukis Hari dengan Kata
Tangerang, 14 April 2015



Miss Blank


          Hampir lupa dengan semua kejadian hari ini, dan ga tau harus memulai tulisan dari mana karena sumpah hari ini seperti miss blank. Tahu kenapa jadi gini waktu mau pulang dari TK ga sengaja baru tahu kalau besok akan ada pemeriksaan ADM guru dan njelbnya GW BELOM KELAAAARRRRRRR, aduh berasa dikejar-kejar naga (jitak jidat si Udin). Dan ga tau skenario apa yang akan tejadi karena banyak bu guru yang belum tahu informasi ini, mungkin besok kita akan teriak berjamaah mengetahu kabar dadakan yang membuat spot jantung.
          Tapi wow tadi pagi seperti mendapatkan suplemen kehidupan secara cuma-cuma heheheh, kemarin sempat share tulisan dan dapat komen dari dua orang guru yang memuji tulisan saya. Siapa coba yang ga terbang kalau mendapati perhatian positif dari orang lain. Terima kasih Bu Wahyu dan Bu Rani semoga dengan sikap baik kalian akan membuat saya semakin lebih semangat untuk melukis hari.
          Hari ini  jadwal teman-teman latihan untuk persiapan pentas akhirussanah, selama latihan ga pernah dapat kegembiraan seperti tadi siang, wuuuaaahhh seru banget pokoknya harus kerja super ekstra untuk membuat operet ini seperti drama musikal yang dapat ditonton oleh banyak orang dan mereka puas dengan hasil penampilan para pemain.
          Kalian kenal atlit bulutangkis putri Indonesia yang sempat mereput piala emas diajang bergengsi dunia, dialah Susi Susanti ga percuma lihat wawancara dia di salah satu stasiun televisi Indonesia. Intinya gini kalau kita sudah menemukan passion kita apa lakukan yang terbaik untuk menjadi yang terbaik karena hidup Cuma sekali kalau kita ga sungguh-sungguh bagaimana Tuhan mau percaya sama lw.
          Hari ini banyak dapat inspirasi dari banyak orang dan semoga dengan ini semua menjadikan saya semakin kuat dalam menantang kehidupan yang lebih baik. Tuhan pasti akan merubah takdir seseorang jika kita perkasa dalam meyakinkannya.
Melukis Hari dengan Kata
Tangerang, 20 April 2015



Itik Buruk Rupa


            Gw selalu beranggapan kalau diri gw itu ga cantik, menarik dan enak dipandang. Bahkan tak sekalipun ada orang yang memperhatikan, mencuri pandang atau pun menggodai. Sebagian teman-teman gw selalu saja memiliki daya tarik bagi orang-orang disekelilingnya kadang kalau sedang jalan bareng dengan teman-teman pasti yang menjadi pusat perhatian selalu mereka bukan gw, nah dari sana gw sedikit menyimpulkan mungkinkah benar anggapan gw selama ini.
            Gw memiliki satu kakak perempuan dan dua adik laki-laki. Kakak yang cantik dan manis selalu jadi pusat perhatian walaupun badan beliau cukup berisi, adik yang dua-duanya ganteng, putih, tinggi, keren dapat mengalihkan dunia para gadis karena tersihir dengan aura mereka. Waw ketiga saudara gw beruntung banget ya. Bahkan sebelum kakak akhirnya memutuskan untuk menikah ada beberapa pelamar yang datang kerumah untuk meminang beliau karena dalam keluarga kami diharamkan untuk memiliki hubungan haram dengan lawan jenis maka dari itu kakak dan gw hanya dapat menunggu calon suami yang direkomendasikan kepada kami
            Hmm kalau untuk gw sendiri belum ada satupun orang yang datang kerumah sekedar untuk melihat atau menimbang-nimbang (bukan badannya ya yang ditimbang) yang rekomendasiin juga ga ada. Sedikit tersiksa si dengan semua problema ini mau teriak kalau gw ga suka dengan cara seperti ini, maksudnya gw rela ga harus pacaran atau memiliki hubungan haram dengan lawan jenis karena gw sendiri ga tertarik untuk pacaran, tapi gw pengen ada izin resmi untuk gw kalau ada laki-laki yang tertarik sama gw bukan dari kalangan keturunan Arab. Pada akhirnya seorang JOMBLO akan menyerah dengan rasa bosan yang mendera dalam kesehariannya.
            Tapi ga ada satu orang pun yang tau kalau sudah tiga tahun lamanya gw memendam rasa pada salah satu lawan jenis, dia bukan teman, sahabat, musuh atau sejenisnya buat gw. Karena gw ga terlalu kenal dia bahkan mungkin dia hanya tau nama gw, kadang kalau rindu senang menghampiri ingin rasanya ia merasakan hal yang sama agar kita sama-sama bisa saling melengkapi. Tapi kalau tanpa tidak sengaja bertemu dengannya hati kecil gw selalu berkata kalau gw ga cantik kesian kalau sampai dia harus punya pendamping hidup seperti gw.
            Ada satu moment yang membuat gw baper, di hari yang dipenuhi orang-orang jauh diujung sana gw bisa menemukan dia sedang asik melakoni perkerjaannya padahal saat itu kondisi sedang ramai sekali dan manusia padat merayap tapi mata gw tanpa sengaja bisa menangkap keberadannya. Gw udah berusaha meyakinkan diri sendiri stop baper lw itu tapi semakin gw berusaha untuk melupakannya semakin besar rasa dalam hati gw.
            Pernah suatu hari terlibat omongan serius tentang cinta sama salah satu rekan kerja, dan dia ga kalau dalam diri gw  memiliki sisi romantis sama seperti yang lain, tapi menurutnya Nailah yang dikenalnya bukan tipikal wanita seperti itu, dan malah sebaliknya gw terlihat lebih asik mencintai pekerjaan dan diri sendiri ditambah sikap cuek gw sama orang-orang disekeliling membuat penilaiannya akurat kalau gw belum pernah jatuh cinta, mencintai seseorang atau pun dicintai seseorang. Kalau belum pernah jatuh cinta dan mencitai seseorang itu salah tetapi kalau dicintai seseorang itu benar belum pernah sekalipun gw merasakan hal tersebut.
            Apakah itik buruk rupa akan selamanya menjadi buruk?
Melukis Hari dengan Kata
Tangerang, 1 November 2015


Drama di Family Gathering


Hari ini perasaan gw campur aduk dan berusaha untuk mengabadikan moment campur aduk itu lewat tulisan kali ini, sebenarnya sedikit malas ketika memaksa jari-jari untuk menari gemulai diatas keyboar tapi kalau sampai tidak dilukiskan kejadian hari ini membuat memont akan hilang dari memori otak gw yang tidak memiliki kapasitas terlalu banyak.
Alhamdulillah diberikan kepercayaan untuk menjadi MC dari salah satu kegiatan di TK dan seperti biasa karena sifat agresif dan terbawa huporia jadilah sifat asli gw keluar tapi Alhamdulillah acara berjalan dengan lancar ada yang memberikan jempol dan senyuman manis dari kerja keras tadi pagi.
Drama dimulai pada saat tak di duga-duga speaker senam yang sudah disiapkan mati total, peserta yang awalnya asik senam langsung menyoraki tanda kekecewaan mereka. Waktu sudah siang dan harus cepat memutar otak muncul lah speaker kedua berharap bisa mengatasi rasa bersalah kepada peserta. Walaupun sudah berusaha tetap aja speaker kedua tak dapat menyelamatkan kejadian tadi pagi, udah bawanya berat, digeret-geret sama beberapa guru sambil memasang tampang tegang tetapnya si satu guru yang menggeret tapi beberapa dayang-dayang mengelilinginya.
Akhirnya berkat rasa semangat yang terkobar dari instruktur senam membawa efek antusias peserta, untung instrukturnya cukup menghafal gerakan senam, jadi senam bisa dilanjutkan dengan lancar. Kalau gw berusaha untuk mencari peluang dari kejadian yang tak terduga tersebut, tenyata dari kejadian tadi pagi membuat kami semua untuk lebih kompak, sikap kekeluargaan terpancar, sabar, ikhlas, positive thinking, kehangatan, antusias, keceriaan. Semuanya bisa terlukiskan pagi tadi. Satu hal yang harus selalu diingat manusia memang bisa berencana sebaik mungkin tetapi Allah satu-satunya Tuhan yang mampu berkehendak.
Melukis Hari dengan Kata
Tangerang, 31 Oktober 2015



“BidadariKu Mengapa Kau Pergi ?”


“Allah Engkau tahu betapa tertatihnya hamba
Dalam meniti jalan kesurga Mu
Berapa banyak peluang kebaikan yang terabaikan.
Maafkan hamba Ya Allah, sebab meski
Berlalu usia dalam bilangan yang banyak
Masih sedikit syukurku pada Mu”
Asma Nadia
            Seorang pemuda khusyu membaca kalam ilahi matanya fokus terarah pada sebuah Qur’an usang yang dipegangnya, diteras masjid tua kota Piramid ia duduk bersila seorang diri. Satu dua kali buliran air mata terhempas berkeping-keping diatas Qur’an tepat pada ayat-ayat yang mampu menggetarkan jiwanya. Tanpa kenal lelah tanpa kenal asa bahkan ia tak lagi merasakan kebas pada kedua kakinya.
            “Li kenapa ente jadi begini, beribadah memang boleh tetapi wallahi Allah tidak akan ridho dengan cara mu”
            “Ayolah bang sudah dua hari abang seperti ini, bisa sakit kalau terus memaksakan diri”
            “Rasyid, Umar tolong tinggalkan ana sendiri”
            “Bang memohon kepada Allah memang perkara wajib, tapi pakailah akal sehat dan beribadahlah tanpa harus mendzolimi diri”
            “Demi Allah Li, Allah tidak ridho dengan sesuatu yang berlebihan. Dan kami sebagai sahabat mu tidak habis fikir dengan tingkahmu”
            “Bagian manakah dari ibadah ana yang tak Allah ridhoi? Wahai sahabat cukup kalian ketahui Allah sedang menguji ku dengan cobaan yang teramat berat” tetes demi tetes air matanya pecah kedua kantung matanya tak mampu membendung derasnya air yang keluar, Ali terisak didepan Rasyid dan Umar
Keduanya memandang Ali dengan iba, selama dua tahun mereka tinggal seatap belum pernah sekalipun memergokinya menangis seperti saat ini
            “Ceritakanlah kepada kami bang, apa yang membuat abang seperti ini. masalah abang masalah kami juga. Insyallah kami akan bantu sekuat tenaga”
            “Betul kata Umar Li, demi Allah engkau sahabat terbaik ku bukankan kita sudah saling mengenal satu sama lain dari semasa kita di pondok”
            Sia-sia usaha Rasyid dan Umar, Ali belum bersedia membuka mulut perihal masalah yang sedang singgah dalam hidupnya walaupun keduanya sudah membujuk mat-matian
            “Wahai sahabat tolonglah jangan ganggu ana, Insyallah waktu yang akan menjawab semua kekhawatiran kalian. Bersabarlah sedikit lagi”
            “Aku kecewa pada mu Li, tujuh tahun kita berbagi duka masih kah kau menganggapku orang asing” Rasyid naik pitam menghadapi tingkah sahabatnya
            “Yasudah bang kalau memang abang masih enggan untuk bercerita, kami maklum. Tetapi tetap fikirkanlah kesehatan tubuh abang bukankah itu yang lebih penting”
            “Ente harus tahu Li, sesungguhnya sahabat adalah dorongan ketika engkau hampir berhenti, petunjuk jalan ketika engkau tersesat, membiaskan senyuman sabar ketika engkau berduka, memapahmu ketika engkau hampir tergelincir dan mengalungkan butir-butir mutiara doa pada dadamu” Bagi Rasyid, Ali adalah segalanya dalam kehidupannya. Ketika ia mengetahui gerak-gerik Ali yang menurutnya tak wajar tak hent-henti ia menanyakan kepada seluruh penghuni flat
                Dengan perasaan kecewa Rasyid dan Umar meninggalkan Ali. Setelah kepergiaan keduanya Ali melanjutkan aktivitasnya kembali tenggelam dalam lantunan ayat-ayat cinta sang Khalik.
***
36 jam kemudian
Matanya sudah berkunang-kunang pandangan sulit untuk fokus, namun tubuhnya berkata lain ia jatuh tersungkur tak berdaya wajah teduhnya pucat dan mengeluarkan keringat dingin. Al-Qur’an yang di pegangnya terhempas menyentuh lantai
“Rayid Umar, dimana tepatnya Ali duduk” Salim berjalan dengan tergesa-gesa
            “Sabar lah bang, kemarin bang Ali duduk disebelah kanan teras masjid” ketiganya berjalan sama cepatnya tidak sabar untuk segera menghampiri Ali. mereka tak mampu menghadapi tingkah Ali yang ingin mencelakakan dirinya sendiri. Kali ini Salim berazam untuk membujuk Ali agar mau kembali ke flat walaupun mereka harus bertengkar hebat dirinya akan memaksa Ali untuk mengiyahkan permintaannya
            “Masya Allah Li kenapa ente jadi seperti ini” mereka berlari menghampir Ali yang terjatuh pingsan. Dengan terampil Salim memeriksa nafas Ali yang berhembus lemas
            Tanpa tinggal diam Rasyid langsung segera berlali menuju ruang penjaga masjid untuk meminta bantuan
            “Dasar keras kepala, anak ini berhasil membuat kami menyesali mengabaikan kegilaannya”
            Tak lama kemudian Rasyid bersama kedua penjaga masjid datang. Salim menjelaskan kepada keduanya bahwa mereka mahasiswa Al-Azhar, ia hendak meminta bantuan untuk membawa Ali ke RS. Dengan menyesal pihak masjid tak mampu menolong karena keterbatas sarana membuat suasan semakin sulit
            “Gimana ni bang? Bang Ali sudah harus segera di bawa kerumah sakit”
            “Mar coba hubungi PPMI agar bisa kirim ambulance kesini” PPMI kepanjangan dari persatuan pelajar dan mahasiswa Indonesia yang berada di Mesir. Semua pelajar dan mahasiswa Indonesia yang menempuh pendidikan disana secara otomatis masuk menjadi anggota PPMI.
***
            Ali sudah berada dalam ruang perawatan Husein Hospital, rumah sakit tersebut adalah salah satu yang dimiliki Al-Azhar. Salim, Rasyid dan Umar bergantian menjaga dengan harap-harap cemas. Rasyid menyesali ucapannya terakhir kali saat semua belum menjadi seperti ini , ia menyesal karena tidak menghargai pendapat sahabatnya. Sudah 48 jam Ali tak sadarkan diri Alhamdulillah tepat pada waktu dzuhur Ali membuka matanya, Rasyid yang saat itu baru selesai melaksanakan sholat dzuhur tak henti-hentinya bersyukur melihat Ali siuman.
            “Alhamdulillah ente sudah sadar”
            “Dimana ini?” Ali memegang kedua kepalanya yang terasa pusing
            “RS, dua hari yang lalu ente pingsan karena kelelahan”
            “Astagfirullah,,, dua hari ana tak sadar” Ali terkejut mendengarnya. “Syid bawa ana kembali ke masjid”
            “Gila ente, Demi Allah ana menyesal akhirnya menjadi seperti ini. Tolonglah mengerti susah payah kami membawa ente kesini”
            “Kenapa ente tidak membiarkan ana saja kemarin” suaranya cukup pelan bahkan tubuhnya oleng ketika ia berdiri
            “Ana tidak seedan itu, sama saja membiarkan ente mati” keduanya terlibat dalam perdebatan yang cukup panjang
            Seseorang membuka pintu ternyata Salim dan Umar sosok yang berada dibaliknya, Umar berlari memeluk Ali air matanya terhempas. Senang bukan kepalang mendapati teman satu flatnya sudah siuman
            “Alhamdulillah sudah siuman Li, pasti perutmu sudah menangih untuk seegera diisi ayo kita makan siang dulu aku dan Umar tadi mampir untuk membeli tho’miyah bil beid” tho’miyah bil beid adalah semacam isian untuk memakan roti khas mesir isyh. tho’miyah bil beid terbuat dari kacang yang digiling lalu digoreng dan di tambah telur. Kata mahasiswa Indonesia yang pernah tinggal di Kairo tho’miyah ini makanan yang paling ngangenin.
            “Yang ana butuhkan saat ini bukan makan, tolong bantu ana kembali ke masjid. Demi Allah tidak pernah sebelumnya ana meminta bantuan kalian, untuk kali ini tolonglah kabulkan permintaan ana”
            “Sahabat tenanglah dulu ini bentuk keperdulian kami kepada mu, Ali betapa terkejutnya kami mendapati dirimu pingsan di teras masjid seorang diri. Tahu apa yang terbesit dalam fikiran ana saat itu ya Rabb apakah sahabat ku yang ahli ibadah ini sudah kau panggil. Rasyid dan Umar menyesal meninggalkan mu, tak henti-hentinya Rasyid berdoa siang malam untuk kesembuhan mu” kalau sudah seperti ini hanya Salim yang mampu menenangkan semuanya “Sabarlah, belum sembuh betul kesehatan ente. Kalau seperti ini bukan hanya ente yang merasakan sakit tetapi kami semua merasakan hal serupa”
            “Istirahat dulu Li, kasihan keluarga ente kalau terjadi apa-apa dengan ente. Jangan menambah beban yang sudah ada” Rasyid menepuk pundak Ali
            Ali sudah tak dapat berkata-kata lagi ia terisak mengetahui rasa sayang dari ketiga sahabatnya.
            “Kiranya mau kah kau bercerita, apa yang mengusik fikiran mu sahabat? Sudi kah kau membaginya kepada kami?” Dengan bijaksana dan hati-hati Salim berusaha menghilangkan beban yang merangkul Ali
            Dengan menarik nafas dan berusaha untuk tegar didepan ketiga sahabatnya Ali berusaha membuka mulut           
“Ulfa.. Ulfa bidadari solihah yang ditakdirkan Allah untuk ana saat ini sedang berjuang melawan maut, sudah lima hari ia tak sadarkan diri. Hanya lewat bantuan alat-alat medis yang terpasang di tubuhnya ia berusaha bertahan hidup” Ali terisak, Rasyid memeluknya dengan hangat berusaha memberikan ketegaran untuk Ali.
***
            “Le gimana kabar mu disana?”
            “Alhamdulillah baik Pak”
            “Berapa tahun lagi kamu disana”
            “Insyallah dua tahun lagi”
            “Dua tahun masih lama sekali toh, sedangkan usia mu tahun ini sudah menginjak 26, ada gadis mesir yang menarik hati mu?”
            “Tidak ada Pak, Ali sibuk belajar supaya bisa segera kembali ke tanah air dan mengaplikasikan ilmu yang sudah didapat” jawabnya santai
            “Mas Ali apa kabar? Kangen ni Aisyah, bapak dan ibu juga. Sudah lima tahun hanya menonton mas lewat skype” Aisyah memonyongkan bibirnya
            “Loh ndo sabar toh bapak mau bicara dulu sama mas mu” ibu menegur sikap Aisyah yang kekanak-kanakan. Dengan sedikit malas ia menghindar dari layar laptop. Sekarang wajah bapak yang terlihat memenuhi layar
            “Semakin hari usia bapak dan ibu sudah semakin tua, sedangkan kamu tak kunjung memberi kabar tentang gadis yang kau suka. ibu sudah tak tahan ingin menimang cucu bapak juga sudah rindu mendengar tangisan bayi dirumah ini”
            “Maafkan Ali pak, mungkin Allah belum mentakdirkan seorang wanita untuk mendampingi Ali”
            “Jadi begini le, kemarin Kiai Abdul Aziz mampir kalau Allah ridhoi beliau berniat menjodohkan putri terakhirnya dengan mu”
            Ali tersentak mendengar perkataan bapak tak sedikitpun dirinya memikirkan tentang pernikahan karena baginya kepentingan umat saat ini menjadi prioritas utama. Ia baru menyadari keegoisan dirinya tanpa memikirkan apa yang di harapkan kedua orang tuanya
            “Saran bapak coba dipertimbangkan, karena Kiai Abdul Aziz keturunan yang baik”
            “Insyallah Ali pasti pertimbangkan saran bapak, kalau memang bapak dan ibu setuju Ali ikut saja”
            “Untuk foto dan biodatanya nanti dikirim Aisyah lewat opo namanya bapak lupa”
            “Email Pak” celetuk Aisyah yang duduk di samping bapak
            “Ya Email, Insyallah akan segera dikirimkan Aisyah”
***
            Selepas tahajud dan tilawah Ali memberanikan diri untuk mengecek email. Ternyata Aisyah sudah mengirikan email yang dijanjikan. Tanpa hitungan menit data diri dan foto calon isterinya sudah terlihat jelas dalam layar komputer bututnya, gadis berkerudung hijau toska dihiasi lesung pipit ditambah gigi gingsul menambah kemanisan wajahnya, tertulis nama gadis tersebut adalah Mariya Ulfa usia masih terbilang muda, usia kedunya terpaut tujuh tahun sudikah ia menikah dengannya yang pantas menjadi kakak bukan suami.
            Satu minggu bagi Ali untuk meminta jawaban dari Allah, selama itu pula ia berusaha untuk mengoptimalkan ibadahnya agar Allah memberikan jawaban terbaik untuk dirinya dan tentunya keluarga yang sudah menunggu dengan cemas jawaban dari istikorohnya. Ali pun tidak ingin menyembunyikan kabar gembira ini dari ketiga sahabatnya dengan senang Ali menceritakan perilah rencana pernikahannya tersebut.
            “Subhanallah mambruk ya bang, senang aku dengarnya”
            “Mambruk ya Li, afwan ni kita ga bisa ikut merayakan”
            “Barakallah semoga ridho Allah menyertai pernikahan kalian”
            “Syukron ya akhi, afwan ana melangkah lebih dahulu”
            “Wah kalau soal jodoh hanya Allah yang tau bang, siapa tahu habis abang ana yang nyusul duluan”
            “Itu si maunya ente Mar, belajar yang giat dahulu sana agar nanti ada ilmu yang bisa kamu banggakan didepan isteri mu. Ente paling muda diatara kita dengarkan pesan abang-abang mu”
***
            Malam ini angkasa bagaikan lukisan alam yang ditorehkan oleh sang kuasa bintang-bintang malu-malu mengintip penghuni bumi, sesekali angin menyentuh kulit pemuda yang sedari tadi menatap keindahan ciptaan Allah dengan kelembutannya, menjadikan suasana semakin nyaman dan menenangkan jiwa. Lagi-lagi Allah menunjukkan kekuasanNya kepada Ali pemuda yang menjuluki dirinya hamba Allah yang fakir dalam ilmu. Tak henti-hentinya memuji Tuhannya atas kasih sayang yang diberikan kepada seluruh umat.
            “Mas ini teh hangatnya” seorang wanita berkulit kuning langsat membuyarkan lamunannya
            “Terima kasih dek” terlihat jelas sekali keduanya masih malu-malu, bahkan enggan untuk saling menatap. “Malam ini bintangnya sangat indah ya” Ali berusaha mencairkan suasana
            “Ya, subhanallah itu hanya sebagian kecil keindahan yang diciptakanNya” wanita tersebut bergeser satu langkah mendekati suaminya. “Bagaimana suasana malam hari ketika di Mesir?”
            “Suasan terindah di Mesir terletak pada malam musim panas, biasanya Mas dan teman-teman meluangkan sedikit waktu untuk sekedar ngobrol bersama di halaman toko minuman ditemani dengan asyir ashob (minuman yang dibuat dari sari tebu)” cerita Ali dengan semangat. Ulfa menganggukan kepalanya tanda ia mengerti dengan apa yang diceritakan
            “Wahh pasti Asik” 
            “Atau kalau punya lebih banyak waktu mengunjungi taman lebih menyenangkan, konsep lingkungannya yang tersusun secara rapi dan teratur, pohon-pohon yang terawat, rumput-rumput yang terlihat menyejukkan akan mengantarkan perasaan kita kembali ketanah air” Ali mengilustrasikan dengan indah pemandangan negeri Firaun membuat siapapun iri  mendengarnya
            “Kalau Allah meridhoi kita bisa mengunjungi Kairo bersama. Nanti Mas ajak melihat sungai yang selalu dibanggakan orang-orang Mesir” belum sempat Ali memberitahu nama sungai tersebut Ulfa sudah lebih dahulu menjawabnya
            “Tidak sampai disana saja letak keindahannya, mengunjungi sungai nil pada malam akan bertambah sempurna dengan menaiki perahu-perahu ditambah iringan lagu-lagu khas Mesir. Cairo Tower dengan ilustrasinya yang begitu mempesona serta kapal-kapal yang tersandar dipinggir kanan kiri sungai yang kini dialih fungsikan sebagai restaurant semakin memperelok pemandangan sungai nil dan tentu pula semakin menjadikan panorama hati”
            “Subhanallah seindah itukah Mesir” Mata Ulfa berbinar-binar mengagumi cerita Ali. “Sebenarnya Ulfa mau sekali meneruskan pendidikan disana, tapi abah ga sependapat. Katanya terlalu jauh, padahal banyak sekali muslimah Indonesia yang bisa bertahan hidup disana”
            “Tenang dinda suatu saat kita akan berlabuh mengelilingi Mesir” wajah Ulfa tersipu menanggapi panggilan sayang suaminya. Ali yang baru menyadarinya tak kuasa memandang mata isterinya wajahnya memerah malu. Namun lambat laun keduanya sudah terlihat akrab bercerita satu sama lain. Tanpa canggung Ali menceritakan pengalaman menariknya selama di Mesir membuat Ulfa semakin terpukau mendengarnya. Satu dua kali mereka tertawa bersamaan entah hal lucu apa yang menjadi topic, yang jelas awal pernikahan mereka sungguh indah bagi keduanya.
***
            Hanya dua minggu waktu yang dapat Ali habiskan di tanah air ia harus segera kembali ke kota pyramid karena hari ujian akan segera tiba lembaran soal sudah bertengger dengan manis menunggu kedatangannya meminta tuannya untuk segera mengisi dirinya, hal tersebut memaksanya untuk berpisah sejenak dengan isteri yang amat ia cintai walaupun berat namun sudah harga mati yang tak dapat ditawar. Ulfa memeluk Ali dengan sekuat tenaga seperti enggan untuk melepas kepergiannya begitupula dengan Ali, satu-demi satu buliran air mata membasahi kemeja Ali, keduanya tak memperdulikan orang-orang yang melintas disekelilinya suasana bandara yang cukup padat tak mengusik keduanya melepas rindu
“Jangan menangis, Mas akan berusaha untuk mempercepat waktu kelulusan” sambil mengusap kedua mata bidadarinya. Ulfa hanya menanggapinya dengan senyuman, lagi-lagi ia memamerkan lesung pipit dan gigi gingsulnya satu hal yang akan membuat Ali rindu dengan bidadarinya
            “Ayo ndok kesian mas mu, nanti tidak kerasan disana” ibu memaksa Ulfa agar tidak sedih didepan Ali
            “Baik-baik ya nak disana, tugas utama mu hanya belajar Insyallah Ulfa aman bersama kami” Kiai Abdul Aziz menenangkan Ali
            “Insyallah” Jawabnya singkat, ia berjalan menyalami satu pertasatu sanak saudara yang mengantarkan kepergianya. Saat tiba didepan isterinya Ali tak kuasa menahan isak tangisnya, dengan lembut ia mencium kening isteri yang baru dimilikinya selama dua minggu. Ia baru menyadari sedahsyat inikah rasa yang harus mereka tanggung kalau saja Kiai Abdul Aziz mengizinkan ia membawa Ulfa tentunya skenario perpisahan pada hari ini pasti tidak akan seperti ini jadinya, namun apa boleh buat Kiai Abdul Aziz takut dengan sikap Ulfa yang manja akan mempersulit Ali disana dan murni Ali hanya seorang mahasiswa kebutuhan akan bertambah dua kali lipat jika ia membawa Ulfa
            Kini hal tersebut meninggalkan tanda tanya besar yang bersemayam dalam otak mereka, kapankan keduanya akan saling bertemu lagi satu tahun, satu bulan, satu minggu atau kah esok hari pertanyaan ambigu yang tak jelas jawabannya. Semoga dengan ini Allah akan menambahkan bubuk-bubuk cinta yang teramat dahsyat untuk keduanya dan semoga takdir terbaik sudah terukir dengan manis untuk keduanya dimasa depan.
***
Dimalam penuh bintang diatas sajadah yang terbentang Ali menangis seorang diri, seduh sedan mengadu pada yang maha kuasa untuk kesembuhan bidadari yang amat ia cintai, walau baru sebentar kebersamaan yang terlewati, namun Ulfa memiliki hal yang berbeda membuat Ali kagum dengan muslimah manis nan solihah yang diciptakan oleh Allah untuk menjadi miliknya. Ulfa memiliki paras yang cantik, ketika bernyanyi merdu suaranya, saat membaca Al-Qur’an mampu membaca dengan baik, kalau tak uzur selalu bangun untuk melaksanakan sholat tahajud, maksurat menjadi amalan yang tak pernah terlupakan. Walaupun usianya masih teramat muda Ulfa isteri yang terbaik, anak terbaik, menantu terbaik, adik terbaik dan Ali yakin sahabat terbaik juga.
            Hari-hari indah yang sempat terlewati membuat Ali semakin sesak mengingatnya, setiap hari Ulfa mengucapkan kata sayang dan rindu karena zaman sekarang segala hal akan menjadi mudah walaupun jarak dan waktu terbentang jauh. Dihari pertama setelah pernikahan Ulfa sibuk didalam dapur ternyata ia sedang membuat sarapan pagi untuk Ali lama sekali padahal hanya seporsi nasi goreng plus terlur mata sapi yang dibuat, setelah selesai ia menatanya dengan manis diatas meja makan. Ali menyeringai mengingat tingkah Ulfa ternyata selain pintar mengaji Ulfa juga bisa masak satu hal yang jarang sekali dimiliki oleh wanita zaman sekarang.
            Selain itu ia selalu berhati-hati saat berucap kepada semua orang yang dijumpai, terutama dengan kedua orang tuanya, terlihat dari kepatuhannya ketika dirinya diminta untuk menikah dengan lelaki yang usianya terpaut jauh, tidak ada ketakutan ia sudah tau Ali yang belum rampung menyelesaikan study pasti tidak akan terus selalu bersamanya dengan ikhlas ia mengesampingkan egonya. Disaat anak-anak muda disibukan dengan gemerlapnya dunia lain halnya dengan Ulfa ia lebih suka menyibukkan diri dengan mengulang-ulang hafalan qur’annya dan membantu mengajar di pondok pesantren milik abahnya, ia pun tak marah saat orang tuanya tak mengizinkan ia belajar di Mesir padahal surat bea siswa sudah dikantonginya, mungkin saja dengan sedikit merajuk abahnya akan luluh namun hal tersebut tak ia jadikan senjata untuk memerangi perintah abah.
            Malam semakin beranjak pergi saat ini jarum jam sudah bertengger pada angka 4 Ali meraih komputer bututnya berusaha untuk mencari informasi perkembangan isterinya di tanah air siapa tau Aisya mengirimkan informasi terbaru. Dengan harap-harap cemas ia membuka kotak masuk “Alhamdulillah” Aisya masih ingat dengan janjinya. Dengan membaca basmallah dan memantabkan hati ia membukanya.
            “Assalamualaikum
Mas semoga sehat selalu dan dalam lindungan Allah, sudah hari keenam Ulfa tak menunjukkan perubahan. Kata dokter hanya keajaiban yang mampu membuatnya kembali siuman kami disini tidak henti-hentinya mendoakannya bahkan semua santri dimintai tolong untuk ikut mendoakannya.
Kecelakaan motor yang dialami Ulfa membuat pendarahan hebat dikepalanya tangan kanan serta kakinya patah saat ini Ulfa hanya mampu bertahan dengan kabel-kebel yang di tanam di sebagian tubuhnya. Alhamdulillah kemarin Ulfa sempat merespon saat mendengar nama mas. Tolong minta doa orang-orang soleh disana siapa tau salah satu dari doa mereka akan diijabah oleh Allah. Sudah dulu ya mas Insyallah Aisya akan memberikan kabar tentang Ulfa terus. Jaga diri mas dan tetap menjaga kesehatan. Ada salam dari Bapak, Ibu dan Kiai Abdul Aziz.
Wassalamualaikum
Ali mengusap kedua matanya ia sudah pasrah dengan keputusan yang akan Allah berikan sebab segala hal didunia ini hanya milikNya dan semua akan kembali padanya, jika Allah berkenhendak untuk mengambilnya kembali dariNya ia ridho, karena sebagai hamba ia hanya dapat berdoa.
***
            Bulan ini Mesir memasuki musim dingin suhu mencapai 5-60 C meski tak sampai turun salju membuat mereka yang keluar rumah harus besembunyi dibalik jaket tebal, karena kalau sampai menantang sama saja menjemput maut. Kebiasaan orang Mesir ketika memasuki musim dingin mereka memilih menghabiskan waktu dalam flat, lain halnya dengan Ali bagianya berkorban untuk sesuatu yang diinginkan itu lebih baik ketimbang hanya termenung didalam ruang kosong akan membuatnya semakin gila. Salim, Rasyid dan Umar dan saling melempar pandang melihat Ali sudah siap dengan jaket tebalnya untuk keluar flat “Mau kemana Li?” “Majid Al Azhar” ketiganya kompak menghembuskan nafas untung Ali masih menggunakan akal sehatnya semenjak mereka mengetahui masalah yang sedang menimpa Ali  mereka selalu memperhatikan gerak-gerik pemuda Indonesia itu.
            “Pulang jam berapa bang?”
            “Insyallah ba’da ashar”
            “Malam ini bang Rasyid mau masak kusyari, jangan sampai telat bang” kusyari adalah nasi khas mesir yang dicampur dengan mie dan kacang-kacangan serta disiram dengan saus tomat khas. Ali hanya tersenyum tipis menanggapi ucapan Umar. Dengan langkah mantap Ali berjalan keluar flat.
***
Kurang lebih satu jam waktu yang ditempuh dari flat menuju masjid Al Azhar dengan menggunakan metro. Sesampainya di masjid Ali bergegas mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat dhuha. Dirinya khidmat dalam lantunan ayat suci Al-Qur’an
“Assalamualaikum” sebuah salam menghancurkan kekhusyuannya
“Waalaikumusslam” Ali menoleh dan meraih tangan seseorang dihadapannya
“Hai anak muda ku perhatikan kau seperti seseorang yang sedang memikul beban berat dipundak mu”
Ali menatap keheranan dengan tebakan lelaki tersebut yang tepat sekali menggambarkan kondisinya saat itu, wajah lelaki tersebut di penuhi janggut yang sudah berubah menjadi putih. Ia memakai gamis putih dan imama pakaian kehormatan di negeri itu. Belum pernah sebelumnya Ali  melihat wajah lelaki paruh baya tersebut, aura ke solehan terpancar dari wajahnya dan tubuhnya pun mengeluarkan aroma yang sangat wangi
“Jika ada yang mengganggu fikiranmu ceritakanlah, karena tidak ada masalah yang tak dapat diselesaikan” Dengan lugas ia bersedia berbagi kesedihan dengan Ali
Perasaan itu menguap, memorinya kembali terisap pada pesan elektronik adiknya. Tanpa fikir panjang Ali menceritakan beban pada seseorang yang baru saja dikenalnya, namun kali ini ia sudah terlihat lebih tenang saat bercerita. Mungkin karena atmotsfir yang dibawa lelaki tersebut mampu merubah suasana
“Subhanallah, pasti ada pesan menarik yang ingin Allah sampaikan untuk mu nak” pria paruh baya itu menepuk pundak Ali “Sudah kah kau ikhlas dengan takdir ini?”
Ali menghembuskan nafas “sebenarnya masih berat bagi saya menerima semua ini, belum genap tiga bulan kami membina rumah tangga. Banyak harapan yang saya impikan dengan hidup bersamanya”
“Nak, bukankah semua ini milik Allah, begitupula dengan isteri mu. Bisakah kita mengatur kehendakNya tanpa terkeculia Rasulullah satu-satunya manusia yang dijuluki kekasihNya. Kadang kita berfikir takdir yang menjadi garis hidup terlalu berat untuk dilalui. Dan akhirnya kita mengambil kesimpulan kita adalah satu-satunya makhluk yang memiliki beban terberat di alam ini. Bukankah kau sudah mengetahui Allah tidak akan menguji hambaNya kalau ia tidak mampu dengan ujian tersebut, karena Allah tahu kau pasti mampu melewati takdir ini. Berbahagialah dengan takdir yang sudah Allah tetapkan” Nasihat lelaki tersebut sambil menepuk bahu kanan Ali
“Saya tidak yakin dapat memiliki isteri solihah seperti ia kembali?” Tampak sedikit keraguan dari wajahnya
“Tenanglah para Rasul, Nabi dan orang-orang soleh selalu diberikan cobaan oleh Allah, kamu tak sendiri nak. Ada Allah, keluarga dan sahabat mu yang siap berbagi duka. Fikirkan apa yang Allah minta dari mu saat ini”
“Sulit bagi saya untuk mencerna maksud Allah dari semua ini” Ali mulai terlihat putus asa
“Maka dari itu, jangan pernah merasa terhimpit sejengkalpun, karena setiap keadaan pasti berubah. Dan sebaik-baik ibadah adalah menanti kemudahan dengan sabar, betapapun hari demi hari akan terus berguli, malam demi malam pun datang silih berganti. Meski demikian yang gaib pun akan tersenyum dan sang Maha Bijaksana tetap pada keadaan dan segala sifat-Nya. Dan Allah mungkin akan menciptakan sesuatu yang baru setelah itu semua. Tetapi sesungguhnya setelah kesulitan itu tetap akan muncul kemudah” Sungguh luar biasa pemaparan lelaki tersebut seakan-akan ia ikut merasakan kesedihan Ali
“Apa menurut ustad dengan ikhlas dan sabar kunci dalam menyelesaikan kesedihan saya ini?” Ali bertanya dengan antusias
“Ya ikhlas dan sabarlah, terimalah ini sebagai hadiah terbaik yang Allah berikan kepadamu, bidadari mu akan menunggu ditempat keabadian. Bukankah kau mau menjadikannya sebagai bidadari dalam surga Allah”
“Apakah dengan ikhlas dan bersabar semua akan baik-baik saja?”
“Akan ada ganjaran terbaik yang Allah berikan untuk orang-orang ikhlas. Terdengar mudah tetapi berat sekali untuk dijalankan, ikhlas kan lah semua akan berjalan sesuai dengan kehendak Allah. Janganlah sedih karena Allah selalu bersama kita” lelaki paruh baya itu bergegas untuk pergi
“Afwan siapakah nama ustad?”
Lelaki tersebut hanya tersenyum tipis menanggapi pertanyaan Ali dan berjalan menjauhinya
***
            “Dinda…. Mariya Ulfa…” Ali berteriak kencang berusaha memanggil Ulfa namun yang dipanggilnya acuh meninggalkannya “Tega kah kau, berlaku seperti ini kepada suami mu. Bukankah dirimu berikrarkan untuk setia menunggu ku” Ali tersunggur tak berdaya.
            Perlahan cahaya putih menghampiri dirinya, kedua tangan meraih wajah teduh Ali menyeka air mata dan memeluknya.
            “Maaf jika membuat mu seperti ini, janji yang sempat terucap tak mampu dinda tepati dengan indah. Maafkan Ulfa mas Ali. Terima kasih mas sudah memberikan kenangan termanis walaupun singkat tetapi hari-hari yang sempat kita lewatkan bersama adalah hari termanis yang pernah Ulfa rasakan seumur hidup”
            “Bisakah kita terus seperti itu”
            “Tidak bisa”
            “Dinda mengapa kau berkata seperti itu, mas akan korbankan segalanya untuk mu”           
            “Bukankan hanya Allah saja yang patut kita cintai sepenuh hati” 
            “Allah mentakdirkan mu untuk menemani kehidupan ku, mengapa dinda berkata seperti itu”
            “Ya betul Allah yang mentakdirkan ini semua. Siapa kah yang mampu berkehendak selain Allah. Manusia hanya mampu berencana tetapi semua kembali kepada Allah. Bisakah mas mengikhlaskan ini semua” Ulfa mencium kening Ali
            “Tolong tetaplah hidup bersama ku” ia mengenggam dengan keras kedua tangan Ulfa
            “Ulfa tetap akan menunggu mas, tetapi bukan di dunia. Nanti disaat hari keabadian semoga Allah akan mentakdirkan kita untuk berjumpa. Mintalah kepada Allah untuk mempersatukan kita kembali” Ulfa memberikan senyuman terindahnya dan melepaskan genggaman Ali
            “Dinda tolong jangan pergi, kembali lah.. kembali”
            Suara teriakan dan ketukan pintu mengembalikan kesadaran Ali.
            “Li bangun”
            “Bang kenapa”
            “Li kamu kenapa, bisakah buka pintu kami hanya ingin memastikan dirimu”
            Cukup lama Ali diam tak menjawab pertanyaan ketiga sahabatnya. Ketika semua penghuni sedang terlelap Ali berteriak memanggil nama Ulfa, semua langsung panik dan menghampiri pintu kamar Ali
“Ya teman-teman ana tidak apa-apa”
            “Benar abang tidak apa-apa” 
            “Insyallah”
            Ali mengusap keningnya yang dipenuhi keringat bahkan seluruh tubuhnya lepek seperti baru disiram air. Hanya mimpi Ali menyadari pertemuan dengan Ulfa hanya didalam mimpi ia berusaha untuk mengingat kembali perkataan yang diucapkan Ulfa dalam mimpinya, paling tidak perkataan itu bisa dijadikan sebagai pesan yang belum sempat terucapkan.
            “Ya Rabb apakah dengan ikhlas aku bisa bertemu kembali dengan Ulfa? maafkan hamba yang sempat larut dalam kesedihan”
            Ali menghawatirkan kesedihan yang menimpa dirinya murka dengan kehendak Allah, mungkinkah dirinya terlena karena mimpi dunia menggoda jiwanya. Malam itu juga ia memohon ampun kepada Allah untuk menghapuskan lelah dan air matanya dan memohon mencukupkan duka yang menemani beberapa hari belakangan ini. semoga Allah akan menghadirkan cahaya dan menerangi jiwanya kembali.
            Tiga hari kemudian Ali mendapatkan kabar Mariya Ulfa anfal dan menghembuskan nafas terakhirnya. Walaupun kabar tersebut terdengar pahit namun ia sudah cukup tegar menghadapinya.
 Bidadariku mengapa kau pergi?
Tuhanku puaskan aku dengan aturanMu bukan aturanku
dengan pilihanMu bukan pilihanku
dan tempatkan Mariya Ulfa di tempat terbaik menurutMu
***
Melukis Hari dengan Kata
Tangerang, 26 Juli 2015

Di kamar penuh kehangatan
 

Melukis Hari dengan Kata Template by Ipietoon Cute Blog Design