Berapa
lama lagi Tuhan? Berapa lama? Kalimat itu yang selalu menjadi pertanyaan Danis
setiap kali dirinya sedang benci, dongkol, dan BT, pertanyaan itu selalu
menghantuai pikirannya tanpa ada jawaban yang dapat meredakan hatinya yang
sedang kesal, seakan Danis sedang mencecar Tuhan untuk dapat menjawab
pertanyaan tersebut. Danis geram dengan gaya sekumpulan teman satu sekolahnya
sekan setiap pandangan Danis tanpa sengaja terlenpar kearah mereka matanya
terasa sedang kelilipan. Danis menyebut mereka itu Geng yang sok cool, cantik,
ok, sempurna, pinter kaya dan yang ga kalah penting sok terkenal, seakan ada
medan magnet yang selalu menarik semua perhatian seluruh penghuni SMA Karya
Bangsa untuk selalu menolehkan perhatian mereka setiap kali Karna berjalan
bersama teman-temannya, momen tersebut yang mampu membuat Danis mual.
“Tar
pulang sekolah kita makan bakso yuuuuk di warungnya bang bewok”
Ajak
Danis kepada Mentari teman satu bangku Danis, yang sedang merapihkan perlengkapan
sekolahnya.
“males
ah gw lagi bokek Nis, duit gw habis buat beli buku”
Tolak Tari santai
sembari berjalan dan merangkul pundak sahabatnya itu yang sedari tadi menyandarkan
tubuhnya di daun pintu kelas mereka.. Danis dan Mentari memang selalu pulang
sekolah bersama karena rute angkutan umum yang mereka lewati satu arah.
Lima menit kemudian dua
sahabat tersebut sudah sampai di warung bakso bang bewok, siapa sangka ternyata
hanya tersisa dua kursing kosong seakan Tuhan sudah menyediakan bangku tersebut
untuk mereka berdua, tidak heran jika hanya tersisa dua kursi, karnan bakso mas
bewok menjadi makanan favorit diantar mereka yang menggemari makanan satu ini
dan rasanya pun nampol acapkali sedang
memasukkan potongan-potongan daging tersebut ke dalam mulut seperti lidah ini
sedang bergoyang seakan tidak rela untuk menelan gumpalan daging tersebut ke
dalam perut.
Tepat
berjarak tiga kursi dari depan deratan kursi yang di duduki Danis dan Mentari, sekumpulan
cewek populer di sekolah mereka sedang asik memecahkan soal matematika.
“Dasar
norak, liat deh Tar cewek-cewek sok populer, dimana aja pokoknya harus eksis,
pake pamer belajar di tempat umum, kerasa dunia ini miliki mereka dan yang lain
ngontrak”
Gerutu
Danis tanpa bisa menolehkan pandagannya tersebut, seperti seekor serigala buas
lapar yang sedang mengintai mangsanya.
“biasa
aja kali bu, mereka punya gaya untuk menjalankan hidup mereka masing-masing dan
yang paling terpenting hidup ini tuh pilihan dan mereka memilih untuk menjadi
orang populer yang cerdas, engga salah kan?”
“bagi
gw engga boleh biasa melihat pemandangan itu di depan mata gw”
Ucap
Danis meluap-luap tanpa bisa mengontol emosinya tersebut
“udah
Nis minum dulu tuh es kelapa muda lw, supaya bisa meredakan esmosi eh salah
maksudnya emosi lw”
Ledek
Mentari berusaha mensterilkan suasan panas di hati Danis
“lw
tau ga Tar, setiap gw liat mereka gw tuh suka menghayal kira-kira bisa engga ya
mereka tu pergi keujung dunia, dehidrasi digurun sahara hilang di segitiga
bermuda, pergi keluar angkasa hipotermia
di kutup utara hilang di samudra antartika dan jangan kembali. Sebel sebel
sebel”
Mentari
pun langsung terbelalak menertawakan tingkah sahabatnya itu.
“sadar
engga si Nis ini tuh sudah tahun ke tiga lw menyimpan rasa kesal itu di dalam
dada, engga baik tau, dan benar-benar seperti bom atom”
Ucap
Mentari santai sambil menuangkan sambel di dalam baksonya itu.
Danis
selalu menganggap nasehat Mentari seperti angin lalu baginya, tidak ada nasehat
yang dapat merubah rasa kesal Danis yang sudah menggunung di dalam hatinya.
Karina Nasution dulunya adalah teman dekat Danis dalam satu organisasi yang
sama, tetapi lambat laun persahabatan mereka tidak seharmonis dahulu. Mungkin
ini alasan Danis selalu geram ketika melihat Karina bersama dengan
teman-temannya.
satu
minggupun berlalu tepat hari ini Danis bersama teman-temannya mengerjakan Try Out pertama untuk persiapan
mengahadapi Ujian Nasional yang tinggal 2 bulan lagi.
“aaddduhhh
tu soal susah-susah banget si engga kuat otak gw”
Keluh
Danis setelah mengejakan soal matematika yang berjumlah 40 soal tersebut
“sama gw juga mumet banget sama tu soal”
Timpal
Mentari yang duduk bersebarangan dengan Danis
“kenapa
tuhan kenapa harus ada matematika,
cukuplah kau menghukumku”
Hasil
Try Out pertama pun sudah terpampang
di madding, rasa penasaran menjadi tanda tanya di hati Danis dan teman-temannya
ketika mencari nama mereka masing-masing. Bak tersambar petir di siang bolong
0,27 angka tersebut bartender nyaman di sebelah nama Danis Khairunasyah, tidak
terhenti di situ saja rasa kaget Danis bola mata Danis masih terus bergerak ke
bawah dan keatas seakan sedang mencari sesuatu mata Danis pun terhenti setelah
menemukan apa yang sedari tadi sedang di carinya 7,20 itu untuk nilai Karina
Nasution kepala geng yang di benci Danis. 0,27 hanya angka tersebut yang di
raih Danis dalam soal matematika dan untuk soal yang lain Danis memperoleh
nilai yang tidak kalah rendahnya dengan nilai matematikan tersebut. Dari semua
angka yang tertera di madding hanya nilai Danis yang paling kecil.
Malu
itu sudah pasti tidak ada kata yang dapat melukiskan perasaan apa yang ada di
dalam hati Danis. Setelah pulang sekolah Danis langsung masuk ke dalam kamar
dan menguncinya rapat-rapat. Di dalam kamar Danis hanya bisa menangis dan
merenungkan masalah yang sedang menimpanya ini, dia takut orang tuanya akan
marah dan kecewa padanya.
Dua
hari pun berlalu setelah tragedi 0,27 itu pun Danis banyak merenung, dia sangat
malu kepada teman-temannya walaupun tidak satu pun temannya yang memperdulikan
itu, tapi menurut Danis hal ini sudah dapat mencoreng wajahnya.
Ketika
sedang asik menenggak Aqua botol yang sedang di pegangnya sesosok tubuh berbadan
cukup gemuk menghampiri Danis dan duduk tepat di sebelah Danis.
“Assalamualaikum
Danis haus banget nii kayanya sampe kempes tuh botol Aqua”
Salam
Pak Heru guru PAI Danis, Danis pun langsung menoleh dan menjawab salam gurunya.
“Waalaikumssalam
ehh Pak Heru, ya Pak haus banget kan habis olahraga”
“sendiri
aja Nis, engga gabung sama teman-teman yang lain?”
Tanya
Pak Heru datar
“lagi
mau sendiri aja Pak, nanti juga saya gabung sama teman-teman”
Jawab Danis tak bersemangat
Kenapa Nis lagi ada masalah ya?”
Selidik
Pak Heru penasaran
“ahh Bapak kaya dukun nii sok tau”
Ledek
Danis berusaha untuk menyembunyikan rasa sedihnya itu
“Bapak
engga berusaha untuk asal tebak ko Nis, kelihatan dari wajah kamu, kalau kamu
tuh lagi ada masalah”
Tanpa bisa bersandiwara lagi Danis menumpahkan semua rasa sedihnya tersebut di
depan Pak Heru. Sebagai pendengar yang baik Pak Heru menyimpak semua kalimat perkataan
muridnya tersebut.
“saya
sudah bisa menebak Pak pasti semua guru pun sudah tau nilai Try Out saya yang jeblok itu, ya kan?”
Ucap
Danis berputus asa
“jangan
suudzon, bapak engga tau Nis kalau bukan kamu yang kasih tau bapak”
Sanggah
Pak Heru, meredakan rasa khawatir yang menghantui Danis.
“setiap
sholat saya selalu berdoa untuk di berikan nilai yang terbaik”
Lanjut
Danis, tatapannya masih sama tertuju kepada teman-teman cowoknya yang sedang
asik memperebutkan bola.
“Nah
itu jawaban Dari Allah Danis, kamu selalu berdoa untuk di berikan yang terbaik,
dan Allah sudah memberikan yang terbaik untuk kamu”
Jawab
Pak Heru antusias
“loh
kok gitu Pak?”
Setelah
mendengar jawaban dari gurunya tersebut Danis menggerutkan keningnya seakan ada
tanda tanya besar di atas kepalanya.
“saya
rasa 0,27 itu tepat sekali untuk kamu, karna nilai tersebut sudah dapat
menggambarkan sejauh mana kamu berkorban”
Danis
pun langsung menarik nafas panjang seakan rasa sedihnya berhembus dengan udara
yang keluar dari hidunya, setelah mendengarkan apa yang gurunya katakatan.
“Kamu
mau tau Nis bagaimana semangat para ulama dalam menuntut ilmu?”
Mungkin
itu pertanyaan simpel yang dapat di jawab oleh Danis dengan asal tebak agar
dapat mengakhiri percakapan ini, tetapi Danis memilih menggelengkan kepala.
“Syaikh
Abdullah bin Hamud Az Zubaidi seorang ulama yang cerdas beliau belajar kepada
Syaikh Abu Ali Al Qaali.
Tanpa
terganggu dengan sebagian teman-teman Danis yang sedang asik bermain bola dan
berteriak di lapangan Danis tetap fokus mendengarkan Pak Heru bercerita.
“Suatu
ketika murid beliau, Abdullah bin Hamud Az Zubaidi, tidur di kandang ternak
gurunya agar bisa mendahului murid-muridnya yang lain menjumpai sang guru
sebelum teman-temanny yang lain datang.”
Sepuluh
menit pun berlalu, Danis masih tetap fokus mendengarkan cerita dari gurunya.
“kamu tau kenapa Abdullah bin Hamud Az Zubaidi
sampai rela tidur di kandang ternak gurunya?”
Tanya
Pak Heru di pertengahan ceritanya, untuk yang kedua kalinya Danis menggelengkan
kepalanya.
“Agar
bisa mengajukan pertanyaan sebanyak mungkin sebelum orang berdatangan”
“segitu
luar biasanya kah Pak mereka mementingkan ilmu?
Tanya
Danis semakin penasaran
“ya
itu sangat penting bagi hidup mereka, dalam titik tertinggi dalam hidupnya,
mereka mementingkan ilmu di atas segalanya untuk mendapatkan posisi terpenting
di mata Allah ketimbang roti dan air minum karna mereka hanya membutuhkan roti
dan air minum sekali atau dua kali setiap harinya”
Setiap
kata yang keluar dari mulut Pak Heru bagaikan bumbu magig yang mampu menyihir
fikiran Danis.
“Waktu
Bapak masih kuliah satu bulan sebelum ujian Bapak selalu merubah pola tidur
Bapak Nis”
“maksudnya pak?”
Selidik
Danis penasaran
“setiap
orang yang belajar pastilah mau dapat nilai bagis kan nis?”
Tanya
Pak Heru datar, Danis langsung menjawa Ya dengan semangat yang sudah berubah.
“begitu
juga sama Bapak Nis, hamper setiap hari
Bapak sampai kossan jam delapan malem, sholat isya dan tilawah setelah
itu Bapak tidur sampai jam dua pagi, dari jam dua sampai jam empat Bapak
belajar”
Seketika
wajah Danis tampak terkejut, matanya yang bulat terbelalan dan mulutnya
membentuk seperti huruf O dan pandagan matanya pun tidak dapat terlepas dari
wajah gurunya.
Suara
desiran ombak dan kicawan burung bernanyi riang gembira, membangunkan Danis
dari tidur lelapnya, Danis langsung meraih HPnya untuk mematikan alaram. Tepat
pukul 01.00. Danis langsung bergegas kekamar mandi untuk bewudhu dan di
lanjutkan dengan belajar. Malam ini Danis sudah bertekat akan menyiapkan semua
amunisi untuk dapat merubah angka 0,27 menjadi 7,00.
Hari
ini adalah Try Out Danis yang kedua
dan Danis lebih menyiapkan segalanya, hatinya pun sudah di tata dengan baik
agar dapat mendapatkan nilai yang sudah di targetkannya tersebut. Dalam
lamunanya Danis berfikir 0,27 good by