“Gw
kecewa sama sistem pemerintahan negara kita.” Sambil memasang wajah kecewanya. Matanya
menatap lurus ring basket yang ada di seberang tempat duduknya.
“Apalagi
gw bro. korup di mana- mana, bahan pokok yang menjulang tinggi. Dan yang lebih
parahnya lagi. Gw kesian sama petani garam seakan dimainkan sama dewan rakyat
yang duduk pongah di kursi DPR.” Sambil terus melahap cemilannya Raga juga
tidak mau kalah memuntahkan rasa kesalnya.
“Udah
tahu kekacauan terjadi di mana-mana. Bukannya diperhatikan dengan serius, malah
ngurusin kegiatan anak sekolah.” Ilham mengepalkan tangan kirinya lalu
menghentakkannya pada udara kosong. Seperti orang yang siap meninju lawan.
“Kaya
gak punya kerjaan ya orang-orang yang duduk dikursi pemerintahan.”
Akhir-akhir
ini anak sekolah memang sedang dibuat kesal. Mereka tidak setuju dengan adanya full day school. Menyalahkan pemerintah
yang memaksa mereka untuk mengikuti peraturan.
“Tau
apa si lw lw pada tentang negeri kita?” Ucok meremehkan Ilham dan Raga yang
sedang panas dibakar emosi. Sepanas siang ini.
“Ketaun
di rumah gak punya tivi.”
Keduanya
tertawa senang. Puas ketika berhasil meledek Ucok. Hal tersebut membuat Ucok remaja
tujuh belas tahun itu kesal dan balik menatap sahabatnya dengan tatapan
kebencian.
“Makanya
HP diisi paketan jadi lw bisa tau. Indonesia sedang masuk tingkat waspada.”
Ilham merogoh kantung celana bagian kanan. Kulit putihnya membuat urat-urat
ditangan kanannya menyepul. Dirinya mengeluarkan telepon seluler dan langsung
berselancar dalam dunia maya.
“Nih
lw baca sendiri” Ilham menyodorkan HP nya kepada Ucok. Setelah berhasil menemukan
artikel yang dicarinya. Laman salah satu situs internet memuat artikel tentang full day school terbuka memenuhi hampir
seluruh layar.
Pemuda
berwajah Medan itu masih belum bisa menyembunyikan kemarahannya. Ia menarik
kasar benda yang barusan disodorkan padanya. Ucok menatap smartphone berukuran 5 inci milik temannya. Bola matanya berjalan
ke kanan dan ke kiri. Kini ia tenggelam seakan menikmati apa yang sedang
dibacanya. Kepalanya mengangguk-angguk tanda setuju dengan pemberitaan tersebut.
Setelah puas membacanya Ucok lansung mengembalikan telepon selurel Ilham yang
duduk di samping kirinya.
Raga
dan Ilham menunggu kalimat yang akan keluar dari mulut Ucok.
“Gw
setuju sama apa yang dilakukan pemerintah.”
“Wah
kacau nih.” Raga menggelengkan kepalanya setelah mendengar jawaban Ucok.
“Bagian
mana yang bikin lw setuju?” Ilham bertanya dengan sewot.
“Yaa
mungkin ini cara pemerintah yang sedang menyiapkan calon pemimpin masa depan.”
“Ahh
muna lw. Inget dengan adanya full day,
kita seperti menjadi budak di negeri sendiri.”
“Negeri
kita dijajah selama 350 tahun sama Belanda. Kalau kita umpamakan umur penduduk
Indonesia 50 tahun. Sampai 7 turunan orang-orang terdahulu dijajah. Mulai dari
dirinya ketika meninggal Indonesia masih dijajah. Lalu anaknya meninggal
Indonesianya pun masih dijajah. Dan sampai keturunan dia yang ke tujuh. Indonesia
masih juga dijajah.
Ketiganya
terlibat dalam debat yang cukup sengit. Masing-masing berusaha mempertahankan
pendapat. Karena sama-sama merasa paling benar.
“Ingat
bro. Sudah cukup lama kita dijajah dengan mental kita sendiri. Lw semua yang
terus-terusan kalah sama nafsu kalian, yang akhirnya membuat negeri kita
hancur.”
“Terserah
lw mau ngomong apa gw ga perduli.” Kesal Raga menanggapi Ucok.
“Bangun
choy. Jangan terlena dengan mimpi semu kalian. Gw rindu sama prestasi-prestasi
anak negeri. Bukanya hanya bisa dilakukan dengan kerja keras!. Terus apa
salahnya dengan full day school? ”
Ucok berbicara dengan lantang.
Raga
dan Ilham saling melempar pandang.
“Waktu
kita bakalan habis hanya untuk belajar.” Raga tergagap.
“Paling
di rumah lw cuma asik main game
doang. Atau ngerjain kegiatan yang gak penting.” Laki-laki batak itu tersenyum
kecut. Mata belonya mentap tajam pada Ilham dan Raga.
“Ya
itu si urusan kita.” Ucap Ilham sekenanya.
“Catet
omongan gw. Gw janji bakalan membuat negeri kita ini lebih baik lagi. Negeri kita
itu harus jaya. Bung Karno pernah bilang : “Beri Aku 10 Pemuda, Maka Akan
Kuguncang Dunia.” Ucok bersemangat. Ia berdiri dari duduknya.”
Raga
dan Ilham menengadahkan kepala mereka. Menatap Ucok yang terlihat seperti bukan
dirinya. Ternyata tidak sampai di situ saja, Ucok melanjutkan ucapannya.
“Kalau
kalian memang gerah melihat tingkah para anggota dewan. Lw berdua harus punya
tekat untuk menduduki kursi pemerintahan. Dari situ kita akan punya celah untuk
merubah bangsa kita ini.”
Ucok
puas dengan ucapannya. Ia amat mencintai negerinya. Dan untuk merubah kekacauan
ini membutuhkan mental baja. Seperti dahulu para pahlawan yang gigi mengusir
para penjajah.
Raut
wajah Raga dan Ilham seakan setuju dengan apa yang sahabatnya ucapkan. Mungkin saat
ini negeri kita sedang tertidur pulas. Dan butuh tangan para patriot untuk
membangunkan dari mimpi panjangnya. Jayalah Negeriku. Jayalah Bangsaku.
Tangerang, 21 Agustus 2017
Indahnya Melukis Hari
Lucky Club: The Official Online Casino Site of the World
BalasHapusLucky Club is a 카지노사이트luckclub newly developed online casino site for the World of Gaming (WCG) World of Gaming (WCG), which will make the site, play games