“Selamat
siang penghuni SMA Sinar Harapan, masih sama gw penyiar paling kece dan ok
Bintang Jessellina Bagastoro yang akan menemani jam istirahat kalian dengan
lagu-lagu yang tentunya asik.”
Suara
Bintang memadati sudut sekolah. Penyiar paling di tunggu karena gayanya yang
asik dan ke-PD-an ketika sudah bertemu dengan pengeras suara.
“Ok
lagu pertama langsung gw puterin buat kalian pendengar setia gw. Pejantang
tanggu sheila on seven request dari
si pejantan tanggu sekolah kita siapa lagi kalau bukan Anto yang siang hari ini
juga menitipkan salam untuk Sella juwita hatinya. Selamat menikmati.”
Suara
Bintang langsung beralih dengan suara Duta vokalis band yang saat itu sedang
naik daun.
“Bintang
ada tisam nih buat lw, tapi ga jelas dari siapa.”
Agus
menyodorkan kertas kecil kehadapan Bintang
“Buat
gw.”
Bintang
menunjuk dirinya sambil bergumam pelan. Ia membuka pesan dengan semangat.
“Cempreng
satu kata yang bisa mewakilkan kepribadian kamu, semua sudut yang ada di
sekolah ini terkontraminasi karena suara kamu itu. Bahkan untuk mendengarkan
pesan dari alam pun aku ga bisa. Bumi akan sentosa saat kamu bisa lebih
memelankan volume suara.”
Bagai
tersambar petir disiang bolong isi pesan yang menyayat-nyayat hati Bintang,
selama ini teman-teman selalu memuji suaranya yang bagus. Ia tak percaya bahwa
ada orang sombong dan jahat di sekolah yang tidak suka dengannya. Dasar belagu
ngomong langsung aja ga berani sok keren lagi umpat Bintang sembari meremas
kesal kertas itu.
Seorang
pria bertubuh tinggi dan atletis memandangi langit dengan santai, tangan
kanannya menggenggam buku yang memiliki halaman ratusan. Tak lama kemudian ia
melangkah menyusuri koridor tersenyum kecut dengan tatapan tajam.
***
“Setelah
lulus saya langsung meneruskan pendidikan ke luar negeri, karena sudah resmi
diterima salah satu universitas ternama di Inggris.”
Ucap
Nathan mantab. Semua murid terbelalak mendengar presentasinya, sebenarnya tak
heran mendengar Nathan memiliki mimpi melebihi tingginya langit. Mengejar gelar
sarjana mungkin master di Inggris hal wajar untuk manusia sekelas Nathan. Ia
cerdas teman setianya saja buku tebal tentang Bisnis. Keluarga Nathan memiliki
bisnis perhotelan, namun hotelnya sedang diambang kehancuran gosip yang sudah
menjadi rahasia umum di negeri ini pantas saja ia gila belajar untuk
mempertahankan bisnis keluarganya.
“Dimasa
depan saya ingin di panggil drh. Bintang Jessellina Bagastoro.”
“Ga
salah Bi?, nanti hewannya malah stress loh.”
Ledek
salah satu teman pria yang duduk paling belakang
“Yang
ada hewan tersebut beruntung karena dirawat oleh dokter cantik seperti gw.”
Mulai
Bintang membanggakan diri di depan guru dan teman-teman
“Bapak
saranin kamu masuk jurusan komunikasi saja.”
“Hmmmm
dokter hewan saja Pak.”
Jawab
Bintang hati-hati. Nathan mengawasi percakapan namun matanya tetap fokus
membaca.
***
Bintang
dan Adit kembali mendatangi Luxury Hotel
namun hari ini mereka tidak lagi membujuk CEO
untuk menyerahkan hewan-hewan langka yang terpajang bebas. Mereka setuju
menyerahkan hewan langka yang dibela mati-matian oleh Bintang dan Adit. Dengan
syarat mereka akan tetap memajang hewan di hotel walaupun bukan hewan langka.
Bintang dan Adit tidak dapat berbuat apa-apa lagi karena untuk mendapatkan
hewan-hewan langkah ini saja mereka harus menarik urat.
“Pak Nathan tolong tanda tangan di
sini.” Bintang menyerahkan dokumen untuk ditandangani Nathan.
“Terima
Kasih atas kerjasamanya, saya pastikan hewan-hewan milik Bapak akan kami
kembalikan pada habitatnya dengan ini Bapak sudah menjamin kehidupan mereka.”
Bintang
menyodorkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Nathan, Nathan pun
membalasnya.
“Bintang kamu lupa dengan saya?”
Tanya
Nathan datar. Bintang diam tak mengerti begitu pula dengan Adit.
“Bintang
Jessellina Bagastoro penyiar paling terkenal di SMA Sinar Harapan, saat jam
istirahat tiba suaranya akan menambah kegaduhan.”
Nathan
mengingatkan Bintang pada masa SMA namun tetap dengan gayanya yang sok cool.
“Ya
ampun Gagah Nathan Wicaksono anak tengil yang belum lulus sekolah namun sudah
diterima pada Universitas ternama di Inggris dan dengan sombongnya memamerkan
hal tersebut kepada teman-teman.”
Bintang
tak mau kalah. Bintang memukul keningnya mengumpat mengapa ia bisa lupa, kalau
ia bisa mengingat Nathan lebih cepat mungkin akan mempermudah tugasnya.
***
“Ya
ampun Dit memori otak gw parah banget ya?” Bintang menggeleng tak percaya.
“Kan,
situ memang punya ingatan yang parah.” Jawab Adit yang sedang mengendarai
mobil.
“Nathan
tuh memang keren. Tanpa ragu Bintang memuji Nathan. Sekilas info aja ya dulu
tuh dia ga punya teman dan kerjaanya cuma baca buku doang.”
“Percaya
ko gw”
“Kira-kira
dia sudah menikah belum ya, secara dia kan lulusan Harvad pastilah kecantol
dengan salah satu perempuan disana.”
Adit
langsung memandangi Bintang dengan heran. Kenapa topik pembicaraan berubah
menjadi pernikahan.
“Ah
mana mungkin, Nathan kan fokus banget orangnya.”
Bintang
menjawab pertanyaannya sendiri, Adit yang duduk disebelahnya tidak menanggapi
seperti sudah sering melihat Bintang berbicara seorang diri.
***
Sesampainya beberapa petugas langsung menyambut keluarga baru untuk mangrove
mereka membantu Bintang dan Adit menurunkan Ailurops
melanotis, Catopuma badia, Dendrolagus mayri, Dugong dugon, dan Haylobates
agilis.
“Ka
Merry ini semua dokumen resmi hewan langka yang dimiliki Luxury Hotel.”
Bintang
menyerahkan dokumen-dokumen tersebut kepada Merry dokter hewan yang juga
bertugas di Taman Nasional Gunung Lauser. Dengan ceria ia langsung menarik
kursi dan duduk disamping Merry menceritakan kejadian yang menurutnya unik. Tak
kalah cerianya Merry mendengarkan cerita Bintang, satu dua kali Merry meledek.
Tiba-tiba pipi Bintang bersemu merah, lalu matanya berpijar bagaikan lampu neon
30 watt.
***
Udara
siang ini sejuk matahari tidak mengeluarkan sifat panasnya 100% karena sudah
memasuki musim hujan, begitu pula di rooftop Luxury Hotel Nathan dan Joshua
sedang menikmati cuaca yang sangat bersahabat.
“Sudah
ga usah fikir panjang lw tuh memang tertarik dengan Bintang, gw rasa kalian
berdua pasangan yang cocok ditambah sudah mengenal kepribadian satu sama lain.
Apa lagi yang kurang?”
Joshua
mantab memberi saran untuk Nathan, menurut hasil penelitiannya Bintang mampu
mengisi keseluruhan ruang kosong dalam hati sahabatnya yang dijuliki manusia
setengah Enstein. Ia mengenal betul sahabatnya tersebut yang tidak pernah
memperdulikan wanita-wanita cantik disekitarnya tapi ketika takdir
mempertemukan mereka kembali hati berkata lain. Nathan bisa tersenyum ketika
bersama Bintang, nyaman berlama-lama, walaupun tetap saja harus Bintang dahulu
yang membuka topik kalau tidak Nathan akan diam saja.
“Bintang
tuh cantik keren lagi, gw takut nanti keburu disamber orang.”
“Gw
hanya takut Bintang gak punya perasan yang sama seperti gw.”
“Kebanyakan
mikir. Kalau ga di coba, ya ga akan tahu. Apa harus gw yang bertindak?”
Nathan
terbelalak mendengar perkataan Joshua. Joshua menantang keberani Nathan karena
sudah satu tahun ia memendam rasa cinta untuk Bintang walau sudah beberapa kali
ia menjuluki Nathan pengecut tetapi hal tersebut tidak juga membuat Nathan
mengungkapkan perasaan cintanya.
***
HP
Bintang berbunyi ada pesan masuk yang mendarat. Bintang langsung meraih dan
membukanya. “Malam ini ada waktu?” Nathan sedang harap-harap cemas menunggu
jawaban Bintang.
“Kosong.
Kenapa?”
“Aku
Jemput kamu jam 7 malam ya, ada yang aku ingin tanyakan sama kamu.”
“Ok.”
balas Bintang singkat. Nathan tersenyum membaca pesan Bintang.
“To the point banget Pa isi pesannya. Gw
yakin Bintang pasti ga mempermasalahkan hal itu karena di sudah kenal sifat
cowok cool yang satu ini”
Joshua
mengingatkan jangan sampai Bintang ilfeel
dengannya karena sikapnya yang maju mundur dan memastikan Nathan untuk tidak
grogi ketika berbicara karena hal tersebut akan terlihat bodoh. Dengan cemas
Nathan mengiyahkan perkataan sahabatnya itu.
“Tapi
kalau ternyata Bintang ga suka gw gimana?”
“Yaudah
terima nasib aja.”
Nathan
lemas mendengar jawaban Joshua, jawaban yang tidak sesuai dengan harapannya.
Untuk menyatakan cinta memang pertama kalinya bagi Nathan, makanya ia selalu
memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Terlebih lagi Bintang
wanita yang diskukainya selalu dikelilingi laki-laki keren. Terlebih lagi ada
Adit pria yang selalu bersama Bintang.
***
Suasna
Restoran malam ini jauh dari kata romantis memang Nathan tidak menyukai hal-hal
semacam itu tidak ada sambuatan khusus untuk Bintang semuanya berjalan dengan
sederhana. Nathan tahu hal tersebut pasti berbanding terbalik dengan Bintang,
ia sangat menyukai suasana romantis terlebih dapat bertumpu pada lilin yang
menjadi penerang. Tetapi Bintang tidak mempermasalahkan hal tersebut pada malam
ini, keduanya duduk berhadapan satu dua kali bertemu pandang bermain dengan
perasaan nerves masing-masing.
“Aku
bukan tipikal pria romantis dan tidak bisa melakukan hal-hal seperti itu.”
Dengan
keberanian yang dibuat-buat Nathan memecahkan kebisuan diantara keduanya
“Iya
lalu.”
“Lalu
hmmmm ak..ak..aku tertarik sama kamu Bi, awalnya aku risih sama perempuan-perempuan
yang banyak bicara. Tapi berbeda ketika aku mengenal kamu. Kamu itu unik dan
aku suka melihat keunikan kamu itu.” Tubuh gagah Nathan sudah dipenuhi keringat
dingin.
“Jadi
intinya.”
“Intinya
apa kamu mau jadi patner hidup aku?”
Nathan
menghembuskan nafasnya dengan lega karena seperti baru saja mengeluarkan beban
berat dalam hidupnya.
“Aku
rasa tidak ada kata yang tepat untuk mewakilkan jawaban aku atas pertanyaan
kamu, jujur setelah pertemuan itu aku selalu bertanya apa maksud skenario
Tuhan. Apakah hanya kebetulan atau ada maksud dari kebetulan itu.”
Bintang
mencoba menjelaskan perasaanya. Nathan memandanginya dengan sabar menunggu
jawaban Bintang.
“Hanya
kata ya yang dapat aku berikan untuk pertanyaan kamu Nat.”
“Artinya
kamu juga memiliki perasan yang sama seperti aku?”
Nathan
mengkonfirmasi jawaban Bintang karena ia berusaha memastikan kalau ia tidak
salah dengar
“Ya
Nathan.." Jawab
Bintang hangat
***
Bulan
madu, pelukan hangat, kata-kata romantis, bunga mawar merah atau hal-hal
menyenangkan yang dapat dilakukan oleh pasangan baru tidak nampak pada rumah
tangga Bintang dan Nathan, mereka tenggelam dalam rutinitas pekerjaan yang
membuat keduanya sibuk bahkan untuk sarapan atau makan malam bersama tak bisa.
“Gimana
kabar Nathan?, kayanya gw lihat lw selau sibuk menghabiskan waktu di sini.”
“Nathan
baik.”
Bintang
santai menjawab Merry pandangannya fokus memeriksan harimau sumatera berumur
satu tahun, baru tiba dua hari lalu di Taman Nasional Gunung Lauser tuannya
sendiri yang menyerahkan sibelang. Belakangan diketahui seorang pejabat kaya
yang memeliharanya sunggu malang nasib si belang yang terpisah jauh dari orang
tuanya. Pejabat tajir itu mendapatkan
belang dari seorang pemburuh ilegal.
“Kalau
sudah menikah jangan terlalu sibuk, harus lebih banyak menghabiskan waktu di
rumah.”
Bintang
tersenyum menanggapi Merry ia membelai lembut tubuh sibelang lalu mencatat data
kesehatannya pada buku khusus. Tiba-tiba Adit datang mengagetkan keduanya.
Siang ini Bintang dan Adit melakukan ekspedisi ke pasar hewan hal rutin yang
selalu dilakukan untuk meminimalisir perdagangan hewan langka. Untuk
mendapatkan hewan di pasar Sibreh terbilang mudah, bahkan apa saja yang dicari
dengan ajaib pedang-pedangan tersebut dapat membawanya kehadapan pembeli. Taman
Nasional Gunung Lauser biasanya akan membeli hewan langka yang berada di pasar
tersebut walaupun sulit untuk mendapatkannya ada beberapa pedagang yang
menggila mereka memasang tariff sangat tinggi dengan alasan karena sulit
mendapatkannya, kalau sudah seperti itu Bintang dan Adit kadang suka merogoh
kocek sendiri walaupun dengan tawar menawar yang sangat alot.
“Keren
banget tuh abang bisa dapetin elang jawa. Kasus nih Dit.”
Bintang
berbisik kepada Adit khawatir para pedagang akan mendengarnya. Adit langsung
mencari-cari yang dimaksud Bintang.
“Arah
jam 9.”
“wahh
benar kasus nih Bi.”
Elang
jawa burung yang sangat langka biasanya hanya dapat dijumpai pada penangkaran
atau kebun binatang tapi kali ini burung langka tersebut terpajang secara
istimewa disalah satu kios pasar. Tanpa menunggu aba-aba keduanya berjalan
menghampiri kios tersebut.
“Ada
elang jawa nih?”
“Ya,
dapatnya susah nih mas. Langka.”
“Berapa.?”
“7
juta”
“Bisa
kurang?”
Adit
mengamati elang dengan teliti
“2
juta?”
“Susah
mas dapatnya, 6 juta mentok ga bisa kurang lagi.”
“Kan
sudah biasa kami ke sini.”
“4
juta mas, langsung kita bayar.” Bintang membujuk
“Yaudah”
“Kalau
boleh tahu dapat dari mana mas?”
“Wah
kalau itu saya ga bisa kasih tahu.” Pedagang langsung mengambil sangkar burung
untuk memindahkan elang tersebut.
Setelah
lelah menyelusuri pasar keduanya bergegas kembali menuju mobil. Selama
perjalanan pulang Bintang tak banyak bicara malah Adit yang bicara terus.
Biasnya ekspresi Bintang akan menggebu-gebu ketika baru pulang dari pasar hewan
karena mendapatkan hewan langka untuk dilepaskan kembali pada habitatnya,
tetapi kali ini ganjal sekali. Bahkan
Ketika Adit menyalahkan radio Bintang langsung mematikannya seperti
seorang yang sedang membutuhkan suasan hangat untuk meringankan beban pada
pundaknya. Adit hanya mengamati sikap Bintang yang sedikit berbeda tanpa banyak
komentar atau sekedar mengajak bercanda.
***
Sinar matahari menembus melalui
sela-sela jendela kamar Bintang dan Nathan. Membuat Bintang terbangun walau sangat
lelah menjalankan aktifitas hari ini Bintang bergegas membujuk dirinya untuk
meninggalkan tempat tidur yang empuk, Nathan masih terlelap entah jam berapa ia
sampai rumah aktifitas yang melelahkan membuat Bintang terlelap saat menunggu
Nathan pulang kemarin malam. Bintang membuka pintu kamar dan berjalan menuju
dapur menyiapkan sarapan untuknya dan juga Nathan.
“Sampai jam berapa Nat?”
Bintang sengaja tak membangunkan
Nathan ia mengetahui pasti Nathan sangat lelah karena banyak pekerjaan yang
harus dituntaskannya.
“Jam 2 pagi.” Nathan menyuruput kopi
yang terhidang di meja makan.
“Kemarin aku sama Adit mendapatkan
jekpot loh, kita bisa dengan mudah dapat elang jawa. Kamu harus tahu kalau
populasi mereka itu hampir punah. Ya karena itu seneng banget bisa
mendapatkannya.” Bintang menceritakan dengan semangat hasil buruhannya kemarin,
Nathan menyimaknya dengan santai seperti biasa ia tak banyak memberi komentar
hanya senyuman manis upah dari Nathan untuk cerita Bintang.
“Kemarin
kamu kemana? Ko pulangnya larut banget.”
“Aku
harus bertemu salah satu infestor.”
“Terus
hasilnya?”
“Menurut Pak Bambang aku masih terlau muda.
Jadi mereka masih fikir-fikir untuk mensponsori proyek terbaru Luxury.”
“Oh gitu, aku yakin kalau Pak
Bambang sudah kenal kamu lebih dekat pasti hal tersebut ga akan terjadi.”
Bintang tersenyum dengan tulus,
percakapan pagi ini sangat kaku untuk pasangan suami isteri yang sudah
menginjak usia pernikahan dua bulan. Namun apa boleh buat karena sama-sama
sibuk dengan pekerjaan Bintang dan Nathan jarang sekali bisa melakukan
aktifitas bersama, siapa yang mau disalahkan kalau sudah seperti ini.
***
Café
Manggo Six menjadi tempat pilihan Bintang untuk makan malam bersama dengan
Nathan, ia sudah reserfasi tempat langkah awal untuk menghangatkan rumah
tangganya. Dua bulan yang lalu café ini menjadi tempat istimewa untuk keduanya,
karena Nathan melamarnya pada saat itu. Usia pernikah sudah menginjak dua bulan
Bintang ingin memberi kejutan untuk Nathan karena sebelumnya ia tak pernah
melakukan hal ini. Bahkan Bintang sudah membeli red dress yang sangat indah dan cocok ditubuhnya yang langsing, di
tambah dengan hill untuk menambah penampilannya lebih sempurna. Tetapi Jam
sudah menunjukkan pukul 19.00 Nathan tak juga datang Bintang mengecek telephone
genggamnya memastikan ia tak salah mengirim pesan. Sudah tiga gelas Bintang
menghabiskan minuman yang dipesannya Nathan tak juga datang, ia putus asa
karena sudah tiga jam ia menunggu.
“Mba minta billnya.” Dengan ekspresi
sedih Bintang mengulurkan tangannya
“Terimakasih.”
Bintang berjalan dengan lesu
memasuki mobil, selama perjalanan pulang ia memikirkan mengapa Nathan tidak
memenuhi ajakannya, memang mereka tidak merencanakan dinner malam ini. Apa Nathan lupa malam ini
pernikahan mereka tepat dua bulan.
***
Bintang mengecek dengan teliti satu
persatu hewan-hewan di penangkaran karena ada beberapa hewan yang rencananya
akan dilepaskan kembali ke habitatnya dalam waktu dekat ini, semua dokter harus
memastikan hewan yang siap untuk di lepaskan dalam keadaan sehat. Adit
mengagetkan Bintang dari belakang tetapi Bintang hanya tersenyum menanggapi
tingkah jahil Adit. Pria bermata coklat itu bingung mendapati sahabatnya yang
tak bersemangat.
“Ga panas ko.” Adit menyentuh kening
Bintang memastikan tidak ada yang salah dengan Bintang.
“Akhir-akhir
ini kayanya ada yang bena sama lw?”
Bintang
menghela nafas panjang dan berjalan pada sebuah batang pohon yang dialih
fungsikan sebagai tempat duduk.
“Kemarin
penikahan gw sama Nathan menginjak dua bulan.”
“Bagus
dong, terus?” Tanya Adit penasaran.
“Tiga
jam gw nunggu Nathan.”
Bintang
sangat sedih menceritakan masalahnya dengan Adit. Ia tak banyak bicara
memberikan ruang agar Bintang dapat menumpahkan rasa sedihnya.
“Dan
pagi ini Nathan ga bicara apa-apa sama gw, dia berangkat lebih awal sebelum gw
bangun.”
Bintang
sudah tak tahan ia menangis. Adit memandang Bintang lekat-lekat dan menakup
tangan Bintang, ada apa dengan rumah tangganya bukankah pasangan suami isteri
harus saling melengkapi satu sama lain. Nathan jarang sekali menanyai kabar
Bintang bukankah hal tersebut selalu dilakukan oleh setiap pasangan terlebih
pasangan baru agar hubungan keduanya semakin harmonis.
“Apa
Nathan bukan jodoh gw Dit?”
Bintang
terisak, Adit diam membisu tidak tahu harus menjawab apa. Hanya meminjamkan
bahunya saja yang dapat ia lakukan untuk sahabatnya.
***
Telephon
genggam Bintang berbunyi ada pesan masuk dari Nathan, sebelum membuka isi pesan
Bintang berharap Nathan akan meminta maaf karena kejadian tadi malam atau
sekedar menanyai kabarnya. Tetapi salah besar Nathan memberi tahu kalau malam
ini ia tidak bisa pulang karena harus ke Bandung mengurusi nasib hotelnya. Hati
Bintang bagai tercabik-cabik lelaki macam apa Nathan yang tak menyadari
kesalahannya, enteng sekali ia menanggapi badai dalam rumah tangganya ia fikir
pernikahan hanya untuk main-main saja.
“Belum
pulang Bi?, Nathan nyariin tuh”
“Aku
ga pulang satu tahun juga Nathan ga perduli.”
Jawab
Bintang kesal sambil melembar batu kerikil dengan emosi
“Kenapa
si? Ada masalah?”
Merry
bergegas duduk disamping Bintang. Bintang mulai mengeluhkan tentang sikap
Nathan yang menurutnya tak normal. Ia
tahu bahwa Nathan memang tidak romantis ia pun tidak mempermasalahkan hal
tersebut, bahkan untuk pura-pura romantis agar isterinya senang bagi Bintang
tak jadi masalah. Bintang cukup mengenal sikap Nathan yang memang sudah acuh
dari SMA, pria yang tidak memiliki teman dan asik dengan dunianya sendiri,
sombong, belagu, tengil, ga asik dan sok bisa hidup sendiri di dunia yang kejam
ini. Bintang memuntahkan semua rasa kesalnya dihadapan Merry. Menurtnya Merry
cukup desawa untuk diajak bicara mengenai kasus rumah tanggnya walaupun ia
belum menikah.
“Jadi
kamu mau apa?”
“Aku
mau Nathan tuh perhatian sama aku Ka.”
“Ya
kamu utarakan dong.”
“Gak
bisa kadang kami kehabisan topik ketika sedang berduaan.”
“Hmmm
gitu ya.”
“Ya,
kesian kan gw.”
Bintang
putus asa menghadapi suaminya yang cueknya super keterlaluan. Merry hanya dapat
menyarankan agar Bintang tetap bersabar karena hanya Bintang sendiri yang
dapat mencairkan susasa rumah tangganya,
ditambah ia tipikal orang yang ceria, masalah sekecil ini sangat mudah bagi
Bintang.
***
Ayam
milik Pak Broto tetangga sebelah berkokok dengan semangat membangunkan penduduk
komplek untuk segera memulai aktifitas mereka, Bintang turun dari tempat tidur
dengan hati-hati enggan menggangu Nathan yang baru terlelap pukul 3 pagi.
Setelah menghidangkan makanan untuk Nathan ia bergegas berangkat kerja sebelum
meninggalkan rumah Bintang mengecup kening Nathan. Dasar kebo dicium pun ia
tidak merasa umpat Bintang dalam hati.
Dua jam melakukan perjalanan ditambah macet setengah jam total perjalanan
Bintang menuju Taman Nasional Gunung Lauser dua setengah jam waktu yang tak
wajar karena kebiasaan buruk jalanan Ibu kota segala aktifitas di pagi hari
harus tertunda karena macet.
“Pagi
Bi”
Adit
menyambut Bintang dengan senyuman manisnya ia menggendong bayi simpanse yang
baru berumur 4 bulan, bayi simpanse yang malang itu tidak diperlakukan dengan
sayang oleh induknya. Ada beberapa luka ditubuhnya karena cakaran dari induknya
sendiri.
“Kamu
yakin Dit bisa disatukan kembali?" Bintang
bertanya dengan cemas.
“Akan
ada dua skenario Bi. Pertama manis akan disakiti kembali oleh induknya, atau
diterima tetapi akan diabaikan.”
Adit
siap-siap membuka kandang yang didalamnya sudah ada induk si manis. Beberapa
petugas mangrove mengamati dengan cemas, Merry sedikit khawatir takut kalau
salah satu dari skenario tersebut akan terjadi. Kami berharap manis bisa
diterima kembali oleh induknya karena jika sudah dekat akan semakin mudah untuk
melepaskanya kembali ke alam bebas.
“Tutup
kandangnya.” Adit memberi perintah pada Agus. Tak lama induk simpanse mendekati
bayinya. Senyuman merekah dibibir kami yang menyaksikan pemandangan mengharukan
pagi ini. Induk simpanse memeluk hangat bayinya dan mengajaknya bermain. Dengan
ini pelepasan Ibu dan anak simpanse tersebut dapat dilakukan minggu depan.
“Gus
nanti dokumen si manis dan induknya lw siapin, rencananya minggu siap untuk
dilepas”
“Ok
boss”
***
DJ
memainkan musik beberapa pengunjung sudah terbius menikmati alunan musik yang
saat ini sedang di gandrungi anak muda, tetapi wanita yang duduk dipojok sana
masih sibuk memikirkan nasibnya. Ia tidak perduli dengan kebisingan suasana
sekelilingnya bahkan beberapa temannya sudah sedari tadi membuat keganduhan
namun hal tersebut tak membuat Bintang terusik.
“Bintaaanggg
semangat dong dari tadi manyun terussss.”
“Tau nih. Kita kesini supaya lw bisa happy lagi.”
Agnes menimpali ucapan Robbin. Bintang
hanya tersenyum menanggapi kedua sahabatnya yang konyol itu. Tetapi beberapa
menit kemudian Bintang kembali ceria seperti biasanya, ia berusaha untuk
menghilangkan semua beban mala mini. Tiba-tiba terdengar suara yang sangat di
kenal Bintang dari mikrofon.
“Lagu ini kita persembahkan untuk
Bintang sahabat manis kita yang saat ini sedang galau tingkat dewa”
“Selamat menikmati”
Adit, Agus, Nugroho dan Kian sudah
berada di panggu mengambil alih perhatian pengunjung hard rock café. Bintang
santai menanggapi tingkah aneh sahabat-sahabatnya karena tidak lazim kalau
mereka hanya duduk manis menikmati suasana cafe. Kekonyolan mereka memang tak
dapat didiskon kalau sudah berkumpul dalam satu tempat, seperti confeito yang
berebut memenuhi ruang pada toples.
“Sumpah ya kalian tuh bikin gw malu.”
“Tapi lw senang kan?”
“Ia si. Senang banget, udah lama gw ga
ngerasain hal-hal seperti ini.”
“Udah ga galau lagi nih.”
Ledek salah satu teman Bintang sambil
menyeruput orange in red. Bintang dan
teman-teman menghabiskan malam dengan banyak diskusi, canda, tawa dan pelukan
hangat satu sama lain.
***
Jarum jam sudah bertengger tepat
diangka 1 Adit membangunkan Bintang dengan hati-hati, menggoyangkan tubuhnya
dengan pelan karena takut membuat Bintang mengamuk setelah membuka matanya.
“Bintang sudah sampai.”
Bintang menggeliat berusaha
mengumpulkan tenaga. Terlonjat kaget melihat hari sudah berubah semakin larut.
“Sorry kebo banget ya Dit gw.” Thanks udah nganterin pulang. Kalau
sempat besok gw buatin lw nasi goreng spesial.”
“Ga masalah yang penting lw senang
malam ini, bener lw mau bikinin gw nasgor spesial?”
Adit tersenyum melihat tingkah
Bintang yang masih sempat-sempatnya berkata seperti itu. Bintang mengganggu
sambil menguap menangan kantuk
“Ok mimpi indah ya.”
Bintang memutar tubuhnya dan
melambaikan tangan. Dengan berjalan sempoyongan Bintang menuju kamar berfikir
kalau Nathan pasti belum pulang lampu dan AC
pun dalam keadaan off. Ia
melambungkan tubuhnya diatas kasur tangannya meraba-raba seperti ada yang tidur
disebelahnya tepat sekali ia memegang kening orang disebelahnya Bintang
melompat menuju sakral lampu dan menyalahkannya. Dengan tatapan heran Bintang
memandangi Nathan yang terbalut selimut.
“Kamu sakit Nat?”
Bintang panik mendapati Nathan
tergulai tak berdaya. Untuk menjawab pertanyaan saja Nathan tak mampu. Bintang
bergegas menuju dapur menuangkan beberapa es batu kedalam wadah. Dengan sabar
menunggu matahari terbit Bintang mengompres kening Nathan cara yang dilakukan
Ibunya pada saat dirinya demam tinggi. Walaupun sebenarnya ia masih kesal atas
sikap Nathan namun seakan ia lupa dengan hal tersebut. Saat ini kondisi
kesehatan Nathan lebih penting dibandingkan sikapnya yang acuh.
Keesokan paginya
“Tadi malam suhu badan kamu hampir
40o”
“Ya.” Nathan menjawab lemas
“Dari kapan kamu sakit?” Ya ampun
sampai masalah ini pun aku ga tahu, Nathan kamu memang keterlaluan. Bintang
berbicara didalam hati “Kenapa kamu ga kedokter, atau paling tidak telephone
aku” Bintang menyerang Nathan dengan banyak pertanyaan. Nathan cuek tak
menanggapi ia fokus melahap bubur hangat buatan Bintang.
“Nathan aku bertanya sama kamu,
kenapa diam saja?”
Bintang sudah tidak tahan lagi,
meninggikan suaranya
“Kamu ada masalah? Aku bisa jadi
pendengar yang baik. Setidaknya kamu bicara sama aku.”
Nathan tetap saja diam tidak menjawab
pertanyaan Bintang. Ia hanya memandangi Bintang. Bintang terisak meluapkan
semua emosinya. Ia merasa dua bulan bukanlah waktu yang singkat untuk saling
mengenal kepribadian satu sama lain, ia seperti tidak mengenal Nathan
begitupula dengan Nathan ia tidak sama sekali mengenal Bintang.
***
Keren Bintang lw tuh ga salah Nathan tuh
harus peka kalau lw ga suka sama dia yang seperti itu, Bintang berusaha
menenangkan dirinya. Mengingat kejadian pagi ini dan mengganggap ini adalah
cara yang benar untuk menyadarkan Nathan. Bintang memandangi telephone
genggamnya mungkin pagi ini Nathan kesambet dan meminta maaf atas kesalahannya
lalu berjanji akan bersikap romantis seumur hidup. Ia langsung menghapus
khayalannya mana mungkin itu terjadi. Ia baru sadar, tadi malam ketika sedang
di café ada panggilan masuk dari Nathan. Bintang pun memutar otak tidak pecaya
kalau tadi malam Nathan membutuhkan dirinya.
“Cerai.”
Bintang tersedak mendengar saran Adit
wajahnya melongo memandang Adit yang duduk didepannya hanya meja yang
memisahkan mereka berdua
“Cerai.” Bintang membeo mengulang
kalimat Adit
“Ya cerai, apa lagi yang lw harapin dari
Nathan Bi. Udah jelas dia tuh aneh.” Ucap Adit mantab
“Sttt. Pelanin suara lw nanti ada yang
dengar. Tapi itu ga mudah Dit?”
“Ya dipermudah lah.” Adit melahap
potongan stik terakhirnya
“Ga akan.”
“Terserah lw, kalau memang masih bertahan
dengan kondisi rumah tangga lw yang ga sehat.”
“Pasti gw habis diomelin sama bokap,
kalau sampai cerai sama Nathan. Baru saja dua bulan masa cerai.”
“Mau gimana lagi, kan lw sendiri yang
ngejalanin, bukan gw, Merry atau papa dan mama lw.”
Bintang menatap Adit tak pecaya. Mana
mungkin ia bisa menjalankan saran dari Adit karena pernikahan itu bukan
main-main. Terlalu gila kalau mengikuti saran Adit, menikah saja belum
bagaimana ia bisa merasakan kerikil dalam rumah tangga dan member saran ekstrim
untuk solusi rumah tangga Bintang dan Nathan.
***
Kata-kata Adit masih terngiang dalam
memori Bintang. Sudah satu minggu ia memikirkannya Nathan tak juga berubah dari
sikapnya yang acuh. Mr. Cuek
“Kita harus bicara” Bintang menghentikan
Nathan yang sedang membaca dalam ruang kerja di rumahnya. Seketika Nathan
memandang Bintang ia memutar kursi bacanya agar dapat berhadapan dengan
Bintang.
“Aku ga bisa menjalankan hari seperti
ini, sulit sangat sulit buat aku. Kalau bertemu dengan kamu aku seperti memakai
topeng, aku jadi tidak menganal diriku sendiri. Nathan tolong hentikan semua
ini. Cukup sampai disini”
Bintang sesegukan. Nathan terkejut
melihat Bintang menangis seperti itu dihadapannya. Tetapi masih saja Nathan
membisu menanggapi pertanyaan Bintang.
“Aku ga suka kamu diam, ga perduli,
acuh, santai, pokoknya aku ga suka dari ujung rambut sampai ujung kaki kamu.”
Bintang memukul-mukul tubuh Nathan. Nathan masih diam melihat Bintang seperti
itu.
Bintang sudah tidak dapat mengontrol
keseimbangan tubuhnya, ia jatuh lalu memukul-mukul dadanya dengan pelan karena
sedikit kesulitan bernafas. Nathan jongkok memegang bahu Bintang, Bintang
menepis kedua tangan Nathan dan terus seperti itu sampai akhirnya Bintang lemas
tak bisa melawan. Nathan menghembuskan nafasnya dengan berat menatap mesra
isterinya, membelai rambut dan menepuk-nepuk pundak Bintang. Dengan pelan ia
menarik kedua tangan Bintang dan menciumnya dengan hangat.
“Bintang cahaya hidupku, aku tahu sudah
banyak luka yang kamu pendam selama dua bulan ini. Aku minta maaf sudah acuh,
cuek, atau tidak perduli sama kamu. Aku juga minta maaf tidak bisa menjadi
suami yang romantis dimata kamu.” Nathan berkata pelan memecahkan kesunyian.
Bintang menatap Nathan hati-hati baru
pernah ia memandang dengan lama wajah Nathan. Lalu Nathan menuntun Bintang
untuk duduk di sofa.
“Menjadi suami sempurna dimata isteri
sulit sekali bagi aku Bi, mungkin lebih mudah menghadapi berpuluh-puluh
infestor ketimbang kamu.” Nathan memandang lurus tetapi tangannya masih
memnggengam hangat kedua tangan Bintang
“Aku butuh perempuan seperti kamu untuk
tetap berada disamping aku. Mendukung semua keputusan ku, memberi kekuatan,
tempat aku bersandar dan tempat aku mengadu. Tapi sulit sekali buat aku menjadi
seperti itu.”
Bintang sudah sedikit lebih tenang
mendengar perkataan Nathan
“Tolong sabar sedikit lagi, aku cinta
kamu Bi dan pasti aku bisa menjadi Nathan yang kamu inginkan.”
Bintang memeluk Nathan dan Nathan pun
menjambut pelukan Bintang dengan hangat. Dalam hati Bintang bersyukur kalau
Nathan memang benar mencintainya.
Tangerang,
22 Agustus 2017
Indahnya
Melukis Hari
0 komentar:
Posting Komentar