Selasa, 22 Agustus 2017

Cinta Untuk Nathan


“Selamat siang penghuni SMA Sinar Harapan, masih sama gw penyiar paling kece dan ok Bintang Jessellina Bagastoro yang akan menemani jam istirahat kalian dengan lagu-lagu yang tentunya asik.”

Suara Bintang memadati sudut sekolah. Penyiar paling di tunggu karena gayanya yang asik dan ke-PD-an ketika sudah bertemu dengan pengeras suara.

“Ok lagu pertama langsung gw puterin buat kalian pendengar setia gw. Pejantang tanggu sheila on seven request dari si pejantan tanggu sekolah kita siapa lagi kalau bukan Anto yang siang hari ini juga menitipkan salam untuk Sella juwita hatinya. Selamat menikmati.”

Suara Bintang langsung beralih dengan suara Duta vokalis band yang saat itu sedang naik daun.

“Bintang ada tisam nih buat lw, tapi ga jelas dari siapa.”

Agus menyodorkan kertas kecil kehadapan Bintang

“Buat gw.”

Bintang menunjuk dirinya sambil bergumam pelan. Ia membuka pesan dengan semangat.

“Cempreng satu kata yang bisa mewakilkan kepribadian kamu, semua sudut yang ada di sekolah ini terkontraminasi karena suara kamu itu. Bahkan untuk mendengarkan pesan dari alam pun aku ga bisa. Bumi akan sentosa saat kamu bisa lebih memelankan volume suara.”

Bagai tersambar petir disiang bolong isi pesan yang menyayat-nyayat hati Bintang, selama ini teman-teman selalu memuji suaranya yang bagus. Ia tak percaya bahwa ada orang sombong dan jahat di sekolah yang tidak suka dengannya. Dasar belagu ngomong langsung aja ga berani sok keren lagi umpat Bintang sembari meremas kesal kertas itu.

Seorang pria bertubuh tinggi dan atletis memandangi langit dengan santai, tangan kanannya menggenggam buku yang memiliki halaman ratusan. Tak lama kemudian ia melangkah menyusuri koridor tersenyum kecut dengan tatapan tajam.

***

“Setelah lulus saya langsung meneruskan pendidikan ke luar negeri, karena sudah resmi diterima salah satu universitas ternama di Inggris.”

Ucap Nathan mantab. Semua murid terbelalak mendengar presentasinya, sebenarnya tak heran mendengar Nathan memiliki mimpi melebihi tingginya langit. Mengejar gelar sarjana mungkin master di Inggris hal wajar untuk manusia sekelas Nathan. Ia cerdas teman setianya saja buku tebal tentang Bisnis. Keluarga Nathan memiliki bisnis perhotelan, namun hotelnya sedang diambang kehancuran gosip yang sudah menjadi rahasia umum di negeri ini pantas saja ia gila belajar untuk mempertahankan bisnis keluarganya.

“Dimasa depan saya ingin di panggil drh. Bintang Jessellina Bagastoro.”

“Ga salah Bi?, nanti hewannya malah stress loh.”

Ledek salah satu teman pria yang duduk paling belakang

“Yang ada hewan tersebut beruntung karena dirawat oleh dokter cantik seperti gw.”

Mulai Bintang membanggakan diri di depan guru dan teman-teman

“Bapak saranin kamu masuk jurusan komunikasi saja.”

“Hmmmm dokter hewan saja Pak.”

Jawab Bintang hati-hati. Nathan mengawasi percakapan namun matanya tetap fokus membaca. 

***

Bintang dan Adit kembali mendatangi Luxury Hotel namun hari ini mereka tidak lagi membujuk CEO untuk menyerahkan hewan-hewan langka yang terpajang bebas. Mereka setuju menyerahkan hewan langka yang dibela mati-matian oleh Bintang dan Adit. Dengan syarat mereka akan tetap memajang hewan di hotel walaupun bukan hewan langka. Bintang dan Adit tidak dapat berbuat apa-apa lagi karena untuk mendapatkan hewan-hewan langkah ini saja mereka harus menarik urat.

            “Pak Nathan tolong tanda tangan di sini.” Bintang menyerahkan dokumen untuk ditandangani Nathan.

“Terima Kasih atas kerjasamanya, saya pastikan hewan-hewan milik Bapak akan kami kembalikan pada habitatnya dengan ini Bapak sudah menjamin kehidupan mereka.”

Bintang menyodorkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Nathan, Nathan pun membalasnya.

 “Bintang kamu lupa dengan saya?”

Tanya Nathan datar. Bintang diam tak mengerti begitu pula dengan Adit.

“Bintang Jessellina Bagastoro penyiar paling terkenal di SMA Sinar Harapan, saat jam istirahat tiba suaranya akan menambah kegaduhan.”

Nathan mengingatkan Bintang pada masa SMA namun tetap dengan gayanya yang sok cool.
“Ya ampun Gagah Nathan Wicaksono anak tengil yang belum lulus sekolah namun sudah diterima pada Universitas ternama di Inggris dan dengan sombongnya memamerkan hal tersebut kepada teman-teman.”

Bintang tak mau kalah. Bintang memukul keningnya mengumpat mengapa ia bisa lupa, kalau ia bisa mengingat Nathan lebih cepat mungkin akan mempermudah tugasnya.

***

“Ya ampun Dit memori otak gw parah banget ya?” Bintang menggeleng tak percaya.
“Kan, situ memang punya ingatan yang parah.” Jawab Adit yang sedang mengendarai mobil.
“Nathan tuh memang keren. Tanpa ragu Bintang memuji Nathan. Sekilas info aja ya dulu tuh dia ga punya teman dan kerjaanya cuma baca buku doang.”

“Percaya ko gw”

“Kira-kira dia sudah menikah belum ya, secara dia kan lulusan Harvad pastilah kecantol dengan salah satu perempuan disana.”

Adit langsung memandangi Bintang dengan heran. Kenapa topik pembicaraan berubah menjadi pernikahan.

“Ah mana mungkin, Nathan kan fokus banget orangnya.”

Bintang menjawab pertanyaannya sendiri, Adit yang duduk disebelahnya tidak menanggapi seperti sudah sering melihat Bintang berbicara seorang diri.

***

Sesampainya  beberapa petugas langsung menyambut keluarga baru untuk mangrove mereka membantu Bintang dan Adit menurunkan Ailurops melanotis, Catopuma badia, Dendrolagus mayri, Dugong dugon, dan Haylobates agilis.

“Ka Merry ini semua dokumen resmi hewan langka yang dimiliki Luxury Hotel.”

Bintang menyerahkan dokumen-dokumen tersebut kepada Merry dokter hewan yang juga bertugas di Taman Nasional Gunung Lauser. Dengan ceria ia langsung menarik kursi dan duduk disamping Merry menceritakan kejadian yang menurutnya unik. Tak kalah cerianya Merry mendengarkan cerita Bintang, satu dua kali Merry meledek. Tiba-tiba pipi Bintang bersemu merah, lalu matanya berpijar bagaikan lampu neon 30 watt.

***

Udara siang ini sejuk matahari tidak mengeluarkan sifat panasnya 100% karena sudah memasuki musim hujan, begitu pula di rooftop Luxury Hotel Nathan dan Joshua sedang menikmati cuaca yang sangat bersahabat.

“Sudah ga usah fikir panjang lw tuh memang tertarik dengan Bintang, gw rasa kalian berdua pasangan yang cocok ditambah sudah mengenal kepribadian satu sama lain. Apa lagi yang kurang?”

Joshua mantab memberi saran untuk Nathan, menurut hasil penelitiannya Bintang mampu mengisi keseluruhan ruang kosong dalam hati sahabatnya yang dijuliki manusia setengah Enstein. Ia mengenal betul sahabatnya tersebut yang tidak pernah memperdulikan wanita-wanita cantik disekitarnya tapi ketika takdir mempertemukan mereka kembali hati berkata lain. Nathan bisa tersenyum ketika bersama Bintang, nyaman berlama-lama, walaupun tetap saja harus Bintang dahulu yang membuka topik kalau tidak Nathan akan diam saja.

“Bintang tuh cantik keren lagi, gw takut nanti keburu disamber orang.”

“Gw hanya takut Bintang gak punya perasan yang sama seperti gw.”

“Kebanyakan mikir. Kalau ga di coba, ya ga akan tahu. Apa harus gw yang bertindak?”

Nathan terbelalak mendengar perkataan Joshua. Joshua menantang keberani Nathan karena sudah satu tahun ia memendam rasa cinta untuk Bintang walau sudah beberapa kali ia menjuluki Nathan pengecut tetapi hal tersebut tidak juga membuat Nathan mengungkapkan perasaan cintanya.

***

HP Bintang berbunyi ada pesan masuk yang mendarat. Bintang langsung meraih dan membukanya. “Malam ini ada waktu?” Nathan sedang harap-harap cemas menunggu jawaban Bintang.

“Kosong. Kenapa?”

“Aku Jemput kamu jam 7 malam ya, ada yang aku ingin tanyakan sama kamu.”

“Ok.” balas Bintang singkat. Nathan tersenyum membaca pesan Bintang.

To the point banget Pa isi pesannya. Gw yakin Bintang pasti ga mempermasalahkan hal itu karena di sudah kenal sifat cowok cool yang satu ini”

Joshua mengingatkan jangan sampai Bintang ilfeel dengannya karena sikapnya yang maju mundur dan memastikan Nathan untuk tidak grogi ketika berbicara karena hal tersebut akan terlihat bodoh. Dengan cemas Nathan mengiyahkan perkataan sahabatnya itu.

“Tapi kalau ternyata Bintang ga suka gw gimana?”

“Yaudah terima nasib aja.”

Nathan lemas mendengar jawaban Joshua, jawaban yang tidak sesuai dengan harapannya. Untuk menyatakan cinta memang pertama kalinya bagi Nathan, makanya ia selalu memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Terlebih lagi Bintang wanita yang diskukainya selalu dikelilingi laki-laki keren. Terlebih lagi ada Adit pria yang selalu bersama Bintang.

***

Suasna Restoran malam ini jauh dari kata romantis memang Nathan tidak menyukai hal-hal semacam itu tidak ada sambuatan khusus untuk Bintang semuanya berjalan dengan sederhana. Nathan tahu hal tersebut pasti berbanding terbalik dengan Bintang, ia sangat menyukai suasana romantis terlebih dapat bertumpu pada lilin yang menjadi penerang. Tetapi Bintang tidak mempermasalahkan hal tersebut pada malam ini, keduanya duduk berhadapan satu dua kali bertemu pandang bermain dengan perasaan nerves masing-masing.

“Aku bukan tipikal pria romantis dan tidak bisa melakukan hal-hal seperti itu.”

Dengan keberanian yang dibuat-buat Nathan memecahkan kebisuan diantara keduanya

“Iya lalu.”

“Lalu hmmmm ak..ak..aku tertarik sama kamu Bi, awalnya aku risih sama perempuan-perempuan yang banyak bicara. Tapi berbeda ketika aku mengenal kamu. Kamu itu unik dan aku suka melihat keunikan kamu itu.” Tubuh gagah Nathan sudah dipenuhi keringat dingin.

“Jadi intinya.”

“Intinya apa kamu mau jadi patner hidup aku?”

Nathan menghembuskan nafasnya dengan lega karena seperti baru saja mengeluarkan beban berat dalam hidupnya. 

“Aku rasa tidak ada kata yang tepat untuk mewakilkan jawaban aku atas pertanyaan kamu, jujur setelah pertemuan itu aku selalu bertanya apa maksud skenario Tuhan. Apakah hanya kebetulan atau ada maksud dari kebetulan itu.”

Bintang mencoba menjelaskan perasaanya. Nathan memandanginya dengan sabar menunggu jawaban Bintang.

“Hanya kata ya yang dapat aku berikan untuk pertanyaan kamu Nat.”

“Artinya kamu juga memiliki perasan yang sama seperti aku?”

Nathan mengkonfirmasi jawaban Bintang karena ia berusaha memastikan kalau ia tidak salah dengar

“Ya Nathan.." Jawab Bintang hangat

***

Bulan madu, pelukan hangat, kata-kata romantis, bunga mawar merah atau hal-hal menyenangkan yang dapat dilakukan oleh pasangan baru tidak nampak pada rumah tangga Bintang dan Nathan, mereka tenggelam dalam rutinitas pekerjaan yang membuat keduanya sibuk bahkan untuk sarapan atau makan malam bersama tak bisa.

“Gimana kabar Nathan?, kayanya gw lihat lw selau sibuk menghabiskan waktu di  sini.”

“Nathan baik.”

Bintang santai menjawab Merry pandangannya fokus memeriksan harimau sumatera berumur satu tahun, baru tiba dua hari lalu di Taman Nasional Gunung Lauser tuannya sendiri yang menyerahkan sibelang. Belakangan diketahui seorang pejabat kaya yang memeliharanya sunggu malang nasib si belang yang terpisah jauh dari orang tuanya. Pejabat tajir itu  mendapatkan belang dari seorang pemburuh ilegal.

“Kalau sudah menikah jangan terlalu sibuk, harus lebih banyak menghabiskan waktu di rumah.”

Bintang tersenyum menanggapi Merry ia membelai lembut tubuh sibelang lalu mencatat data kesehatannya pada buku khusus. Tiba-tiba Adit datang mengagetkan keduanya. Siang ini Bintang dan Adit melakukan ekspedisi ke pasar hewan hal rutin yang selalu dilakukan untuk meminimalisir perdagangan hewan langka. Untuk mendapatkan hewan di pasar Sibreh terbilang mudah, bahkan apa saja yang dicari dengan ajaib pedang-pedangan tersebut dapat membawanya kehadapan pembeli. Taman Nasional Gunung Lauser biasanya akan membeli hewan langka yang berada di pasar tersebut walaupun sulit untuk mendapatkannya ada beberapa pedagang yang menggila mereka memasang tariff sangat tinggi dengan alasan karena sulit mendapatkannya, kalau sudah seperti itu Bintang dan Adit kadang suka merogoh kocek sendiri walaupun dengan tawar menawar yang sangat alot.

“Keren banget tuh abang bisa dapetin elang jawa. Kasus nih Dit.”

Bintang berbisik kepada Adit khawatir para pedagang akan mendengarnya. Adit langsung mencari-cari yang dimaksud Bintang.

“Arah jam 9.”

“wahh benar kasus nih Bi.”

Elang jawa burung yang sangat langka biasanya hanya dapat dijumpai pada penangkaran atau kebun binatang tapi kali ini burung langka tersebut terpajang secara istimewa disalah satu kios pasar. Tanpa menunggu aba-aba keduanya berjalan menghampiri kios tersebut.

“Ada elang jawa nih?”

“Ya, dapatnya susah nih mas. Langka.”

“Berapa.?”

“7 juta”

“Bisa kurang?”

Adit mengamati elang dengan teliti

“2 juta?”

“Susah mas dapatnya, 6 juta mentok ga bisa kurang lagi.”

“Kan sudah biasa kami ke sini.”

“4 juta mas, langsung kita bayar.” Bintang membujuk

“Yaudah”

“Kalau boleh tahu dapat dari mana mas?”

“Wah kalau itu saya ga bisa kasih tahu.” Pedagang langsung mengambil sangkar burung untuk memindahkan elang tersebut.

Setelah lelah menyelusuri pasar keduanya bergegas kembali menuju mobil. Selama perjalanan pulang Bintang tak banyak bicara malah Adit yang bicara terus. Biasnya ekspresi Bintang akan menggebu-gebu ketika baru pulang dari pasar hewan karena mendapatkan hewan langka untuk dilepaskan kembali pada habitatnya, tetapi kali ini ganjal sekali. Bahkan  Ketika Adit menyalahkan radio Bintang langsung mematikannya seperti seorang yang sedang membutuhkan suasan hangat untuk meringankan beban pada pundaknya. Adit hanya mengamati sikap Bintang yang sedikit berbeda tanpa banyak komentar atau sekedar mengajak bercanda.

***

            Sinar matahari menembus melalui sela-sela jendela kamar Bintang dan Nathan. Membuat Bintang terbangun walau sangat lelah menjalankan aktifitas hari ini Bintang bergegas membujuk dirinya untuk meninggalkan tempat tidur yang empuk, Nathan masih terlelap entah jam berapa ia sampai rumah aktifitas yang melelahkan membuat Bintang terlelap saat menunggu Nathan pulang kemarin malam. Bintang membuka pintu kamar dan berjalan menuju dapur menyiapkan sarapan untuknya dan juga Nathan.

            “Sampai jam berapa Nat?”

            Bintang sengaja tak membangunkan Nathan ia mengetahui pasti Nathan sangat lelah karena banyak pekerjaan yang harus dituntaskannya.

            “Jam 2 pagi.” Nathan menyuruput kopi yang terhidang di meja makan.

            “Kemarin aku sama Adit mendapatkan jekpot loh, kita bisa dengan mudah dapat elang jawa. Kamu harus tahu kalau populasi mereka itu hampir punah. Ya karena itu seneng banget bisa mendapatkannya.” Bintang menceritakan dengan semangat hasil buruhannya kemarin, Nathan menyimaknya dengan santai seperti biasa ia tak banyak memberi komentar hanya senyuman manis upah dari Nathan untuk cerita Bintang.

“Kemarin kamu kemana? Ko pulangnya larut banget.”

“Aku harus bertemu salah satu infestor.”

“Terus hasilnya?”

 “Menurut Pak Bambang aku masih terlau muda. Jadi mereka masih fikir-fikir untuk mensponsori proyek terbaru Luxury.”

            “Oh gitu, aku yakin kalau Pak Bambang sudah kenal kamu lebih dekat pasti hal tersebut ga akan terjadi.”

            Bintang tersenyum dengan tulus, percakapan pagi ini sangat kaku untuk pasangan suami isteri yang sudah menginjak usia pernikahan dua bulan. Namun apa boleh buat karena sama-sama sibuk dengan pekerjaan Bintang dan Nathan jarang sekali bisa melakukan aktifitas bersama, siapa yang mau disalahkan kalau sudah seperti ini.

***

            Café Manggo Six menjadi tempat pilihan Bintang untuk makan malam bersama dengan Nathan, ia sudah reserfasi tempat langkah awal untuk menghangatkan rumah tangganya. Dua bulan yang lalu café ini menjadi tempat istimewa untuk keduanya, karena Nathan melamarnya pada saat itu. Usia pernikah sudah menginjak dua bulan Bintang ingin memberi kejutan untuk Nathan karena sebelumnya ia tak pernah melakukan hal ini. Bahkan Bintang sudah membeli red dress yang sangat indah dan cocok ditubuhnya yang langsing, di tambah dengan hill untuk menambah penampilannya lebih sempurna. Tetapi Jam sudah menunjukkan pukul 19.00 Nathan tak juga datang Bintang mengecek telephone genggamnya memastikan ia tak salah mengirim pesan. Sudah tiga gelas Bintang menghabiskan minuman yang dipesannya Nathan tak juga datang, ia putus asa karena sudah tiga jam ia menunggu.

            “Mba minta billnya.” Dengan ekspresi sedih Bintang mengulurkan tangannya

            “Terimakasih.”

            Bintang berjalan dengan lesu memasuki mobil, selama perjalanan pulang ia memikirkan mengapa Nathan tidak memenuhi ajakannya, memang mereka tidak merencanakan  dinner malam ini. Apa Nathan lupa malam ini pernikahan mereka tepat dua bulan.

***

            Bintang mengecek dengan teliti satu persatu hewan-hewan di penangkaran karena ada beberapa hewan yang rencananya akan dilepaskan kembali ke habitatnya dalam waktu dekat ini, semua dokter harus memastikan hewan yang siap untuk di lepaskan dalam keadaan sehat. Adit mengagetkan Bintang dari belakang tetapi Bintang hanya tersenyum menanggapi tingkah jahil Adit. Pria bermata coklat itu bingung mendapati sahabatnya yang tak bersemangat.

            “Ga panas ko.” Adit menyentuh kening Bintang memastikan tidak ada yang salah dengan Bintang.

“Akhir-akhir ini kayanya ada yang bena sama lw?”

Bintang menghela nafas panjang dan berjalan pada sebuah batang pohon yang dialih fungsikan sebagai tempat duduk.

“Kemarin penikahan gw sama Nathan menginjak dua bulan.”

“Bagus dong, terus?” Tanya Adit penasaran.

“Tiga jam gw nunggu Nathan.”

Bintang sangat sedih menceritakan masalahnya dengan Adit. Ia tak banyak bicara memberikan ruang agar Bintang dapat menumpahkan rasa sedihnya.

“Dan pagi ini Nathan ga bicara apa-apa sama gw, dia berangkat lebih awal sebelum gw bangun.”

Bintang sudah tak tahan ia menangis. Adit memandang Bintang lekat-lekat dan menakup tangan Bintang, ada apa dengan rumah tangganya bukankah pasangan suami isteri harus saling melengkapi satu sama lain. Nathan jarang sekali menanyai kabar Bintang bukankah hal tersebut selalu dilakukan oleh setiap pasangan terlebih pasangan baru agar hubungan keduanya semakin harmonis.

“Apa Nathan bukan jodoh gw Dit?”

Bintang terisak, Adit diam membisu tidak tahu harus menjawab apa. Hanya meminjamkan bahunya saja yang dapat ia lakukan untuk sahabatnya.

***

Telephon genggam Bintang berbunyi ada pesan masuk dari Nathan, sebelum membuka isi pesan Bintang berharap Nathan akan meminta maaf karena kejadian tadi malam atau sekedar menanyai kabarnya. Tetapi salah besar Nathan memberi tahu kalau malam ini ia tidak bisa pulang karena harus ke Bandung mengurusi nasib hotelnya. Hati Bintang bagai tercabik-cabik lelaki macam apa Nathan yang tak menyadari kesalahannya, enteng sekali ia menanggapi badai dalam rumah tangganya ia fikir pernikahan hanya untuk main-main saja.

“Belum pulang Bi?, Nathan nyariin tuh”

“Aku ga pulang satu tahun juga Nathan ga perduli.”

Jawab Bintang kesal sambil melembar batu kerikil dengan emosi

“Kenapa si? Ada masalah?”

Merry bergegas duduk disamping Bintang. Bintang mulai mengeluhkan tentang sikap Nathan yang menurutnya tak normal.  Ia tahu bahwa Nathan memang tidak romantis ia pun tidak mempermasalahkan hal tersebut, bahkan untuk pura-pura romantis agar isterinya senang bagi Bintang tak jadi masalah. Bintang cukup mengenal sikap Nathan yang memang sudah acuh dari SMA, pria yang tidak memiliki teman dan asik dengan dunianya sendiri, sombong, belagu, tengil, ga asik dan sok bisa hidup sendiri di dunia yang kejam ini. Bintang memuntahkan semua rasa kesalnya dihadapan Merry. Menurtnya Merry cukup desawa untuk diajak bicara mengenai kasus rumah tanggnya walaupun ia belum menikah.

“Jadi kamu mau apa?”

“Aku mau Nathan tuh perhatian sama aku Ka.”

“Ya kamu utarakan dong.”

“Gak bisa kadang kami kehabisan topik ketika sedang berduaan.”

“Hmmm gitu ya.”

“Ya, kesian kan gw.”

Bintang putus asa menghadapi suaminya yang cueknya super keterlaluan. Merry hanya dapat menyarankan agar Bintang tetap bersabar karena hanya Bintang sendiri yang dapat  mencairkan susasa rumah tangganya, ditambah ia tipikal orang yang ceria, masalah sekecil ini sangat mudah bagi Bintang. 

***

Ayam milik Pak Broto tetangga sebelah berkokok dengan semangat membangunkan penduduk komplek untuk segera memulai aktifitas mereka, Bintang turun dari tempat tidur dengan hati-hati enggan menggangu Nathan yang baru terlelap pukul 3 pagi. Setelah menghidangkan makanan untuk Nathan ia bergegas berangkat kerja sebelum meninggalkan rumah Bintang mengecup kening Nathan. Dasar kebo dicium pun ia tidak merasa  umpat Bintang dalam hati. Dua jam melakukan perjalanan ditambah macet setengah jam total perjalanan Bintang menuju Taman Nasional Gunung Lauser dua setengah jam waktu yang tak wajar karena kebiasaan buruk jalanan Ibu kota segala aktifitas di pagi hari harus tertunda karena macet.

“Pagi Bi”

Adit menyambut Bintang dengan senyuman manisnya ia menggendong bayi simpanse yang baru berumur 4 bulan, bayi simpanse yang malang itu tidak diperlakukan dengan sayang oleh induknya. Ada beberapa luka ditubuhnya karena cakaran dari induknya sendiri.

“Kamu yakin Dit bisa disatukan kembali?" Bintang bertanya dengan cemas.

“Akan ada dua skenario Bi. Pertama manis akan disakiti kembali oleh induknya, atau diterima tetapi akan diabaikan.”

Adit siap-siap membuka kandang yang didalamnya sudah ada induk si manis. Beberapa petugas mangrove mengamati dengan cemas, Merry sedikit khawatir takut kalau salah satu dari skenario tersebut akan terjadi. Kami berharap manis bisa diterima kembali oleh induknya karena jika sudah dekat akan semakin mudah untuk melepaskanya kembali ke alam bebas.

“Tutup kandangnya.” Adit memberi perintah pada Agus. Tak lama induk simpanse mendekati bayinya. Senyuman merekah dibibir kami yang menyaksikan pemandangan mengharukan pagi ini. Induk simpanse memeluk hangat bayinya dan mengajaknya bermain. Dengan ini pelepasan Ibu dan anak simpanse tersebut dapat dilakukan minggu depan.

“Gus nanti dokumen si manis dan induknya lw siapin, rencananya minggu siap untuk dilepas”

“Ok boss”

***

DJ memainkan musik beberapa pengunjung sudah terbius menikmati alunan musik yang saat ini sedang di gandrungi anak muda, tetapi wanita yang duduk dipojok sana masih sibuk memikirkan nasibnya. Ia tidak perduli dengan kebisingan suasana sekelilingnya bahkan beberapa temannya sudah sedari tadi membuat keganduhan namun hal tersebut tak membuat Bintang terusik.

“Bintaaanggg semangat dong dari tadi manyun terussss.”

“Tau nih. Kita kesini supaya lw bisa happy lagi.”

Agnes menimpali ucapan Robbin. Bintang hanya tersenyum menanggapi kedua sahabatnya yang konyol itu. Tetapi beberapa menit kemudian Bintang kembali ceria seperti biasanya, ia berusaha untuk menghilangkan semua beban mala mini. Tiba-tiba terdengar suara yang sangat di kenal Bintang dari mikrofon.

“Lagu ini kita persembahkan untuk Bintang sahabat manis kita yang saat ini sedang galau tingkat dewa”

“Selamat menikmati”

Adit, Agus, Nugroho dan Kian sudah berada di panggu mengambil alih perhatian pengunjung hard rock café. Bintang santai menanggapi tingkah aneh sahabat-sahabatnya karena tidak lazim kalau mereka hanya duduk manis menikmati suasana cafe. Kekonyolan mereka memang tak dapat didiskon kalau sudah berkumpul dalam satu tempat, seperti confeito yang berebut memenuhi ruang pada toples.

“Sumpah ya kalian tuh bikin gw malu.”

“Tapi lw senang kan?”

“Ia si. Senang banget, udah lama gw ga ngerasain hal-hal seperti ini.”

“Udah ga galau lagi nih.”

Ledek salah satu teman Bintang sambil menyeruput orange in red. Bintang dan teman-teman menghabiskan malam dengan banyak diskusi, canda, tawa dan pelukan hangat satu sama lain.

***

            Jarum jam sudah bertengger tepat diangka 1 Adit membangunkan Bintang dengan hati-hati, menggoyangkan tubuhnya dengan pelan karena takut membuat Bintang mengamuk setelah membuka matanya.

            “Bintang sudah sampai.”

            Bintang menggeliat berusaha mengumpulkan tenaga. Terlonjat kaget melihat hari sudah berubah semakin larut.

            “Sorry kebo banget ya Dit gw.” Thanks udah nganterin pulang. Kalau sempat besok gw buatin lw nasi goreng spesial.”

            “Ga masalah yang penting lw senang malam ini, bener lw mau bikinin gw nasgor spesial?”
            Adit tersenyum melihat tingkah Bintang yang masih sempat-sempatnya berkata seperti itu. Bintang mengganggu sambil menguap menangan kantuk

            “Ok mimpi indah ya.”

            Bintang memutar tubuhnya dan melambaikan tangan. Dengan berjalan sempoyongan Bintang menuju kamar berfikir kalau Nathan pasti belum pulang lampu dan AC pun dalam keadaan off. Ia melambungkan tubuhnya diatas kasur tangannya meraba-raba seperti ada yang tidur disebelahnya tepat sekali ia memegang kening orang disebelahnya Bintang melompat menuju sakral lampu dan menyalahkannya. Dengan tatapan heran Bintang memandangi Nathan yang terbalut selimut.

            “Kamu sakit Nat?”

            Bintang panik mendapati Nathan tergulai tak berdaya. Untuk menjawab pertanyaan saja Nathan tak mampu. Bintang bergegas menuju dapur menuangkan beberapa es batu kedalam wadah. Dengan sabar menunggu matahari terbit Bintang mengompres kening Nathan cara yang dilakukan Ibunya pada saat dirinya demam tinggi. Walaupun sebenarnya ia masih kesal atas sikap Nathan namun seakan ia lupa dengan hal tersebut. Saat ini kondisi kesehatan Nathan lebih penting dibandingkan sikapnya yang acuh.

            Keesokan paginya

            “Tadi malam suhu badan kamu hampir 40o

            “Ya.” Nathan menjawab lemas

            “Dari kapan kamu sakit?” Ya ampun sampai masalah ini pun aku ga tahu, Nathan kamu memang keterlaluan. Bintang berbicara didalam hati “Kenapa kamu ga kedokter, atau paling tidak telephone aku” Bintang menyerang Nathan dengan banyak pertanyaan. Nathan cuek tak menanggapi ia fokus melahap bubur hangat buatan Bintang.

            “Nathan aku bertanya sama kamu, kenapa diam saja?”

Bintang sudah tidak tahan lagi, meninggikan suaranya

“Kamu ada masalah? Aku bisa jadi pendengar yang baik. Setidaknya kamu bicara sama aku.”

Nathan tetap saja diam tidak menjawab pertanyaan Bintang. Ia hanya memandangi Bintang. Bintang terisak meluapkan semua emosinya. Ia merasa dua bulan bukanlah waktu yang singkat untuk saling mengenal kepribadian satu sama lain, ia seperti tidak mengenal Nathan begitupula dengan Nathan ia tidak sama sekali mengenal Bintang.

***

Keren Bintang lw tuh ga salah Nathan tuh harus peka kalau lw ga suka sama dia yang seperti itu, Bintang berusaha menenangkan dirinya. Mengingat kejadian pagi ini dan mengganggap ini adalah cara yang benar untuk menyadarkan Nathan. Bintang memandangi telephone genggamnya mungkin pagi ini Nathan kesambet dan meminta maaf atas kesalahannya lalu berjanji akan bersikap romantis seumur hidup. Ia langsung menghapus khayalannya mana mungkin itu terjadi. Ia baru sadar, tadi malam ketika sedang di café ada panggilan masuk dari Nathan. Bintang pun memutar otak tidak pecaya kalau tadi malam Nathan membutuhkan dirinya.

“Cerai.”

Bintang tersedak mendengar saran Adit wajahnya melongo memandang Adit yang duduk didepannya hanya meja yang memisahkan mereka berdua

“Cerai.” Bintang membeo mengulang kalimat Adit

“Ya cerai, apa lagi yang lw harapin dari Nathan Bi. Udah jelas dia tuh aneh.” Ucap Adit mantab

“Sttt. Pelanin suara lw nanti ada yang dengar. Tapi itu ga mudah Dit?”

“Ya dipermudah lah.” Adit melahap potongan stik terakhirnya

“Ga akan.”

“Terserah lw, kalau memang masih bertahan dengan kondisi rumah tangga lw yang ga sehat.”

“Pasti gw habis diomelin sama bokap, kalau sampai cerai sama Nathan. Baru saja dua bulan masa cerai.”

“Mau gimana lagi, kan lw sendiri yang ngejalanin, bukan gw, Merry atau papa dan mama lw.”
Bintang menatap Adit tak pecaya. Mana mungkin ia bisa menjalankan saran dari Adit karena pernikahan itu bukan main-main. Terlalu gila kalau mengikuti saran Adit, menikah saja belum bagaimana ia bisa merasakan kerikil dalam rumah tangga dan member saran ekstrim untuk solusi rumah tangga Bintang dan Nathan.

***

Kata-kata Adit masih terngiang dalam memori Bintang. Sudah satu minggu ia memikirkannya Nathan tak juga berubah dari sikapnya yang acuh. Mr. Cuek

“Kita harus bicara” Bintang menghentikan Nathan yang sedang membaca dalam ruang kerja di rumahnya. Seketika Nathan memandang Bintang ia memutar kursi bacanya agar dapat berhadapan dengan Bintang.

“Aku ga bisa menjalankan hari seperti ini, sulit sangat sulit buat aku. Kalau bertemu dengan kamu aku seperti memakai topeng, aku jadi tidak menganal diriku sendiri. Nathan tolong hentikan semua ini. Cukup sampai disini”

Bintang sesegukan. Nathan terkejut melihat Bintang menangis seperti itu dihadapannya. Tetapi masih saja Nathan membisu menanggapi pertanyaan Bintang.

“Aku ga suka kamu diam, ga perduli, acuh, santai, pokoknya aku ga suka dari ujung rambut sampai ujung kaki kamu.” Bintang memukul-mukul tubuh Nathan. Nathan masih diam melihat Bintang seperti itu.

Bintang sudah tidak dapat mengontrol keseimbangan tubuhnya, ia jatuh lalu memukul-mukul dadanya dengan pelan karena sedikit kesulitan bernafas. Nathan jongkok memegang bahu Bintang, Bintang menepis kedua tangan Nathan dan terus seperti itu sampai akhirnya Bintang lemas tak bisa melawan. Nathan menghembuskan nafasnya dengan berat menatap mesra isterinya, membelai rambut dan menepuk-nepuk pundak Bintang. Dengan pelan ia menarik kedua tangan Bintang dan menciumnya dengan hangat.

“Bintang cahaya hidupku, aku tahu sudah banyak luka yang kamu pendam selama dua bulan ini. Aku minta maaf sudah acuh, cuek, atau tidak perduli sama kamu. Aku juga minta maaf tidak bisa menjadi suami yang romantis dimata kamu.” Nathan berkata pelan memecahkan kesunyian.

Bintang menatap Nathan hati-hati baru pernah ia memandang dengan lama wajah Nathan. Lalu Nathan menuntun Bintang untuk duduk di sofa.

“Menjadi suami sempurna dimata isteri sulit sekali bagi aku Bi, mungkin lebih mudah menghadapi berpuluh-puluh infestor ketimbang kamu.” Nathan memandang lurus tetapi tangannya masih memnggengam hangat kedua tangan Bintang

“Aku butuh perempuan seperti kamu untuk tetap berada disamping aku. Mendukung semua keputusan ku, memberi kekuatan, tempat aku bersandar dan tempat aku mengadu. Tapi sulit sekali buat aku menjadi seperti itu.”

Bintang sudah sedikit lebih tenang mendengar perkataan Nathan

“Tolong sabar sedikit lagi, aku cinta kamu Bi dan pasti aku bisa menjadi Nathan yang kamu inginkan.”

Bintang memeluk Nathan dan Nathan pun menjambut pelukan Bintang dengan hangat. Dalam hati Bintang bersyukur kalau Nathan memang benar mencintainya.

Tangerang, 22 Agustus 2017

Indahnya Melukis Hari 

0 komentar:

Posting Komentar

 

Melukis Hari dengan Kata Template by Ipietoon Cute Blog Design