Setiap orang tua pasti menginginkan
buah hatinya tumbuh menjadi anak cerdas secara akademik. Karena patokan cerdas
dan tidaknya saat ini di negara kita masih seputar anak yang sedini mungkin
dapat membaca dan berhitung. Buat anak usia dini yang bisa baca semuda mungkin,
akan mendapat julukan manusia setengah Einstein. Ironisnya mereka yang belum
bisa membaca saat lulus TK dapat di pastikan sulit untuk masuk SD unggulan atau
favorit. Ya ampun sengsara banget anak Indonesia saat ini, dari kecil saja
beban hidup sudah berat.
Sebenarnya sangat simpel membuat
anak bisa membaca bahkan dalam jangka waktu tiga bulan saja kita bisa membuat
mereka fasih membaca koran atau buku cerita. Saya sudah buktikan ini selama 90
hari konsisten tanpa jeda. Tapi akan banyak timbul masalah atas pencapaiannya
mereka, kalau kita ibaratkan tumbuh kembang anak seperti sebuah segi tiga
anak-anak Indonesia berkembang dari bagian besar menuju kekerucutnya, sedangkan
anak-anak di Amerika, Inggris, Finlandia dan negara maju lainnya. Mereka berkembang
dari bagian kerucutnya menuju bagian besarnya.
Apakah
ini sebuah kemajuan? Jelas sebuah kemunduran, dari kecil anak yang dipaksa
untuk pandai dalam akademiknya suatu saat nanti mereka akan tumbuh menjadi anak
yang benci dengan pelajaran. Saat ini fenomena tersebut menjadi kebodohan masal
yang sulit di tanggulangi. Dari kecil beban yang di emban sudah terlalu berat
padahal anak-anak belum butuh nilai bagus. Dampaknya mereka akan acuh dengan
beban yang harusnya mereka emban ketika dewasa.
Dari hal yang saya pelajari selama
berkecimpung dalam dunia pendidikan setiap manusia itu memiliki dua jenis
perkembangan. Perkembangan kronologis dan biologi, perkembangan di sini saya
sebut usia ya. Usia kronologis, usia ulang tahun kita sedangkan biologis
tahapan perkembangan kita sebagai manusia yang akan bertambah sesuai dengan
tingkat tantangan hidup yang berhasil kita lalui. Setiap anak belum dapat
mengambil keputusan, mereka akan cenderung mengerjakan apa yang disuruh, saat
mereka disuruh belajar membaca, ikut les ini itu dan bla bla bla pasti akan
mereka lakukan karna pola dan atmosfer yang di bentuk oleh orang tua menuntut
mereka harus seperti apa yang orang tua mau.
Naasnya zaman sekarang usia biologis anak tidak berkembang dengan
baik karena sedari kecil orang tua tidak melatih tentang hal itu, coba kalau
kita perhatikan anak sekolah zaman sekarang kronologis mereka 15 tahun tapi
biologisnya seperti anak 5 tahun. Sebagai sampel seorang anak SMA yang gemar
sekali tauran dengan menggunakan celurit dengan tujuan melukai seseorang,
sebenarnya kita sama-sama tahu efek celurit dapat membuat musuh kehilangan
nyawa apakah mereka memikirkan itu.
Dalam
perkembangan anak ada yang namanya sensorimotor satu, ada di usia berapa si anak
yang memiliki sensorimotor satu? Harusnya hanya boleh ada di anak yang usianya
dua tahun. Anak usia dua tahun masih gemar sekali untuk melempar benda-benda di
sekelilingnya karena mereka belum tahun fungsi dan kegunaan dari benda
tersebut. Gelas kaca yang mereka lempar akan pecah dan berbahaya bagi dirinya
dan orang lain, apakah anak tersebut paham? Tentu mereka tidak paham. Jadi anak
SMA yang masih gemar tauran sebenarnya biologis mereka seperti anak usia dua
tahun.
Ada lagi kasus orang dewasa yang suka
mencuri atau menginginkan kepunyaan orang lain. Sebenarnya kasus mengambil
barang yang bukan miliknya akan muncul pada anak usia tiga tahun, kenapa tiga
tahun? karena mereka masih belajar tentang konsep kepemilikan. Mereka masih
bingung antara barang miliknya, orang lain dan umum. Nah bagi orang dewasa yang
suka ngambil barang orang lain bisa jadi karena saat usia tiga mereka tidak
diajarkan tentang konsep ini. Ini juga berlaku untuk orang dewasa yang suka
sekali korupsi.
Untuk orang dewasa yang gemar
berbohong dan menganggap kejujuran tidak penting bagi mereka, sebenarnya akan
kita temui pada anak usia lima menjelang enam tahun. Pada saat usia lima
menjelang enam disebut usia special karena transisi dari TK menuju SD mereka
lebih gemar menyalahkan dan mengkambing hitamkan orang lain atas kesalahan yang
mereka perbuat. Mereka memiliki ego lebih besar dari usia sesudahnya. Jadi
orang dewasa yang suka sekali berbicara dusta seperti anak umur lima tahun.
Kenapa fenomena di atas menjadi
kebodohan masal bagi orang dewasa di negara kita? karena sedari kecil orang tua
kita sibuk dengan nilai akademik saja, tetapi mengabaikan pembentukan karakter.
Coba kita perhatikan budaya mengantri di negara kita bisa di katakan jelek
sekali, tidak sabar kalau harus mengantri. Budaya membaca bagaimana? Indonesia
masuk kategori negara termalas, buku itu sudah seperti monster yang akan
mengambil nyawa si pembaca. Sedangkan untuk urusan menonton menjadi makanan
sehari-hari yang tidak boleh di lewatkan. Siapa yang untung kalau seperti ini?
Oknum-oknum tertentu yang bertujuan untuk mengisi kantong. Akhirnya pembodohan
menjamur di negeri ini. Padahal Allah memerintahkan kita dalam surat Al-Alaq
ayat 1-5 untuk membaca.
Sebenarnya usia berapa si anak sudah
masuk kategori siap baca? Jawabannya adalah anak usia delapan tahun atau anak
kelas tiga SD, delapan tahun pun bukan hanya pelajaran membaca saja yang
diberikan. Tetapi pengenalan membaca secara dasar hanya secara dasar bukan
digembleng terus menerus. Anak usai delapan tahun masih masuk kategori anak
usia dini yang kegiatan mereka di sekolah hanya bermain sambil belajar dan
pembentukan karakter.
Ok selanjutnya di bawah ini tips
untuk mengajarkan anak supaya bisa cepat membaca :
1. Membacakan buku (sebenarnya budaya dongeng
sebelum tidur penting banget untuk dilakukan. Ibaratnya orang tua dan anak
memiliki quality time dengan membaca
buku bersama)
2. Sering mengajak anak mampir ke toko buku
3. Berikan kesempatan kepada anak untuk membeli
buku yang mereka pilih sendiri
4. Buat anak mencintai buku
5. Ciptakan budaya cinta membaca pada rumah kita
6. Orang tua harus lebih sering memperlihatkan
kepada anak kalau ayah dan mama mereka juga suka membaca
7. Berikan label nama pada setiap benda yang ada
di rumah (tempat garam, gula, kamar, toilet dll)
8. Membuat perpustakaan kecil di rumah
Warning orang tua jangan terburu-buru memaksakan
proses ini, budaya cinta buku bisa di bentuk sejak anak sedini mungkin. Ortu
wajib memfasilitasi banyaknya buku di rumah. Sudah banyak toko buku yang
menjual buku untuk bayi dan balita, sedini mungkin sudah boleh di kenalkan
tentang buku tersebut. Dan pastikan ortu sering membacakan buku bayi dan balita
kepada anak setelah itu mereka boleh di berikan kesempatan untuk memainkan buku
tersebut lebih sering.
Saya
yakin kalau semua proses pengenal membaca di atas di lakukan dengan sabar dan
penuh perhatian membaca untuk anak akan menjadi habits dan hobby sampai
mereka tua nanti. Kalau kata mama saya tidak usah buru-buru Belanda masih jauh.
Gimana kasusnya kalau anak kita tidaka akan di terima SD kalau mereka belum
bisa membaca? Ya tinggal cari sekolah lain yang lebih lebih mementingkan
pembentukan karakter. Karena anak kita bukan orang dewasa kecil ia tetap anak
kecil yang butuh bermain.
Dan
ternyata membaca ada tahapanya loh sekalian saya share ya :
1. Tahap fantasi (Magical stage)
2. Tahapan pembentukan konsep diri (Self concept stage)
3. Tahap membaca gambar (Bridging reading stage)
4. Tahap pengenalan bacaan (Take of reader stage)
5. Tahap membaca lancar (Independen reader stage)
Semoga bermanfaat bagi para pembaca. Selamat
menikmati setiap proses yang terjadi bersama buah hati. Ingat anak-anak kita
itu calon pemimpin di masa depan, yuk kita siapkan sebaik mungkin.
Tangerang,
11 Oktober 2017
Indahnya
Melukis Hari