Jumat, 17 Februari 2017

Jidah Meninggal



            Senin 20 juni 2016 hari keenamnya jidah meninggalkan alam dunia. Ternyata jidah udah ga ada kangen banget pengen ketemu lagi, mau memperbaiki satu minggu saja sebelum jidah meninggal medengarkan semua wasiat yang ingin di tinggalkan. Tapi namanya takdir ga ada yang bisa mengetahui walaupun dia seorang nabi sekalipun.
            Selasa 14 juni 2016 dapat kabar yang teramat mengejutkan hati di sela-sela waktu setelah mengajar, orang di sebarang pesawat telepon bicara kalau jidah sudah meninggal waktu seperti berhenti berputar . Ga menyangka kalau jidah akan meninggalkan kita semua setelah enjit yang terlebih dahulu di panggil oleh Allah. Satu hal yang Ilah sesali dari meninggalnya jidah rasanya masih ada yang kurang dari keridhoan hati menemani dan mengurus jidah, Ilah takut kalau nanti di akherat kami semua akan di tuntut oleh Allah karena lalai mengurus keluarga yang sedang sakit.
            Jidah maafin Ilah yang hampir satu bulan ga nengokin jidah karena sibuk dengan tugas dunia yang menggelapkan pandangan, menyesal itu yang akhirnya terjadi kalau saja Allah mau memberikan waktu satu minggu saja untuk Ilah bisa merawat jidah pasti penyesalah ini tidak akan melebihi luasnya jagad. Padahal dari zaman Ilah masih SMP setiap hari Ilah nemenin jidah dan enjid, tapi kenapa pas tarikan nafas jidah dan enjid yang terakhir kali Ilah ga pernah punya kesempatan. Dari kebersamaan kita Ilah banyak belajar bagaimana cara bersikap yang baik kepada orang tua, taat  dan patuh, memberikan tempat ternyaman dihari-hari tua dan yang paling penting menghabiskan waktu bersama sebelum waktu itu akhirnya habis dan berhenti. Membersamai waktu yang diberikan Allah membuat Ilah sedih dengan ketiadaan jidah dan enjid.
Ilah marah sama semua anak-anak jidah dan enjid yang kurang memperhatikan jidah dan enjid. Kalian berdua harus menghabiskan waktu tua kalian tanpa sentuhan lembut tangan-tangan buah hati yang dilahirkan dan tanpa adanya lantunan kalam ilahi yang menggema di kamar saat hari-hari terakhir kalian. Jidah enjid maafin kami semua terutama Ilah.
Cara Allah untuk menidurkan hambanya memang sangat magig, satu bulan sebelum enjid meninggal keluhan enjid hanya punggung yang terasa sakit, setelah itu enjid ga mau lagi turun dari tempat tidur yang biasanya enjid banyak ngelucu tapi setelah kejadian itu ga ada satupun tingkah konyol enjid yang nampak. Semua aktifitas enjid lakukan di atas tempat tidur malam-malam yang dingin dan sunyi enjid lewati seorang diri sampai tarikan nafas terakhir enjid lewati juga seorang diri. Mungkin saat itu Allah mau mengajarkan kita tentang arti sebuah kehilangan. Ramadhan 2014 menjadi Ramadhan enjid yang terakhir sekaligus menjadikan lebaran terakir Ilah untuk mencium tangan dan memeluk enjid dua bulan setelah lebaran idul fitri Allah memanggil enjid untuk kembali ke pangkuannya.
Hari-hari setelah enjid meninggal hawa rumah jidah semakin ga enak, Ilah ga ngerti kenapa mungkin terjadi selama satu bulan. Awalnya kita semua berfikir kalau jidah duluan yang akan meninggal karena selama ini jidah sakit-sakitan melulu, tapi ternyata scenario Allah ga ada yang bisa nebak.
Satu tahun setelah enjid meninggal di Ramadhan 2015 jidah jatuh dan tangannya patah, Ramadhan tahun lalu Ilah masih sempat tidur di kamar jidah dan sama-sama bergadang karena ga bisa tidur. Jidah  terlalu banyak tidur waktu siang dan  Ilah memang insomnia, ingat banget jidah marah-marah karena semalaman Ilah hanya mengabiskan waktu dengan mengaji mungkin itu mengganggu waktu istirahat jidah. Tapi kalau Ilah diam jidah malah minta Ilah untuk ngaji surat yang jidah minta untuk Ilah bacakan adalah surat ash-sharh artinya melapangkan. Dan semenjak hari itu jidah ga pernah minta Ilah lagi untuk mengaji.
Beberapa bulan keadaan jidah sudah mulai membaik dan semangat lagi untuk beraktifitas, tapi takdir ga ada yang bisa menebak jidah kembali mendapat cobaan dari Allah tulang punggungnya jidah geser dan total jidah ga mau jalan lagi semua hari-hari jidah berubah menjadi suram tanpa senyum. Yang membuat Ilah ga tega jidah itu sama sekali ga mengeluh dan bilang sakit, jidah hanya diam menyembunyikan semua rasa sakit itu seorang diri tanpa mau berbagi sama anak atau cucu. Mungkin Allah sedang mengajarkan kita tentang ketegaran.
Selasa 14 juni 2016 pukul 11.00 WIB jidah menghembuskan nafas terakhir Ramadhan hari kesepuluh menjadi hari Ilah duduk seorang diri dikeramaian mengajikan jidah tanpa jidah minta. Belum genam dua tahunnya enjid meninggal jidah juga di panggil Allah.
Struk ringan menyerang jidah sebagian penglihatan jidah menghilang untuk selamanya, penyumbatan di otak tiga kali kejang tanpa sadar, patah di tangan kiri, tulang punggul bergeser kurang lebih tiga sampai empat tahun jidah melawan semua penyakit dari Allah. Semoga dengan cara indah tersebut dapat menggugurkan semua dosa-dosa jidah dan mensucikan diri jidah seperti bayi yang baru lahir.
Tapi dari hari meninggalnya jidah semua anak dan cucu jidah kumpul bersama selama tiga hari untuk berdoa demi keselamatan jidah di alam kubur, dari meninggalnya jidah kita di ajarkan arti kehilangan sekaligus arti kebersamaan bahwa keluarga adalah segalanya tempat pulang dan pelukan terhangat yang akan di dapatkan. Jidah enjid sekarang kami semua lebih akrab.
Ya Allah hindarkan lah jidah dan enjid Ilah dari fitnah kubur, lancarkan lisannya untuk menjawab semua pertanyaan malaikat mu, berikanlah tempat ternyaman untuk mereka di tempat peristirahatan terakhir mereka dan beratkanlah timbangan kebajikan mereka biarkanlah keduanya menerima buku amal dari tangan kanannya dan masukanlah keduanya kedalam surga mu tempat istimewa yang di nantikan semua makhluk.
Alfatihah untuk jidah dan enjid
Nursyifa Assegaf binti Abdurahman Assegaf
Dan
Ali Abdurahman Aidid bin Abdurahman Aidid

Tangerang, 27 juni 2016

Indahnya melukis hari 

0 komentar:

Posting Komentar

 

Melukis Hari dengan Kata Template by Ipietoon Cute Blog Design