Senin
20 juni 2016 hari keenamnya jidah meninggalkan alam dunia. Ternyata jidah udah
ga ada kangen banget pengen ketemu lagi, mau memperbaiki satu minggu saja
sebelum jidah meninggal medengarkan semua wasiat yang ingin di tinggalkan. Tapi
namanya takdir ga ada yang bisa mengetahui walaupun dia seorang nabi sekalipun.
Selasa
14 juni 2016 dapat kabar yang teramat mengejutkan hati di sela-sela waktu
setelah mengajar, orang di sebarang pesawat telepon bicara kalau jidah sudah
meninggal waktu seperti berhenti berputar . Ga menyangka kalau jidah akan
meninggalkan kita semua setelah enjit yang terlebih dahulu di panggil oleh
Allah. Satu hal yang Ilah sesali dari meninggalnya jidah rasanya masih ada yang
kurang dari keridhoan hati menemani dan mengurus jidah, Ilah takut kalau nanti
di akherat kami semua akan di tuntut oleh Allah karena lalai mengurus keluarga
yang sedang sakit.
Jidah
maafin Ilah yang hampir satu bulan ga nengokin jidah karena sibuk dengan tugas
dunia yang menggelapkan pandangan, menyesal itu yang akhirnya terjadi kalau
saja Allah mau memberikan waktu satu minggu saja untuk Ilah bisa merawat jidah pasti
penyesalah ini tidak akan melebihi luasnya jagad. Padahal dari zaman Ilah masih
SMP setiap hari Ilah nemenin jidah dan enjid, tapi kenapa pas tarikan nafas
jidah dan enjid yang terakhir kali Ilah ga pernah punya kesempatan. Dari
kebersamaan kita Ilah banyak belajar bagaimana cara bersikap yang baik kepada
orang tua, taat dan patuh, memberikan
tempat ternyaman dihari-hari tua dan yang paling penting menghabiskan waktu
bersama sebelum waktu itu akhirnya habis dan berhenti. Membersamai waktu yang
diberikan Allah membuat Ilah sedih dengan ketiadaan jidah dan enjid.
Ilah marah sama semua
anak-anak jidah dan enjid yang kurang memperhatikan jidah dan enjid. Kalian
berdua harus menghabiskan waktu tua kalian tanpa sentuhan lembut tangan-tangan
buah hati yang dilahirkan dan tanpa adanya lantunan kalam ilahi yang menggema
di kamar saat hari-hari terakhir kalian. Jidah enjid maafin kami semua terutama
Ilah.
Cara Allah untuk
menidurkan hambanya memang sangat magig, satu bulan sebelum enjid meninggal
keluhan enjid hanya punggung yang terasa sakit, setelah itu enjid ga mau lagi
turun dari tempat tidur yang biasanya enjid banyak ngelucu tapi setelah
kejadian itu ga ada satupun tingkah konyol enjid yang nampak. Semua aktifitas
enjid lakukan di atas tempat tidur malam-malam yang dingin dan sunyi enjid
lewati seorang diri sampai tarikan nafas terakhir enjid lewati juga seorang
diri. Mungkin saat itu Allah mau mengajarkan kita tentang arti sebuah
kehilangan. Ramadhan 2014 menjadi Ramadhan enjid yang terakhir sekaligus
menjadikan lebaran terakir Ilah untuk mencium tangan dan memeluk enjid dua
bulan setelah lebaran idul fitri Allah memanggil enjid untuk kembali ke
pangkuannya.
Hari-hari setelah enjid
meninggal hawa rumah jidah semakin ga enak, Ilah ga ngerti kenapa mungkin
terjadi selama satu bulan. Awalnya kita semua berfikir kalau jidah duluan yang
akan meninggal karena selama ini jidah sakit-sakitan melulu, tapi ternyata
scenario Allah ga ada yang bisa nebak.
Satu tahun setelah
enjid meninggal di Ramadhan 2015 jidah jatuh dan tangannya patah, Ramadhan
tahun lalu Ilah masih sempat tidur di kamar jidah dan sama-sama bergadang
karena ga bisa tidur. Jidah terlalu banyak
tidur waktu siang dan Ilah memang
insomnia, ingat banget jidah marah-marah karena semalaman Ilah hanya
mengabiskan waktu dengan mengaji mungkin itu mengganggu waktu istirahat jidah.
Tapi kalau Ilah diam jidah malah minta Ilah untuk ngaji surat yang jidah minta
untuk Ilah bacakan adalah surat ash-sharh artinya melapangkan. Dan semenjak
hari itu jidah ga pernah minta Ilah lagi untuk mengaji.
Beberapa bulan keadaan jidah
sudah mulai membaik dan semangat lagi untuk beraktifitas, tapi takdir ga ada
yang bisa menebak jidah kembali mendapat cobaan dari Allah tulang punggungnya
jidah geser dan total jidah ga mau jalan lagi semua hari-hari jidah berubah
menjadi suram tanpa senyum. Yang membuat Ilah ga tega jidah itu sama sekali ga
mengeluh dan bilang sakit, jidah hanya diam menyembunyikan semua rasa sakit itu
seorang diri tanpa mau berbagi sama anak atau cucu. Mungkin Allah sedang
mengajarkan kita tentang ketegaran.
Selasa 14 juni 2016
pukul 11.00 WIB jidah menghembuskan nafas terakhir Ramadhan hari kesepuluh
menjadi hari Ilah duduk seorang diri dikeramaian mengajikan jidah tanpa jidah
minta. Belum genam dua tahunnya enjid meninggal jidah juga di panggil Allah.
Struk ringan menyerang
jidah sebagian penglihatan jidah menghilang untuk selamanya, penyumbatan di
otak tiga kali kejang tanpa sadar, patah di tangan kiri, tulang punggul
bergeser kurang lebih tiga sampai empat tahun jidah melawan semua penyakit dari
Allah. Semoga dengan cara indah tersebut dapat menggugurkan semua dosa-dosa
jidah dan mensucikan diri jidah seperti bayi yang baru lahir.
Tapi dari hari
meninggalnya jidah semua anak dan cucu jidah kumpul bersama selama tiga hari
untuk berdoa demi keselamatan jidah di alam kubur, dari meninggalnya jidah kita
di ajarkan arti kehilangan sekaligus arti kebersamaan bahwa keluarga adalah
segalanya tempat pulang dan pelukan terhangat yang akan di dapatkan. Jidah
enjid sekarang kami semua lebih akrab.
Ya Allah hindarkan lah
jidah dan enjid Ilah dari fitnah kubur, lancarkan lisannya untuk menjawab semua
pertanyaan malaikat mu, berikanlah tempat ternyaman untuk mereka di tempat
peristirahatan terakhir mereka dan beratkanlah timbangan kebajikan mereka
biarkanlah keduanya menerima buku amal dari tangan kanannya dan masukanlah
keduanya kedalam surga mu tempat istimewa yang di nantikan semua makhluk.
Alfatihah untuk jidah dan enjid
Nursyifa Assegaf binti Abdurahman
Assegaf
Dan
Ali Abdurahman Aidid bin Abdurahman
Aidid
Tangerang, 27
juni 2016
Indahnya melukis
hari
0 komentar:
Posting Komentar