Selasa, 21 Juni 2016

Spesial

             

            Tujuh hari dalam minggu ini menjadi waktu yang menyenangkan buat gw mulai dari senin yang di isi dengan menemani babah dirumah sakit, selasa kontol dan fishioterapy, rabu sibuk nonton, kamis dan jum’at bertemu Jafar dan Fatir yang imoet-imoet, sabtu berenang dan sibuk menguras otak untuk lomba dan minggu di tutup dengan me time ke SAT menghadirkan bedah buku dan workshop kepenulisan bersama bang Tere Liye. Hufft kalau di runut lagi sudah hampir dua minggu ga bisa bocan sampai matahari teriak-teriak tapi semuanya terbayar lunas dengan duduk manis mendengarkan orang-orang keren yang diciptakan oleh Allah untuk singgah sesaat dalam hidup gw.
            Benar yah bunyi salah satu pepatah jangan jadi katak dalam tempurung kalau kita hanya berputar-putar saja di tempat atau lingkungan yang itu-itu mana bisa kita melihat kalau di luar sana ada yang lebih baik dan lebih luar biasa dari lingkungan atau prinsip yang selama ini kita pegang. Hari ini untuk kesekiaan kalinya gw menyaksikan itu. Waktu menyadari kalau menulis itu mengasyikan pengen banget bisa menciptakan buku hasil tulisan dan inspirasi gw sendiri terutama masalah pendidikan dan sampai sekarang harapan itu belum bisa terelisasikan. Kenapa harus menulis karena menurut gw keren aja kalau sampai setiap tenaga pendidik bisa membukukan rekam jejak dari setiap peserta didiknya atau ilmu-ilmu yang sudah kita dapat dari seminar, workshop, pelatihan atau sejenisnya. Pasti bisa dijadikan pelajaran berharga buat para calon ibu atau yang sudah menjadi ibu agar mendidik anaknya ga pake asal-asalan harus pake ilmu.
            Tapi jarang banget ada guru yang mau melakukan hal tersebut pasti mereka akan mentok di waktu lah, sibuk lah, males lah, ribet lah, bingung lah, ga punya kemampuan nulis lah arrrrggghhh atau masalah-masalah lainnya. Pernah waktu lagi asik ngobrol sama salah satu teman setelah dia mendengarkan semua curhatan gw tentang anak-anak murid yang gw pegang dia hanya bilang “kenapa ga dijadiin buku aja Nay” subhanallah dia orang pertama yang kasih gw inspirasi tentang mencoba untuk mengabadikan keberhasilan dalam mendidik peserta didik. Mulai dari situ gw tertarik banget untuk bisa menulis cerita tentang teman-teman kecil yang gw didik itu.
            Kenapa tiba-tiba gw pengen banget nulis lagi tentang anak-anak murid gw? Karena hari ini gw kagum dengan keberhasilan guru-guru SAT yang mampu menuliskan dan menceritakan keseharian mereka bersama anak-anak muridnya tanpa mengenal penyakit yang tadi gw sebutin di atas. Bukannya mereka ibu rumah tangga yang harus ngepel, nyapu, cuci baju, ngegosok, ngurusin anak dan suaminya tapi mereka bisa karena mereka mau belum lagi para bapak guru yang sibuk cari uang atau mungkin mereka juga double job tapi semua itu ga jadi masalah rumit yang membuat kita menyerah pada keadaan tapi bisa melakukan itu semua ga pake nunggu tua atau ide hanya ada di kepala aja sebaliknya mereka langsung bergerak tanpa pikir panjang.
            Buku yang berhasil guru-guru SAT terbitkan sejenis buku sekolah dan rumah tuh harus menjadi mitra dalam mendidik anak-anaknya bukan para orang tua menyerahkan secara utuh anak-anak mereka untuk di didik oleh sekolah tapi peranan penting dalam proses pendidikan untuk seorang anak yahhh rumah yang harus menjadi tempat utama bagi anak-anak untuk melakukan proses belajar dan menjadikan setiap anak mengerti akan perannya masing-masing. Orang tua sebagai tempat sandaran utama bagi setiap anak, tempat bertanya tentang apa yang mereka tidak ketahui, tempat merangkul mereka ketika sedih, tempat utama yang mengulurkan tangan di saat mereka terjatuh. Karena kita ga mau kan di saat tubuh ini sudah renta tak berdaya bahkan mengurus diri saja sulit tapi anak-anak kita malah sibuk di kantornya dengan pekerjaan mereka yang ga ada abis-abisnya. Celakalah kita karena salah mendidik buah hati. Selain itu banyak banget kegiatan sepele yang sebenarnya bisa menjadi hal yang menyenangkan jika kita lalui bersama-sama, contohnya setiap anak akan diberikan tugas oleh gurunya untuk mengenal bau-bauan yang ada disekeliling mereka agar anak dapat belajar tentang kedasyatan indera penciuman yang diciptakan oleh Allah, tetapi tugas itu bukan hanya anaknya saja yang menyelsaikannya tetapi keterlibatan orang tua menjadi hal yang cukup penting. Akhirnya orang tua itu memiliki ide untuk mengajak anaknya pergi jalan-jalan ke pasar untuk mengenalkan tentang bau-bauan yang ada di sekitarnya. Atau proses kimia yang di dapat dari pencucian piring, kalau anaknya tidak pernah di libatkan untuk mencuci piring atau baju mereka tidak akan pernah tau kalai sebenarnya dari mencuci saja akan ada proses kimia dan perubahan wujud.
            Kalau cerita di atas adalah sesi pertama dan sesi keduanya workshop kepenulisan yang diisi oleh penulis terkenal yang hampir semua bukunya menjadi best seller di mana-mana. Awal bang Tere memasuki tempat workshop dengan santai tuh abang berjalan seorang diri tanpa asisten atau ajudan (hehehehehe emang para penulis punya ajudan yaakkk) memakai kaos hijau berlengan panjang, di lengkapi dengan celana jeans berwarna krem dan sepatu tali yang membuat penampilannya pada hari ini sederhana sekali menggendong sebuah tas penuh berisikan perlengkapannya. Yang bikin gw terkesan pertama melihat beliau pada saat MC mau membacakan profilnya dengan gelengan kepala dan langkah kaki menuruni panggung beliau menolak, biasanya kan orang bakalan seneng tuh kalau dibacakan profil dan keberhasilan-keberhasilan dirinya tapi kalau bang Tere dia ga mau bahkan di semua novelnya ga ada satupun catatan tentang dirinya di lembar terakhir hanya di novel Hafalan Sholat Delisa kita bisa melihat sekilas tentang dirinya, subhanallah merendah banget yaa dia tuh ga mau sombong dengan keberhasilannya malah dia berusaha untuk menyembunyikan keberhasilannya kepada semua orang padahal novelnya tuh lari manis udah kaya kacang rebus. Itulah manusia yang jarang kita temui. Manusia zaman sekarang tuh bisanya cuma pamer apa yang mereka punya termasuk gw hehehehehe.
            Masuk deh ke sesi materi, awalnya bang Tere cerita sedikit tentang menulis itu apa setelah dirasa cukup cuap-cuap sebagai kalimat pembuka, semua peserta diminta untuk membuat satu paragraph yang di dalamnya ada kata hitam. Langsung semua peserta sibuk menuliskan ide yang terlintas dalam fikiran mereka karena emang udah lama ga nulis dan langsung ditembak di tempat gw bingung mau nulis apa hahhhahaha ngeles mulu kaya bajaj, setelah membaca satu persatu karya dadakan peserta yang pecaya diri mulai beliau ngasih tau kunci menulis. Katanya setiap penulis harus memiliki sudut pandang yang spesial, jadi inget kata-katanya mas Taufan waktu masih aktif belajar menulis “di bawah langit ini ga ada cerita yang baru” semua cerita yang sudah ada atau yang baru mau ada akan terlihat sama secara garis besar tapi cara pengambilan sudut pandangnya saja yang berbeda contohnya beliau menyinggung novel romantis AAC nya kang Abik sebenarnya sama seperti novel-novel yang sudah ada hanya kisah cinta romantis dan bikin melting yang membawa si pembaca jauh menembus tempat dan waktu, ga harus jauh-jauh nikmatin keindahan Mesir tapi cukup membaca novel tersebut kita bisa hanyut dalam indahnya Mesih kota pyramid plus kisah cinta islami yang masih minim pada saat itu, ga heran kalau sampai novelnya bisa menembus angka yang bombastis karena sudut pandangan yang kang Abik miliki itu spesial. Jadi kata bang Tere TOPIK TULISAN BISA APA SAJA, TAPI PENULIS YANG BAIK SELALU BISA MENEMUKAN SUDUT PANDANG YANG SPESIAL.
            Setelah kita sudah tau rumusnya peserta di ajak lagi untuk membuat satu paragraph, tapi untuk kali ini berbeda karena kita sudah dapat ilmunya, masih sama menggunakan kata hitam. Yang bikin takut tulisan kita akan dibacakan oleh beliau di hadapan semua peserta hahaha gw si malu banget ga percaya diri huffftt gimana orang-orang mau percaya baca cerita gw kalau gw sendiri aja ga percaya diri. Intinya sudut pandangan yang spesial kita harus berusaha untuk menyajikan cerita yang walaupun terlihat sama tetapi kata yang akan kita tulis harus berbeda dari yan lain.
            Nah setelah itu masuk ke rumus kedua yaitu PENULIS YANG BAIK MEMBUTUHKAN AMUNISI, TIDAK PUNYA AMUNISI TIDAK BISA MENULIS amunis yang dimaksud adalah
-          Harus banyak membaca
-          Kaki dan raga ga boleh capek dalam Melakukan perjalanan
-          Mendengarkan orang-orang bijak di sekitar
Mungkin yang sempat terlupa atau tidak disadari oleh semua orang ada di point no 3, kadang kita jarang untuk mau bertanya  tentang orang-orang hebat di sekitar kita, ga usah jauh-jauh misalnya ada tukang baso yang sudah menggeluti pekerjaannya selama 30 tahun berjualan pasti banyak sekali rintangan yang sudah di lewati kan ceritanya bisa menjadi isnpirasi. Tetapi hal tersebut tak pernah sekalipun terlintas di fikiran gw, apa mungkin bijak di mata gw itu orang-orang sukses berduit dan berdasi. Misalnya nih yaaa kalau kita mau menulis tentang cinta ga usah jauh-jauh kita bisa wawancara nenek atau kakek kita yang sudah lama berumah tangga bahkan sampai puluhan tahun mereka mampu mempertahankan rumah tangganya pasti ngena banget dan real hasil dari tulisan kita. Pernah bang Tere menghadiri takziah seorang kakek yang ditinggal isterinya. Yang menyedihkan disini bukan kesedihan kakek disebelah jasad isterinya yang sudah terbujur kaku tetapi yang bikin sedih adalah seberapa banyak pun air mata yang dikeluarkan sang kakek nenek tersebut tidak bisa membasuh air mata suaminya. Ternyata kenapa beliau bisa tahu tentang alasan si kakek menangis ternyata sebelumnya mereka sudah pernah bercerita bersama.
Rumus selanjutnya adalah KALIMAT PERTAMA ADALAH MUDAH, GAYA BAHASA ADALAH KEBIASAAN, MENYELESAIKA LEBIH GAMPANG LAGI intinya kita kalau baru jadi penulis pemula jangan pernah memaksakan diri untuk bisa melampaui apa yang belum bisa kita lampaui kalau kita mampu menulis hanya lima puluh lembar yasudah lakukan itu tanpa banyak mikir dan membuat otak pusing karena dengan berjalannya waktu pasti kemampuan kita akan terasah. Pernah waktu itu beliau mengisi seminar di salah satu tempat ada seorang peserta dari Yogyakarta jauh-jauh kesana memakan waktu empat jam dari rumahnya belum lagi biaya-biaya yang lainnya, peserta tersebut jauh-jauh datang hanya mau bertanya tentang ending dari novel yang di buatnya karena ia bingung sudah tiga bulan ia tidak menemukan ending yang pas untuk mengakhiri novelnya . Dengan mudah bang Tere bicara setelah kamu pulang dari sini kamu buka laptop kamu dan tulis di akhir cerita kamu kata tamat, dengan mimik wajah sedih si peserta mengeluh kepada bang Tere harapan ia datang kesini adalah untuk mencari solusi dari masalahnya kenapa dengan sadis bang Tere bicara seperti itu. sebelum peserta tersbeut larut dalam kesedihannya ia menceritakan tentang kegamannya juga pada waktu menulis kisah Hafalan Sholat Delisa kalau sebenarnya ia juga bingung mau mengakhiri seperti apa tulisannya itu tetapi dari pada ia bingung dan membuat kepalanya sakit lebih baik dirinya menuliskan kata tamat di bukunya tersebut dan ternyata buku dan filmnya menjadi kegemaran orang-orang Indonesia. Di pertengahan workshop gw sempat sedih waktu beliau bicara kalau tidak semua penulis bisa menerbitkan bukunya huaaaahhhhhh.
            Dan yang terakhir adalah LATIHAN, LATIHAN, LATIHAN karena dengan itu dapat mengasah semua kemampuan kita dan dapat menciptakan sudut pandang yang spesial dan tentunya melahirkan karya yang asik untuk dinikmati karena INSPIRASI DATANG DARI MANA SAJA IA TIDAK AKAN PERMISI ATAU MENCARI PINTU MANA YANG HARUS DI MASUKINYA TETAPI IA AKAN MENGHUNI JIWA-JIWA YANG SIAP DENGAN PERTARUNGAN.
            Waktu sesi tanya jawab ada peserta yang bertanya kenapa om Tere mau menjadi penulis, beliau jawab dengan kisah tiga sahabat burung pipi, penyu dan sebatang pohon kelapa. Setelah tiga tahun mereka berpisah ketiganya bertemu di tempat yang sama, sebatang pohon kelapa bertanya kepada keduanya kemana saja mereka selama tiga tahun ini? burung pipit bercerita terlebih dahulu ia menceritakan tentang perjalananya melihat keindahan negeri seberang yang lebih indah dari tempat mereka lalu penyupun tak mau kalah ia menceritakan tentang perjalannya menembus benua dan berenang melewati berbagai macam keindahan dunia yang sangat jauh dari tempat tinggal mereka. Burung pipit pun merasa takjub dengan yang di sampaikan  oleh penyu ia memiliki perjalanan yang lebih seru dari dirinya. Tetapi pohon kelapa sedih karena selama tiga tahun ini dirinya hanya disini ia hanya menempati tempat yang sama, ketika ia melihat kapal laut ingin dirinya melompat kedalamnya karena ia ingin melihat dunia juga dan ketika kapal terpang melintas di atasnya ia juga ingin sekali bisa terbang dengan kapal tersebut tetapi apa daya ia di ciptakan oleh Tuhan seperti ini. Burung pipit dan penyupun menghibur sahabatnya itu, dengan buahmu yang terjatuh di atas pasir dan terbawa ombak buah mu bisa menjelajahi semua tempat di muka bumi ini mungkin semua pohon kelapa yang ku lihat di negeri-negeri yang kusinggahi itu semua bersalah dari dirimu.

Tangerang, 15 Mei 2016

Melukis Hari Dengan Kata 

0 komentar:

Posting Komentar

 

Melukis Hari dengan Kata Template by Ipietoon Cute Blog Design