Tujuh
hari dalam minggu ini menjadi waktu yang menyenangkan buat gw mulai dari senin yang
di isi dengan menemani babah dirumah sakit, selasa kontol dan fishioterapy,
rabu sibuk nonton, kamis dan jum’at bertemu Jafar dan Fatir yang imoet-imoet,
sabtu berenang dan sibuk menguras otak untuk lomba dan minggu di tutup dengan
me time ke SAT menghadirkan bedah buku dan workshop kepenulisan bersama bang
Tere Liye. Hufft kalau di runut lagi sudah hampir dua minggu ga bisa bocan
sampai matahari teriak-teriak tapi semuanya terbayar lunas dengan duduk manis
mendengarkan orang-orang keren yang diciptakan oleh Allah untuk singgah sesaat
dalam hidup gw.
Benar yah bunyi salah satu pepatah
jangan jadi katak dalam tempurung kalau kita hanya berputar-putar saja di
tempat atau lingkungan yang itu-itu mana bisa kita melihat kalau di luar sana
ada yang lebih baik dan lebih luar biasa dari lingkungan atau prinsip yang
selama ini kita pegang. Hari ini untuk kesekiaan kalinya gw menyaksikan itu. Waktu
menyadari kalau menulis itu mengasyikan pengen banget bisa menciptakan buku
hasil tulisan dan inspirasi gw sendiri terutama masalah pendidikan dan sampai
sekarang harapan itu belum bisa terelisasikan. Kenapa harus menulis karena
menurut gw keren aja kalau sampai setiap tenaga pendidik bisa membukukan rekam
jejak dari setiap peserta didiknya atau ilmu-ilmu yang sudah kita dapat dari
seminar, workshop, pelatihan atau sejenisnya. Pasti bisa dijadikan pelajaran
berharga buat para calon ibu atau yang sudah menjadi ibu agar mendidik anaknya
ga pake asal-asalan harus pake ilmu.
Tapi jarang banget ada guru yang mau
melakukan hal tersebut pasti mereka akan mentok di waktu lah, sibuk lah, males
lah, ribet lah, bingung lah, ga punya kemampuan nulis lah arrrrggghhh atau
masalah-masalah lainnya. Pernah waktu lagi asik ngobrol sama salah satu teman
setelah dia mendengarkan semua curhatan gw tentang anak-anak murid yang gw
pegang dia hanya bilang “kenapa ga dijadiin buku aja Nay” subhanallah dia orang
pertama yang kasih gw inspirasi tentang mencoba untuk mengabadikan keberhasilan
dalam mendidik peserta didik. Mulai dari situ gw tertarik banget untuk bisa
menulis cerita tentang teman-teman kecil yang gw didik itu.
Kenapa tiba-tiba gw pengen banget
nulis lagi tentang anak-anak murid gw? Karena hari ini gw kagum dengan
keberhasilan guru-guru SAT yang mampu menuliskan dan menceritakan keseharian
mereka bersama anak-anak muridnya tanpa mengenal penyakit yang tadi gw sebutin
di atas. Bukannya mereka ibu rumah tangga yang harus ngepel, nyapu, cuci baju,
ngegosok, ngurusin anak dan suaminya tapi mereka bisa karena mereka mau belum
lagi para bapak guru yang sibuk cari uang atau mungkin mereka juga double job
tapi semua itu ga jadi masalah rumit yang membuat kita menyerah pada keadaan
tapi bisa melakukan itu semua ga pake nunggu tua atau ide hanya ada di kepala
aja sebaliknya mereka langsung bergerak tanpa pikir panjang.
Buku yang berhasil guru-guru SAT
terbitkan sejenis buku sekolah dan rumah tuh harus menjadi mitra dalam mendidik
anak-anaknya bukan para orang tua menyerahkan secara utuh anak-anak mereka
untuk di didik oleh sekolah tapi peranan penting dalam proses pendidikan untuk
seorang anak yahhh rumah yang harus menjadi tempat utama bagi anak-anak untuk
melakukan proses belajar dan menjadikan setiap anak mengerti akan perannya
masing-masing. Orang tua sebagai tempat sandaran utama bagi setiap anak, tempat
bertanya tentang apa yang mereka tidak ketahui, tempat merangkul mereka ketika
sedih, tempat utama yang mengulurkan tangan di saat mereka terjatuh. Karena
kita ga mau kan di saat tubuh ini sudah renta tak berdaya bahkan mengurus diri
saja sulit tapi anak-anak kita malah sibuk di kantornya dengan pekerjaan mereka
yang ga ada abis-abisnya. Celakalah kita karena salah mendidik buah hati.
Selain itu banyak banget kegiatan sepele yang sebenarnya bisa menjadi hal yang
menyenangkan jika kita lalui bersama-sama, contohnya setiap anak akan diberikan
tugas oleh gurunya untuk mengenal bau-bauan yang ada disekeliling mereka agar
anak dapat belajar tentang kedasyatan indera penciuman yang diciptakan oleh
Allah, tetapi tugas itu bukan hanya anaknya saja yang menyelsaikannya tetapi
keterlibatan orang tua menjadi hal yang cukup penting. Akhirnya orang tua itu
memiliki ide untuk mengajak anaknya pergi jalan-jalan ke pasar untuk
mengenalkan tentang bau-bauan yang ada di sekitarnya. Atau proses kimia yang di
dapat dari pencucian piring, kalau anaknya tidak pernah di libatkan untuk
mencuci piring atau baju mereka tidak akan pernah tau kalai sebenarnya dari
mencuci saja akan ada proses kimia dan perubahan wujud.
Kalau cerita di atas adalah sesi
pertama dan sesi keduanya workshop kepenulisan yang diisi oleh penulis terkenal
yang hampir semua bukunya menjadi best seller di mana-mana. Awal bang Tere
memasuki tempat workshop dengan santai tuh abang berjalan seorang diri tanpa
asisten atau ajudan (hehehehehe emang para penulis punya ajudan yaakkk) memakai
kaos hijau berlengan panjang, di lengkapi dengan celana jeans berwarna krem dan
sepatu tali yang membuat penampilannya pada hari ini sederhana sekali
menggendong sebuah tas penuh berisikan perlengkapannya. Yang bikin gw terkesan
pertama melihat beliau pada saat MC mau membacakan profilnya dengan gelengan
kepala dan langkah kaki menuruni panggung beliau menolak, biasanya kan orang
bakalan seneng tuh kalau dibacakan profil dan keberhasilan-keberhasilan dirinya
tapi kalau bang Tere dia ga mau bahkan di semua novelnya ga ada satupun catatan
tentang dirinya di lembar terakhir hanya di novel Hafalan Sholat Delisa kita
bisa melihat sekilas tentang dirinya, subhanallah merendah banget yaa dia tuh
ga mau sombong dengan keberhasilannya malah dia berusaha untuk menyembunyikan
keberhasilannya kepada semua orang padahal novelnya tuh lari manis udah kaya
kacang rebus. Itulah manusia yang jarang kita temui. Manusia zaman sekarang tuh
bisanya cuma pamer apa yang mereka punya termasuk gw hehehehehe.
Masuk deh ke sesi materi, awalnya
bang Tere cerita sedikit tentang menulis itu apa setelah dirasa cukup cuap-cuap
sebagai kalimat pembuka, semua peserta diminta untuk membuat satu paragraph
yang di dalamnya ada kata hitam. Langsung semua peserta sibuk menuliskan ide
yang terlintas dalam fikiran mereka karena emang udah lama ga nulis dan
langsung ditembak di tempat gw bingung mau nulis apa hahhhahaha ngeles mulu
kaya bajaj, setelah membaca satu persatu karya dadakan peserta yang pecaya diri
mulai beliau ngasih tau kunci menulis. Katanya setiap penulis harus memiliki
sudut pandang yang spesial, jadi inget kata-katanya mas Taufan waktu masih
aktif belajar menulis “di bawah langit ini ga ada cerita yang baru” semua
cerita yang sudah ada atau yang baru mau ada akan terlihat sama secara garis
besar tapi cara pengambilan sudut pandangnya saja yang berbeda contohnya beliau
menyinggung novel romantis AAC nya kang Abik sebenarnya sama seperti
novel-novel yang sudah ada hanya kisah cinta romantis dan bikin melting yang membawa
si pembaca jauh menembus tempat dan waktu, ga harus jauh-jauh nikmatin
keindahan Mesir tapi cukup membaca novel tersebut kita bisa hanyut dalam
indahnya Mesih kota pyramid plus kisah cinta islami yang masih minim pada saat
itu, ga heran kalau sampai novelnya bisa menembus angka yang bombastis karena
sudut pandangan yang kang Abik miliki itu spesial. Jadi kata bang Tere TOPIK
TULISAN BISA APA SAJA, TAPI PENULIS YANG BAIK SELALU BISA MENEMUKAN SUDUT
PANDANG YANG SPESIAL.
Setelah kita sudah tau rumusnya
peserta di ajak lagi untuk membuat satu paragraph, tapi untuk kali ini berbeda
karena kita sudah dapat ilmunya, masih sama menggunakan kata hitam. Yang bikin
takut tulisan kita akan dibacakan oleh beliau di hadapan semua peserta hahaha
gw si malu banget ga percaya diri huffftt gimana orang-orang mau percaya baca
cerita gw kalau gw sendiri aja ga percaya diri. Intinya sudut pandangan yang
spesial kita harus berusaha untuk menyajikan cerita yang walaupun terlihat sama
tetapi kata yang akan kita tulis harus berbeda dari yan lain.
Nah setelah itu masuk ke rumus kedua
yaitu PENULIS YANG BAIK MEMBUTUHKAN AMUNISI, TIDAK PUNYA AMUNISI TIDAK BISA
MENULIS amunis yang dimaksud adalah
-
Harus banyak membaca
-
Kaki dan raga ga boleh capek dalam
Melakukan perjalanan
-
Mendengarkan orang-orang bijak di
sekitar
Mungkin yang sempat
terlupa atau tidak disadari oleh semua orang ada di point no 3, kadang kita
jarang untuk mau bertanya tentang
orang-orang hebat di sekitar kita, ga usah jauh-jauh misalnya ada tukang baso
yang sudah menggeluti pekerjaannya selama 30 tahun berjualan pasti banyak
sekali rintangan yang sudah di lewati kan ceritanya bisa menjadi isnpirasi.
Tetapi hal tersebut tak pernah sekalipun terlintas di fikiran gw, apa mungkin
bijak di mata gw itu orang-orang sukses berduit dan berdasi. Misalnya nih yaaa
kalau kita mau menulis tentang cinta ga usah jauh-jauh kita bisa wawancara
nenek atau kakek kita yang sudah lama berumah tangga bahkan sampai puluhan
tahun mereka mampu mempertahankan rumah tangganya pasti ngena banget dan real
hasil dari tulisan kita. Pernah bang Tere menghadiri takziah seorang kakek yang
ditinggal isterinya. Yang menyedihkan disini bukan kesedihan kakek disebelah
jasad isterinya yang sudah terbujur kaku tetapi yang bikin sedih adalah
seberapa banyak pun air mata yang dikeluarkan sang kakek nenek tersebut tidak
bisa membasuh air mata suaminya. Ternyata kenapa beliau bisa tahu tentang
alasan si kakek menangis ternyata sebelumnya mereka sudah pernah bercerita
bersama.
Rumus selanjutnya
adalah KALIMAT PERTAMA ADALAH MUDAH, GAYA BAHASA ADALAH KEBIASAAN, MENYELESAIKA
LEBIH GAMPANG LAGI intinya kita kalau baru jadi penulis pemula jangan pernah
memaksakan diri untuk bisa melampaui apa yang belum bisa kita lampaui kalau kita
mampu menulis hanya lima puluh lembar yasudah lakukan itu tanpa banyak mikir
dan membuat otak pusing karena dengan berjalannya waktu pasti kemampuan kita
akan terasah. Pernah waktu itu beliau mengisi seminar di salah satu tempat ada
seorang peserta dari Yogyakarta jauh-jauh kesana memakan waktu empat jam dari
rumahnya belum lagi biaya-biaya yang lainnya, peserta tersebut jauh-jauh datang
hanya mau bertanya tentang ending dari novel yang di buatnya karena ia bingung
sudah tiga bulan ia tidak menemukan ending yang pas untuk mengakhiri novelnya .
Dengan mudah bang Tere bicara setelah kamu pulang dari sini kamu buka laptop
kamu dan tulis di akhir cerita kamu kata tamat, dengan mimik wajah sedih si
peserta mengeluh kepada bang Tere harapan ia datang kesini adalah untuk mencari
solusi dari masalahnya kenapa dengan sadis bang Tere bicara seperti itu.
sebelum peserta tersbeut larut dalam kesedihannya ia menceritakan tentang
kegamannya juga pada waktu menulis kisah Hafalan Sholat Delisa kalau sebenarnya
ia juga bingung mau mengakhiri seperti apa tulisannya itu tetapi dari pada ia
bingung dan membuat kepalanya sakit lebih baik dirinya menuliskan kata tamat di
bukunya tersebut dan ternyata buku dan filmnya menjadi kegemaran orang-orang
Indonesia. Di pertengahan workshop gw sempat sedih waktu beliau bicara kalau
tidak semua penulis bisa menerbitkan bukunya huaaaahhhhhh.
Dan yang terakhir adalah LATIHAN,
LATIHAN, LATIHAN karena dengan itu dapat mengasah semua kemampuan kita dan
dapat menciptakan sudut pandang yang spesial dan tentunya melahirkan karya yang
asik untuk dinikmati karena INSPIRASI DATANG DARI MANA SAJA IA TIDAK AKAN
PERMISI ATAU MENCARI PINTU MANA YANG HARUS DI MASUKINYA TETAPI IA AKAN MENGHUNI
JIWA-JIWA YANG SIAP DENGAN PERTARUNGAN.
Waktu sesi tanya jawab ada peserta yang
bertanya kenapa om Tere mau menjadi penulis, beliau jawab dengan kisah tiga
sahabat burung pipi, penyu dan sebatang pohon kelapa. Setelah tiga tahun mereka
berpisah ketiganya bertemu di tempat yang sama, sebatang pohon kelapa bertanya
kepada keduanya kemana saja mereka selama tiga tahun ini? burung pipit
bercerita terlebih dahulu ia menceritakan tentang perjalananya melihat
keindahan negeri seberang yang lebih indah dari tempat mereka lalu penyupun tak
mau kalah ia menceritakan tentang perjalannya menembus benua dan berenang
melewati berbagai macam keindahan dunia yang sangat jauh dari tempat tinggal
mereka. Burung pipit pun merasa takjub dengan yang di sampaikan oleh penyu ia memiliki perjalanan yang lebih
seru dari dirinya. Tetapi pohon kelapa sedih karena selama tiga tahun ini
dirinya hanya disini ia hanya menempati tempat yang sama, ketika ia melihat
kapal laut ingin dirinya melompat kedalamnya karena ia ingin melihat dunia juga
dan ketika kapal terpang melintas di atasnya ia juga ingin sekali bisa terbang
dengan kapal tersebut tetapi apa daya ia di ciptakan oleh Tuhan seperti ini.
Burung pipit dan penyupun menghibur sahabatnya itu, dengan buahmu yang terjatuh
di atas pasir dan terbawa ombak buah mu bisa menjelajahi semua tempat di muka
bumi ini mungkin semua pohon kelapa yang ku lihat di negeri-negeri yang
kusinggahi itu semua bersalah dari dirimu.
Tangerang, 15 Mei 2016
Melukis Hari Dengan Kata
0 komentar:
Posting Komentar