Menjadi
Orang Tua Yang Dirindukan
Oleh
: Bendri Jaisyurrahman
Ini
materi kedua yang gw dapat dari seminar MJWJ Tangerang, kesan pertama yang gw
tangkep dari pembicara kedua ini sedikit berbeda dari perbicara pertama. Kalau
pembicara pertama saat gw masuk ke dalam ruang seminar semua peserta lagi pada
heboh ketawa kebetulan gw dateng telat pas sesi pertama. Nah sesi kedua ini
pembicaranya yang telat tapi gak lama telatnya. Mungkin karena beliau capek
kali ya kebetulan ustad Bendri baru habis isi seminar juga dan setelah selesai
dia langsung ke seminar yang gw ikutin, pas beliau naik ke atas pangung gw
sempat lihat wajahnya cemberut dan matanya melotot entah apa yang terlintas
dalam pikirannya yaa mungkin karena beliau masih jet lag. Terus gw berpikir wah
bakalan kacau nih dan jadi seminar yang ngebosenin, belum lagi beliau pakai
peci looknya seperti ustad-ustad sudah pasti dikit-dikit ayat, gak masalah si
dari penampilannya tapi yang gw takut beliau tipikal pembicara yang ngebosenin.
Ternyata kesan pertama itu gak bisa mendominasi pikiran kita tentang seseorang
dan jangan pernah menilai seseorang dari fisiknya kita butuh waktu yang cukup
lama bersama dengan orang tersebut baru kita akan kenal siapa dia.
Cukup
terkesan saat melihat slide yang di tampilin judul materi kali ini Menjadi
Orang Tua yang Dirindukan masyallah ada kesan yang mendalam dari judul tersebut
buat gw, seakan-akan ada cemistri antara judul dengan hati gw hahahah sorry
kalau susah menangkap apa maksud gw. Karena saat ini sesungguhnya para anak
sedang merindukan sosok orang tua yang jauh dari contoh Rasulullah dan para
sahabat. Kuylah materinya.
Kesalahan dasar berumah
tangga hanya sibuk memikirkan fisik nyata membangun rumah. Tetapi suasana rumah
tidak di bentuk. Kalau sudah seperti ini siapa yang harus di salahkan? Sudah
jelas pasti orang tua. Saat ini banyak sekali orang tua yang sibuk mencari
uang, mencari nafkah meninggalkan rumah
dari matahari belum bersinar dan kembali pulang ketika matahari sudah pergi
jauh meninggalkan bumi. Sebenarnya hal tersebut yang menjadikan anak-anak
hancur dan tidak mengenal karakter mereka sebagai umat islam. Materi memang
dibutuhkan untuk bertahan hidup tetapi jangan lupakan anak-anak juga
membutuhkan sosok atau contoh nyata demi pembentukan karakter mereka. Ayah atau
ibu yang gemar meninggalkan rumah lalu anak di asuh oleh asisten rumah tangga
tidak akan ada keterikatan antara anak dan orang tua. Ingat roda itu berputar
tidak selamanya kita menjadi muda akan tiba masanya rambut kita memutih dan
saat itu kita akan membutuhkan perthatian anak-anak kita, sedikitnya waktu yang
kita luangkan untuk anak maka jangan heran jika suatu saat nanti anak kita
hanya akan meluangkan waktu sisanya untuk kita.
Mendidik
anak ala Rasul
Orang tua hebat
= orang tua yang dirindukan
Dalam
Al-Qur’an banyak ayat yang menceritakan tentang ayah Allah menyebutkannya
sebanyak empat belas kali dan isteri di sebutkan sebanyak dua kali. Dapat
ditarik kesimpulan bahwa ayah memiliki peranan penting dalam pengasuhan anak.
Pernah dengar dari seseorang yang gw lupa sumbernya dari mana. Seorang anak
perempuan yang tumbuh dan besar dengan kasih sayang dari ayahnya ia tidak akan
mudah jatuh ke dalam pelukan laki-laki yang kurang baik karena ia tumbuh dengan
kasih sayang dan rasa pengawasan dari sosok laki-laki, dan anak-anak perempuan
yang dekat dengan ayahnya tidak akan merindukan sosok laki-laki lain.
Sebenarnya juga gw rasain itu waktu masih kecil sebelum tidur pasti gw akan di
ceritakan oleh babah, gw sering di peluk, di dengarkan ketika bercerita,
kemana-mana selalu di temani dan di jemput sampai gw gak sadar kalau babah
berarti banget buat gw. Dan saat babah sakit gw berusaha untuk mengorbankan
waktu, tenaga dan uang gw buat babah. simpelnya karena babah berkorban untuk gw
dan saat babah membutuhkan gw dengan senang hati gw bantu dia , hal tersebut
gak bisa di bentuk dalam jangka waktu yang singkat tapi harus ada banyak waktu
dan pengorbanan dari babah buat gw baru akhirnya gw sebagai anak dengan senang
hati membantunya juga.
Anak
laki-laki yang besar tanpa bimbingan dari ayahnya ada kemungkinan ia bisa
menjadi gay karena selama ini hanya sosok ibu yang ia lihat akhirnya karakter
yang mendominasinya lebih ke sosok kewanitaan, hilangnya sikap tegas dalam
dirinya, masalah yang ia lalui selalu dengan deraian air mata. Dan selalu
banyak keragu-raguan dalam setiap langkahnya.
Ayah
harus jadi tokoh utama dalam pengasuhan anak, pernah ada pernyataan kalau ayah
itu sebagai eksekutor saat anak membuat masalah sedangkan ibu adalah tokoh
utama dalam mengasuh anaknya. Kalau ayah yang menghukum anak ketika anak
berbuat salah yang ada anak akan menjadi takut dengan ayahnya lalu mulai timbul
perasaan untuk membenci ayahnya. Wah kacau banget nih kalau sampai hilangnya
sosok ayah dalam rumah-rumah setiap orang seperti negeri tanpa ayah. Memang
benar ibu adalah madrasah utama untuk anak tetapi ayah adalah kepala sekolah
jadi ayah memiliki wadah lebih besar dalam mendidik anak.
Seperti kisah nabi
Ibrahim dan nabi Ismail, Allah mau ajarin kita dari kisah anak dan ayah
tersebut. Ismail tumbuh besar jauh dari sosok ayahnya ia selalu rindu dengan
ayahnya tetapi apa yang bisa ia perbuat ini sudah perintah Allah ia harus rela
hidup berjauhan dari ayahnya. Hal yang bisa ia tahu tentang ayahnya hanya
bertanya pada ibunya, dari sanalah ia bisa mengenal tentang ayahnya dan
merindukan kehadiran ayahnya setiap saat. Akhirnya Allah menjawab doa-doanya
Ibrahim datang dalam kehidupan Ismail, tidak lama kemudian datang perintah
Allah untuk menenyembelih Ismail. Apa yang Ismail katakan saat ia harus di
sembelih oleh ayahnya tentu ia dengan ikhlas memenuhi permintaan ayahnya. Tetapi
tahukah kalian ternyata Ismail juga sedikit takut dan khawatir dengan apa yang
ayahnya sampaikan. Ada hikmah yang cukup besar di balik kisah tersebut walaupun
Ibrahim dan Ismail jarang bertemu tetapi keduanya memiliki keterikatan hati
yang cukup dekat sedikitnya waktu yang bisa di lalui tidak menjadikan mereka
berjauhan tetapi semakin sedikitnya kebersamaan mereka maka semakin berarti
untuk keduanya nah dari sedikitnya waktu itu bisa menjadi berkualitas antara
keduanya.
Seperti Rasulullah dan
para sahabat yang jarang sekali di rumah dan menghabiskan waktu bersama
anak-anaknya, mereka sibuk mengurusi urusan dakwah tetapi itu tidak membuat
mereka lupa dengan pembentukan karakter anak-anaknya. Walaupun sedikit waktu
yang mereka lewati tetapi kualitas dari kebersamaan mereka yang akhirnya
menimbulkan kedekatan.
Masyaallah semoga kita
bisa menjadi orang tua yang dirindukan oleh anak-anak kita kelak amiin ya Rabb.
Tugas kepala sekolah (ayah)
dalam islam adalah :
Mengevaluasi mengapa
anak belum hafal Al-Qur’an. Sedih banget mendengar kalimat ini karena jujur
saya sampai saat ini saja masih kesulitan untuk membagi waktu antara menghafal
qur’an dan menjalankan kegiatan lain yang saya sukai. Mungkin karena belum
terbiasanya membagi dan memprioritaskan waktu untuk menghafal qur’an dari
dahulu jadi ketika dewasa harus membujuk hati untuk konsisten menghafal.
Ini yang akhirnya
menjadi penyakit banyak orang tua yang hatinya tidak sensitive ketika
anak-anaknya tidak memiliki hafalan qur’an sama sekali, padahal dengan
mengajarkan dan membiasakan anak untuk berinteraksi dengan qur’an maka kita
sedang menyelamatkan diri sendiri dari pertanyaan Allah di akhirat kelak. Karena
satu ayat hafal qur’an anak kita, satu rajutan benang sedang di persiapkan anak
kita untuk jubah dan mahkota sebagai hadiah kita di akhirat kelak. Ya Allah
mengapa kami lupa dengan semua itu, kadang orang tua hanya bangga dengan
jabatan anaknya yang bagus dalam sebuah perusahaan dan bangga dengan anak yang
mampu menerbangkannya keberbagai Negara di bumi ini tetapi kita tidak membekali
ia untuk membuatkan kita sayap menuju surga Allah.
Ayah juga harus
menegakkan aturan-aturan dalam rumah bagi anak-anaknya, aturan untuk sholat,
berpakaian, makan dan masih banyak lagi. Kadang dalam setiap rumah banyak
sekali anak-anak yang tidak mengerti apa tugas mereka. Kenapa sedini mungkin
harus ada aturan dalam setiap rumah karena setiap anak yang sudah terbiasa
dengan aturan dalam rumahnya mereka akan menjadi anak yang baik ketika dalam
lingkungan yang lebih besar.
Jadilah ayah yang
dirindukan saat tidak ada dan tetap di rindukan saat sudah ada, subhanallah
indah sekali jika kita sebagai orang tua memiliki anak yang seperti itu.
Setelah membahas
panjang lebar tentang tugas ayah sekarang kita akan membahas tentang ibu. Dalam
Al-Qur’an kata ibu itu tidak ada tetapi akan kita jumpai dalam hadist.
Ciri-ciri ibu idaman
Nikahilah oleh mu
wanita yang wadud dan walud. Walud artinya subur, kenapa harus menikahi wanita
yang subur? Karena Rasulullah senang ketika melihat jumlah umatnya yang banyak,
semakin banyak anak yang dapat di lahirkan oleh seorang ibu akan membuat
Rasulullah bangga ketika di akhirat kelak.
Dan wadud artinya kasih
sayang yang membuat seseorang tertarik untuk mendekat. Carilah wanita yang
mencintai anak-anak kelak ia akan
mencintai dan mengasuh dengan baik anaknya, ia akan ramah, membimbing
dengan baik dan benar anak-anaknya. Karena ibu yang sukses adalah ibu yang
berhasil membuat anaknya selalu ingin dekat dengan ibunya. Jangan pernah bangga
dengan anak yang hanya mau mendengarkan nasihat dari gurunya saja tetapi kita
harus bangga dengan anak yang mau mendengarkan kita sebagai ibunya.
Sejatinya
orang tua harus menjadi orang pertama yang dibutuhkan oleh anak, kenapa bisa
seperti itu karena dengan kehadiran kita yang sangat besar untuk anak-anak kita
kelak maka anak akan menjalankan hidupnya dengan sukses ia akan menjadi anak
yang selalu memikirkan segala hal sebelum bertindak. Tidak akan ada rahasia
yang disembunyikan oleh anak maka orang tua akan lebih mudah memantau
gerak-gerik anak walaupun sedang tidak bersama dengannya.
Misi pertama orang tua
-
Mengikat hati, karena sejatinya hati itu
adalah raja dan yang lain prajuritnya. Ketika kita sudah mampu mengingat hati
anak kita untuk selalu membutuhkan kita maka kita akan lebih mudah
mengendalikannya. Anak yang tidak mau mendengarkan orang tuanya itu pertanda
bahwa belum adanya keterikatan hati antara anak dan orang tuanya
“salah
satu pekerjaan yang sia-sia adalah menasehati anak yang hatinya belum terikat
pada orang tua”
-
Mendidik anak itu seperti bermain laying-layang.
Silahkan kau terbang setinggi-tingginya jika ada angin yang menerpa akan
kutarik talinya untuk segera kembali kejalan pulang. Keterikatan antara anak
dan orang tua akan selalu membuat anak aman dalam menjalankan hidupnya. Bebaskan
anak untuk berkarya melangkah ke mana saja yang ia sukai tetapi kita sebagai
orang tua sudah memberikan bekal pada dirinya jauh sebelumnya. Karena jika
layangan itu terbang tinggi dan tersangkut pada pohon ia akan bertemu dengan bandar
narkoba, kalau orang tua dan anak kita memiliki keterikatan hati anak akan
mudah terjerumus pada narkoba. Lalu jika layangan itu tersangkut dan terjatuh
dalam sungai maka ia akan bertemu dengan predator, jika kita tidak dekat dengan
anak maka dengan mudah anak kita terjerumus dalam sex bebas. Dari hati yang
tidak dekat saja efeknya sangat besar dalam kehidupan anak.
Buah
dari orang tua yang dirindukan
1. Anak
berusaha taat meskipun terpaksa. Bukan terpaksa karena takut tetapi terpaksa karena cinta. Masih belajar
dari kisah nabi Ibrahim dan Ismail Sayyid Qutub dalam tafsir surat Ash-Shoffat,
sejatinya Ismail takut saat ia mendengar apa yang disampaikan ayahnya, tetapi
karna ia sangat merindukan ayahnya dan sudah memiliki kedekatan hati maka
Ismail taat meskipun ia terpaksa.
2. Anak
akan tetap hormat meskipun di marahi karna tabungan cinta yang kita tabung
sedari anak kecil memiliki banyak isinya, walaupun kita auto debit (memarahi
anak) tabungan tersebut tidak akan berkurang banyak. Akan banyak saldo yang
masih tersisa. Karna cinta yang kita tanam tidak akan pernah ada habisnya.
3. Anak
tidak menyimpan rahasia kepada orang tua. Semua hal yang sedang anak kerjakan,
rasakan, inginkan akan selalu meminta pendapat orang tuanya. karena orang tua
sudah mampu menjebol privasi anak.
Kelak
jika semua itu mampu kita aplikasikan pada anak kita maka tidak akan ada anak
yang gagal produk di negeri ini semua anak akan sukses pada masanya, bukan
hanya sukses di dunia saja tetapi akan sukses pula di akhirat.
Indahnya
melukis hari
Tangerang,
8 Mei 2017
0 komentar:
Posting Komentar