Pagi ini kaget karena salah satu
murid gw menangis tidak mau sekolah. Karena masih tebak-tebak buah manggis
selama delapan hari mengajar di kelas baru jadi bingung sebenarnya karakter
dari masing-masing anak seperti apa. Sepanjang perjalanan menuju kelas Najwa
(anak murid yang menangis) di tuntun sama kepala sekolah menuju ruang kelas,
sempat heran juga kenapa Najwa bisa menangis karena selama tujuh hari sekolah
tidak pernah ada masalah. And what happen
this morning? Kalau ada kasus seperti ini kuncinya tidak boleh panik dan
terlihat cool di depan anak-anak
karena sadar atau tidaknya kita setiap anak mampu menilai orang dewasa yang
sedang berhadapan dengannya.
Mana teriakannya kenceng juga,
pagi-pagi pula disaat semua kelas hening jadilah bahan lirik-melikir tetangga
sebelah. Saat Najwa sampai ke dalam kelas saya langsung menyambutnya dengan
hangat tidak lupa pakai pelukan cintha supaya cepat surut air matanya. Setelah itu
berusaha memahami dirinya yang sedang sedih. Saat air matanya sudah menyurut
saya mencoba bertanya kenapa Najwa menangis? Ternyata penyebab ia menangis mau
ikut ayahnya ngantor karena fikiran Najwa saat tiba di kantor ayahnya pasti ia
akan di belikan es krim. Gubrak namanya juga bocil mikirnya polos banget.
Usut punya usut ternyata Najwa punya
jadwal jajan di hari rabu, jadi setiap hari rabu ia bebas untuk memilih jajanan
apa yang mau di belinya. Karena hari ini hari jum’at dan rabu sudah lewat dua
hari yang lalu, saya bingung kenapa Najwa sudah merengek minta es krim. Apakah orang
tuanya tidak menepati janji ketika hari rabu. Tetapi saya hanya mendapat
informasi dari satu pihak, menurut Najwa ketika hari rabu ia tidak di belikan
es krim oleh ibunya. Nah ini bisa jadi kasus yang cukup ribet karena sekali
orang dewasa melanggar janji dengan anak maka rasa percaya anak akan menurun
dan efeknya timbul penyakit-penyakit yang membuat orang tua pusying.
Kalau memang sudah janji akan di
belikan jajanan di hari rabu itu harga mati maka ketika hari rabu orang tua
wajib mengabulkan apa yang dijanjikan. Emang mau anak kita tumbuh dengan
kebohongan? Pasti jawabannya tidak mau, sebenarnya simpel kalau ingin membuat
anak kita nurut sama kita. Kuncinya hanya jangan pernah berkata dusta kepada
anak.
Itu baru satu kasus, sekarang kan musim anak-anak baru masuk sekolah. Mereka
bertemu teman, guru dan lingkungan baru khusus untuk anak baru. Kebayang dong
gimana riweuhnya orang tua mengatasi ini. Anak tidak mau di tinggal, ibu dan
ayah yang deadline harus berangkat
kerja. Akhirnya timbul pernyataan bahwa ibu/ ayah ke kamar mandi dulu ya
aduuhhh kebelet banget lima menit aja. Lalu lima menit kemudian ibu/ ayahnya
tidak datang-datang kemana ya? Jangan-jangan di telan bumi. Pesan saya kalau
memang ingin meninggalkan anak di awal-awal masa sekolahnya sampaikan saja,
tidak apa-apa mereka menangis positifnya mereka masih punya emosi sedih dari
pada mati suri rasa sedihnya.
Ada lagi nih kasus, waktu itu orang
tua murid saya ada yang harus pergi umroh tetapi salahnya ia tidak memberitahu
kepada anaknya kalau ibu dan ayah ingin pergi umroh dahulu. Akhirnya ibu dan ayah
pergi malam menuju bandara dengan hati-hati karena takut ketahuan anak. saya
tanya kenapa tidak dari jauh-jauh hari sudah di kuatnya, ibunya hanya bilang anaknya
tidak mau di tinggal bu, terus nanti nangis. Kalau menurut saya sampaikan
kenyataannya mau menangis sampai tujuh hari tujuh malam tidak masalah yang
penting anak tahu kenapa orang tuanya tidak ada.
Semakin lama kita membohongi anak
maka akan datang masa di mana anak tumbuh menjadi pribadi yang tidak percaya
diri, tukang ngibul dan yang satu lagi minder.
Karena sudah tau plus minusnya yuk
sama-sama memperbaiki pola mendidik kita.
Tangerang, 28 Juli 2017
Indahnya Melukis Hari
#30DaysWritingChallenge
#30DWC #Days23
Bagus ceritanya
BalasHapusKek Kirana yaa,,,ditinggal ibokk pergi haji.. Ibokk bilang dlu kalau mau pergi haji.. jd nangisnya kirana hanya karena kangen sama ibokkk hehe
BalasHapusKek Kirana yaa,,,ditinggal ibokk pergi haji.. Ibokk bilang dlu kalau mau pergi haji.. jd nangisnya kirana hanya karena kangen sama ibokkk hehe
BalasHapusnah bener Umu Atiyah seperti ibu Retno Hening jujur saja kepada anak, kalau ibu akan pergi. Masalah anak nangis bombay masih mudah di tangani dari pada bohong untuk mengalihkan perhatian yang hanya bertahan sementara tapi efeknya seumur hidup
BalasHapus