Tips
Mengajarkan Anak Agar Bisa Cepat Membaca
Setiap
orang tua pasti menginginkan buah hatinya tubuh menjadi anak yang cerdas secara
akademik, karna saat ini patokan cerdas dan tidaknya di negara kita masih
seputar anak yang sedini mungkin dapat membaca dan berhitung maka mereka mendapat
julukan anak ajaib (kaya Joshua zaman dulu dong). Ironisnya mereka yang belum
bisa membaca saat lulus TK dapat di pastikan sulit untuk masuk SD unggulan, ya
ampun sengsara banget si anak di bangsa ini dari kecil aja beban hidup kita
udah berat.
Sebenarnya
sangat simpel membuat anak bisa membaca bahkan dalam jangka waktu tiga bulan
saja kita bisa membuat mereka fasih membaca koran atau buku cerita. Tapi akan
banyak timbul masalah atas pencapaiannya mereka, kalau kita ibaratkan tumbuh
kembang anak seperti sebuah segi tiga anak-anak di Indonesia berkembang dari
bagian besar menuju kekerucutnya sedangkan anak-anak di luar negeri mereka akan
berkembang dari bagian kerucutnya lalu ke bagian besarnya. Apakah itu sebuah
kemajuan? Jelas ini sebuah kemunduran, dari kecil anak yang di paksa untuk
pandai dalam akademiknya suatu saat nanti mereka akan tumbuh menjadi anak yang
benci dengan pelajaran, nah saat ini fenomena tersebut menjadi kebodohan masal
yang sulit di tanggulangi. Dari kecil beban yang di emban sudah terlalu besar
padahal anak-anak belum butuh. Nah dampaknya mereka akan acuh dengan beban yang
harusnya mereka emban ketika dewasa.
Dari
hal yang saya pelajari selama berkecimpung dalam dunia pendidikan setiap
manusia itu memiliki dua jenis perkembangan. Pertama perkembangan kronologis dan
biologis perkembangan di sini saya sebut usia ya, usia kronologis usia ulang tahun
kita sedangkan biologis tahapan perkembangan kita sebagai manusia ia akan
bertambah sesuai dengan tingkat tantangan hidup yang berhasil kita lalui. Setiap
anak belum dapat mengambil keputusan, mereka akan cenderung mengerjakan apa
yang disuruh, saat mereka di suruh belajar membaca, ikut les ini itu dan bla
bla bla pasti akan mereka lakukan karna pola dan atmosfer yang di bentuk oleh
orang tua mereka menuntut mereka harus seperti apa yang orang tua mau.
Usia
biologis anak tidak berkembang dengan baik karna sedari kecil orang tua tidak
melatih tentang hal itu, coba kalau kita perhatikan anak sekolah zaman sekarang
kronologis mereka 15 tahun tapi biologisnya seperti anak 5 tahun. Anak SMA yang
gemar sekali tauran menggunakan celurit untuk melukai seseorang efek dari
celurit dapat membuat musuh kehilangan nyawa apakah mereka memikirkan itu. Dalam
perkembangan anak ada yang namanya sensorimotor satu, ada di usia berapa si
anak yang memiliki sensorimotor satu? Harusnya hanya boleh ada di anak yang usianya
dua tahun, anak usia dua tahun masih gemar sekali untuk melempar benda-benda di
sekelilingnya karna mereka belum tahun fungsi dan kegunaan dari benda tersebut.
Gelas kaca yang mereka lempar akan pecah dan berbahaya bagi dirinya dan orang
lain apakah anak tersebut tahu? Tentu mereka tidak tahu. Jadi anak SMA yang
masih gemar tauran sebenarnya biologis mereka seperti anak usia dua tahun.
Ada
lagi kasus orang dewasa yang suka mencuri atau menginginkan kepunyaan orang
lain. Sebenarnya kasus mengambil barang yang bukan miliknya akan muncul pada
anak usia tiga tahun, kenapa tiga tahun karna mereka masih belajar tentang
konsep kepemilikan. Mereka masih bingung antara barang miliknya, orang lain dan
umum. Nah bagi orang dewasa yang suka ngambil barang orang lain karna di
usianya yang ke tiga tahun tidak tuntas tentang konsep kepemilikan.
Untuk
orang dewasa yang gemar berbohong dan menganggap kejujuran tidak penting bagi
mereka sebenarnya akan kita temui pada anak yang usianya lima menjelang enam
tahun. Pada saat usia lima menjelang enam di sebut usia special karna transisi dari
TK menuju SD mereka lebih gemar menyalahkan dan mengkambing hitamkan orang lain
atas kesalahan yang mereka perbuat, mereka memiliki ego lebih besar dari usia
sesudahnya. Jadi orang dewasa yang suka sekali berbicara dusta seperti anak
umur lima tahun.
Kenapa
fenomena di atas menjadi kebodohan masal bagi orang dewasa di negara kita karna
sedari kecil orang tua kita sibuk dengan nilai akademik saja, tetapi mengabaikan
pembentukan karakter. Coba kita perhatikan budaya mengantri di negara kita bisa
di katakan jelek sekali, tidak sabar kalau harus mengantri. Budaya membaca
bagaimana? Indonesia masuk kategori negara termalas, buku itu sudah seperti
monster yang akan mengambil nyawa si pembaca, sedangkan untuk urusan menonton
menjadi makanan sehari-hari yang tidak boleh di lewatkan nah mulai deh para
pengusaha yang hanya menguntungkan profit tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Akhirnya
pembodohan menjamur di negeri ini. Padahal Allah memerintahkan kita dalam surat
Al-Alaq ayat 1-5 untuk membaca.
Sebenarnya
usia berapa si anak sudah masuk kategori siap baca? Jawabannya adalah anak usia
delapan tahun atau anak kelas tiga SD, delapan tahun pun bukan hanya pelajaran
membaca saja yang diberikan, tetapi pengenalan membaca secara dasar hanya
secara dasar bukan di gembel terus menerus. Anak usai delapan tahun masih masuk
kategori anak usia dini yang kegiatan mereka di sekolah hanya bermain sambil belajar
dan pembentukan karakter.
Ok
selanjutnya di bawah ini tips untuk mengajarkan anak supaya bisa cepat membaca
:
1. Membacakan
buku (sebenarnya budaya dongeng sebelum tidur penting banget untuk di lakukan. Ibaratnya
orang tua dan anak memiliki quality time dengan membaca buku bersama)
2. Sesering
mengajak anak mampir ke toko buku
3. Berikan
kesempatan kepada anak untuk membeli buku yang mereka pilih sendiri
4. Buat
anak mencintai buku
5. Ciptakan budaya cinta membaca pada rumah kita
6. Orang
tua harus lebih sering memperlihatkan kepada anak kalau ayah dan mama mereka
juga suka membaca
7. Berikan
label nama pada setiap benda yang ada di rumah (tempat garam, gula, kamar,
toilet dll)
8. Membuat
perpustakaan kecil di rumah
Warning orang tua
jangan terburu-buru memaksakan proses ini, budaya cinta buku bisa di bentuk
saat anak sedini mungkin. Ortu wajib memfasilitasi banyaknya buku di rumah,
sudah banyak toko buku yang menjual buku untuk bayi dan balita, sedini mungkin
sudah boleh di kenalkan tentang buku tersebut. Dan pastikan ortu sering
membacakan buku bayi dan balita kepada anak setelah itu mereka boleh di berikan
kesempatan untuk memainkan buku tersebut lebih sering.
Saya yakin kalau semua
proses pengenal membaca di atas di lakukan dengan sabar dan penuh perhatian
orang tua membaca untuk anak akan menjadi habits dan hobby sampai mereka tua
nanti. Kalau kata mama saya tidak usah buru-buru Belanda masih jauh. Gimana kasusnya
kalau anak kita tidaka akan di terima SD kalau mereka belum bisa membaca? Ya tinggal
cari sekolah lain yang lebih lebih mementingkan pembentukan karakter. Karna anak
kita bukan orang dewasa kecil ia tetap anak kecil yang butuh bermain.
Dan ternyata membaca
ada tahapanya loh nah sekalian saya share ya :
1.
Tahap fantasi (magical stage)
2.
Tahapan pembentukan konsep diri (self concept
stage)
3.
Tahap membaca gambar (bridging reading
stage)
4.
Tahap pengenalan bacaan (take of reader
stage)
5.
Tahap membaca lancar (independen reader
stage)
Semoga
bermanfaat bagi para pembaca. Kalau ga ada yang baca tulisan gw di atas tidak
apa-apa kok. Tapi kalau ilmu tersebut bukan datang dari saya semoga kalian akan
mendapatkannya dari orang lain. Oh ya untuk yang sudah membaca tulisan ini
harap tinggalkan jejak ya.
Tangerang, 9
Juli 2017
Indahnya Melukis
Hari
Makasiyaaa ka Nailaah... jd dapet ilmu deh tahapan membaca utk anak hihi...
BalasHapus