Senin, 31 Juli 2017

Saat Tuhan Dan Angin Diskusi



“Apakah kau yakin untuk menghilang?”

            “Ya aku yakin”

“Tidak akan ada satu pun makhluk yang dapat melihat mu. Semua akan mengabaikan kerjakeras mu”

“Disaat penduduk bumi bahagia tanpaku itu sudah lebih dari cukup untuk menebus kesalahanku”

“Baiklah jika itu yang kau inginkan. Jangan marah jika mereka melupakanmu. Mereka akan melupakan kau pernah ada”

            Tuhan meyakinkan angin tentang permintaannya padahal semua penduduk bumi sangat bergantung padanya. “Bunga-bunga mencintaimu, kupu-kupu bercanda riang denganmu, manusia selalu memanggil-manggil namamu bahkan gunung tersenyum riang untukmu”.

            Memori tentang masa lalu menari-nari dalam benaknya.

            “Bawalah aku ke negeri seberang” Pinta burung-burung

            “Terimakasih berkat bantuanmu padiku tumbuh dengan baik”

            “Angin ajak kami berkeliling taman” anak-anak kecil merengek dengan senyuman jahil
           
            “Terbangkanlah serbuk sari ku ini ketempat yang jauh”
                       
            Penduduk bumi berbondong-bondong memuji angin mereka mencintai angin layaknya seperti keluarga. Kemanapun angin melangkahkan kaki ia akan lelah tersenyum karena namanya selalu di panggil dan menjadi buah bibir. Angin sungguh menikmati kehidupan dari Tuhan.

“Tuhan aku sangat bahagia dengan hidup yang kau berikan, semua makhluk memujiku. Mereka puas dengan segala yang aku berikan. Petani berterimakasih, anak-anak riang tertawa, bunga-bunga puas dengan bantuanku bahkan para tumbuhan dan binatang selalu tertidur pulas jika ada aku”

“Aku senang jika kau senang” Tuhan menjawab dengan gagah

“Aku sudah siap menerima kekuatan besar yang kau tawarkan dua hari lalu, aku yakin dengan kekuatan itu semua makhluk akan tambah menyukaiku”

            “Apakah kau siap dengan tantangan yang aku berikan? Dengan lembut Tuhan bertanya kepada angin

“Ya aku siap. Dengan kekuatan baru yang kau berikan aku yakin kehidupan di bumi akan semakin sejahtera karena ku”

***
            Angin senang dengan kekuata barunya, akhirnya ia memanggil semua penduduk bumi untuk memberi tahu tentang kehebatannya. Tak lama kemudian penduduk bumi berkumpul di hadapan angin.

“Akan ku tunjukkan betapa hebatnya aku” angin mulai membanggakan diri. Semua makhluk tidak sabar ingin melihat kemampuan barunya. Mata-mata penasaran penduduk bumi membuat angin besar kepala.

            “Kalian siap melihat kehebatan baru ku” Angin bertanya dengan kencang

            “Ya kami siap” penduduk bumi menjawabnya tak kalah semangat seperti angin.

            “Baik mulailah berhitung”

            “Satu.. Dua.. Tiga..”

            Seketika semua yang ada di hadapan angin menjadi porak-poranda. Pemandangan menjadi sangat berantakan, anak-anak kecil menangis kencang, orang-orang sibuk mencari sanak saudara, tumbuhan tercabut dari tanah, hewan-hewan lari kocar-kacir.
            Angin kaget setelah apa yang dilakukannya ia tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Awalnya ia membayangkan semua makhluk akan tambah kagum dengannya.
           
            “Apa yang kau lakukan?”
           
            “Kembalikan anakku”

            “Angin lihat sebagian besar tumbuhan mati karna mu, bagaimana kami akan menjadikan bumi rindang”
              
            “Hey angin tanggung jawablah dengan kekacauan ini”

            Semua makhluk menghujatnya ia tak bisa berbuat apa-apa, hanya bisa menerima cacian dengan sedih. Satu kesalahan yang di lakukannya menghapus semua kebaikannya di mata penduduk bumi.
***
            Mulai saat itu angin menghilang selamanya, tak satupun penduduk bumi yang mengingat dan melihatnya. Ia terlupakan karena satu kesalahannya saja.

Jadilah seperti angin ia memang tidak terlihat namun tak ada yang menyangkal bahwa ia dapat di rasakan adanya.   

Tangerang, 31 Agustus 2017

Indahnya Melukis Hari 

0 komentar:

Posting Komentar

 

Melukis Hari dengan Kata Template by Ipietoon Cute Blog Design