Minggu, 16 Juli 2017

Proporsal Pernikahan Part V



Selama di rumah Nina banyak menghabiskan waktu di dalam kamar, keluar dan menyapa tetanggnya pun Nina tak mau. Sekalipun ia keluar akan banyak pertanyaan yang membuatnya kesal.

“Nikahnya kapan neng?, “Kok belum menikah kan sudah tua”

Itu baru sedikit pertanyaan yang pasti akan dilontarkan, aka nada yang lebih menyat hati lagi. Makanya Nina memutuskan menghabiskan waktu di dalam rumah pasti lebih baik.

***
Selepas makan malam Ibu mengutarakan alasan sebenarya menyuruh Nina untuk pulang
“Nin Ibu sudah tidak bisa lagi menunggu kamu mendapatkan calon pendamping pilihan kamu sendiri, sudah terlalu lama Ibu menunggu kamu memberitahu Ibu dan Bapak tentang laki-laki yang mampu menarik hati dan perhatian mu, Ibu berusaha untuk bersabar menunggu hal tersebut tetapi sampai usia mu yang sudah hampir 26 kata tersebut tidak sekali pun pernah terlontar dari mu Nak”. Ibu berbicara dengan lembut nafasnya diatur sesuai dengan intonasi suaranya tangan Ibu menggenggam pundak Nina yang duduk disebelahnya.

“Maafkan Nina bu kalau ternyata Ibu dan Bapak menunggu lama untuk Nina memberitahukan laki-laki yang mampu mengisi hati Nina”. Nina tak mampu menatap mata kedua orang tuanya matanya hanya mampu menatap lantai bewarna kuning ruang tamunya.

 Nina memantabkan hatinya pada malam itu untuk memberitahukan proses taaruf ia dengan Galih yang gagal. Nina menceritakan secara detail tentang kesamaan ia dan Galih yang memiliki gen carier. Ibu berusaha untuk menghibur Nina dan tidak lagi berlarut dalam kesedihan seorang diri. Nina sudah bias menebak kearah mana pembicaraan ini bermuara, terlebih Ibu dan Ayah selalu membahas topik ini selama satu bulan kebelakang. Malam ini ia pasrah dengan siapa dirinya akan di jodohkan bukankah ridho Allah itu ada pada ridho orang tua.

Ibu dan Bapak pasti sudah memikirkan dan mempertimbangkan hal ini dengan baik. Sipapun ia yang terpenting soleh karena soleh dapat mengalahkan segala kenikmatan di dunia ini. Rajin membaca qur’an, menjalankan sunnah Rasul, dan bertutur kata baik ia akan rela dijodohkan olehnya.

“Bapak tau Nin mungkin kamu akan kaget setelah mendengar apa yang nanti Bapak dan Ibu sampaikan” kata-kata Bapak memecah kesunyian intonasi suara Bapak tidak mampu mengalahkan suara jangkrik di luar sana. “Ini sudah rencana kami untuk menjodohkan kamu dengan Assad” Nina kaget bukan kepalang mendengar Nama Assad keluar dari mulut Bapak. Apakah ia tak salah dengar tentang satu nama itu. Ada tanda tanya besar sekarang yang mengisi fikiran Nina.

“Mengapa harus Assad bu? Tidak kah ada yang lain yang akan Ibu jodohkan untuk Nina” Sontak pertanyaan tersebut keluar dari mulut Nina, dirinya juga kaget mengapa pertanyaan tersebut yang keluar. Ia hanya tidak mau nasibnya sama dengan tokoh yang ada pada buku yang pernah dibacanya pudarnya pesona Cleopatra si isteri yang nelangsa menghadapi sikap acuh suaminya karena dirinya tak secantik bidadari dari negeri Fir’aun tempat studi suaminya. Apakah dirinya akan merasakan hal yang sama. Jika menikah dengan Assad.  

“Assad sendiri Nin yang menunjuk kamu untuk menjadi isterinya” Ada senyum di wajah manis Ibu. Ibu melanjutkan ucapannya, dulu sebelum Assad pergi ke Mesir ia sangat menghawatirkan hal ini, apakah nanti setelah ia pulang dari Mesir kamu sudah di sunting orang, ataukah nanti ketika ia pulang dari Mesir kamu sudah memiliki beberapa anak buah dari pernikahanmu dengan orang lain. Bahkan Assad sempat berfikir untuk menolak bea siswa tersebut, tetapi Ibunya  memantabkan Assad untuk melanjutkan studinya ke Mesir dan menitipkan mu pada Allah, dengan bermodal doa yang selalu di lantunkan kepadaNya ia percaya bahwa Allah yang akan menjaga mu untuk dirinya.

“Sebelum Assad ke Mesir tadinya ia berniat ingin kata yang sejujurnya kalau ia ingin menikah dengan Ninan tetapi ia mengurungkan niatnya karena mana mungkin ia yang berasal dari keluarga yang serba kekurangan mampu mempersunting putri seorang lurah”.

 “Sekembalinya ia dengan mengandeng gelar istimewa yang bersanding dengan namanya dapat menjadiknnya ia pantas memiliki pendamping seperti Nina. Ketika Assad pulang dan mengetahui bahwa kamu belum menikah ia selalu membujuk Ibunya untuk segera mengutarakan niatnya melamar mu Nin”.

Butiran-butiran bening jatuh satu demi satu dari pelupuk matanya, ia sangat kagum dengan skenario yang Allah gariskan padanya. Sedikit demi sedikit ia mengerti ternyata ada ada seseorang yang selalu memanjatka doanya untuk dapat membina rumah tangga bersamanya.

“Kalau kamu setuju pernikahan akan di langsungkan dua hari kemudian, karena Assad sudah harus bekerja di salah satu pesantren modern di Bandung”.  Bapak menyadarkan lamunan Nina

Nina hanya bisa mematung memandang kedua orang tuanya skenario apa yang sedang Ar-Rahman atur untuk dirinya. Tuntas sudah malam itu ia membuang jauh-jauh rasa sakit yang pernah terjadi pada dirinya tentang proses taaruf yang kandas, proposal yang di tolak mentah-mentah ternyata itu semua dibayar oleh Allah dengan harga yang sangat mahal. Assad sudah lama memendam kagum pada Nina, dan ada satu nama yang sedang memantaskan dirinya untuk dapat menikah dengan Nina.

Assad pun sempat bingung ketika mendapatkan bea siswa dari Mesir apakah harus ia terima karena untuk mendapatkan predikat LC dari sana bukan hal mudah ia harus bersusah payah dan menghabiskan waktu yang lama untuk sebuah pendidikan, terlebih lagi Nina teman kecil yang memiliki perhatian khusus dihatinya mungkin  saja dipersunting orang lain. Namun alasan tersebut ia enyahkan dalam benaknya ia percaya di pertiga malam ia bisa merayu Allah tentang hal tersebut. Berdoa kepada Allah semoga Nina masih tetap single sampai dirinya mampu untuk mempersunting Nina.

Dengan lulusan salah satu universitas ternama di Mesir dan segudang prestasi yang di raihnya ditambah predikat cumlud yang menghiasi ijazahnya mampu meluluhkan hati Nina, dan ternyata ada satu hal yang tidak pernah di lupakan oleh Nina kelembutan hati Assad sejak masa kanak-kanak dan remajan masih bisa di rasakan Nina sampai saat ini.

Setelah di mabuk kepalangan dengan kenyataan Assad memiliki niat untuk mempersunting dirinya tak lupa Nina meminta nasehat dari Umi Ida ia berbincang lewat pesawat telephon sampai larut malam mengenai langkah apa yang harus ia tempuh, Umi Ida menyarankan Nina untuk meminta jawaban terbaik dari Allah.  
***
Mungkin ini bukan kisah romantis atau kisah cinta terbaik yang dapat mengalahkan kisah romeo dan Juliet, kisah Jodhan dan Akbar, atau kisah Nabi Lukman dan Ratu Bilqis. Namun kisah cinta yang terjadi dalam kehidupan kita masing-masing adalah kisah cinta yang paling menarik, berharga, yang mampu menerbangkan diri kita sendiri. Pernikahan indah yang di tunggu-tunggu oleh semua wanita, pangeran berkuda putih atau kah abu-abu itu tak jadi masalah ketika pangeran tersebut sudah mampu menerobos benteng terkuat dalam hati seorang wanita makan kata pantaslah yang keluar menjadi ucapan setiap orang. Ternyata memupuk rasa sabar dan deraian air mata itu satu hal yang amat penting bagi siapa saja yang bersedia mengizinkan Allah mengatur kisah cintanya.

Percayalah di luar sana mungkin ada seseorang yang sedang merayu Allah siang dan malam untuk menjadikan kita sebagai pendamping hidupnya untuk bersama-sama membangun benteng dakwah dalam sebuah pernikahan yang halal. Semoga siapapun kalian yang selalu menjadikan agama Allah sebagai lahan dakwah tidak akan terkalahkan dari sikap iblis yang selalu mengganggu jalan halal kita menuju pernikahan. Sadarlah bahwa ghodul bashor itu nikmat dan khalawat itu menyedihkan. Ayo sama-sama meraih surga Allah dengan pasanga halal yang di takdirkan untuk kita.

Tangerang, 16 Juli 2017
Indahnya Melukis Hari
#30DaysWritingChallenge #30DWC #Days11



0 komentar:

Posting Komentar

 

Melukis Hari dengan Kata Template by Ipietoon Cute Blog Design