Selama di rumah Nina banyak menghabiskan waktu di
dalam kamar, keluar dan menyapa tetanggnya pun Nina tak mau. Sekalipun ia
keluar akan banyak pertanyaan yang membuatnya kesal.
“Nikahnya kapan neng?, “Kok belum menikah kan sudah
tua”
Itu baru sedikit pertanyaan yang pasti akan
dilontarkan, aka nada yang lebih menyat hati lagi. Makanya Nina memutuskan
menghabiskan waktu di dalam rumah pasti lebih baik.
***
Selepas makan malam Ibu mengutarakan alasan
sebenarya menyuruh Nina untuk pulang
“Nin Ibu sudah tidak bisa lagi menunggu kamu
mendapatkan calon pendamping pilihan kamu sendiri, sudah terlalu lama Ibu
menunggu kamu memberitahu Ibu dan Bapak tentang laki-laki yang mampu menarik
hati dan perhatian mu, Ibu berusaha untuk bersabar menunggu hal tersebut tetapi
sampai usia mu yang sudah hampir 26 kata tersebut tidak sekali pun pernah
terlontar dari mu Nak”. Ibu berbicara dengan lembut nafasnya diatur sesuai
dengan intonasi suaranya tangan Ibu menggenggam pundak Nina yang duduk
disebelahnya.
“Maafkan Nina bu kalau ternyata Ibu dan Bapak
menunggu lama untuk Nina memberitahukan laki-laki yang mampu mengisi hati Nina”.
Nina tak mampu menatap mata kedua orang tuanya matanya hanya mampu menatap
lantai bewarna kuning ruang tamunya.
Nina
memantabkan hatinya pada malam itu untuk memberitahukan proses taaruf ia dengan
Galih yang gagal. Nina menceritakan secara detail tentang kesamaan ia dan Galih
yang memiliki gen carier. Ibu
berusaha untuk menghibur Nina dan tidak lagi berlarut dalam kesedihan seorang
diri. Nina sudah bias menebak kearah mana pembicaraan ini bermuara, terlebih
Ibu dan Ayah selalu membahas topik ini selama satu bulan kebelakang. Malam ini
ia pasrah dengan siapa dirinya akan di jodohkan bukankah ridho Allah itu ada
pada ridho orang tua.
Ibu dan Bapak pasti sudah memikirkan dan
mempertimbangkan hal ini dengan baik. Sipapun ia yang terpenting soleh karena
soleh dapat mengalahkan segala kenikmatan di dunia ini. Rajin membaca qur’an,
menjalankan sunnah Rasul, dan bertutur kata baik ia akan rela dijodohkan
olehnya.
“Bapak tau Nin mungkin kamu akan kaget setelah
mendengar apa yang nanti Bapak dan Ibu sampaikan” kata-kata Bapak memecah kesunyian
intonasi suara Bapak tidak mampu mengalahkan suara jangkrik di luar sana. “Ini
sudah rencana kami untuk menjodohkan kamu dengan Assad” Nina kaget bukan
kepalang mendengar Nama Assad keluar dari mulut Bapak. Apakah ia tak salah
dengar tentang satu nama itu. Ada tanda tanya besar sekarang yang mengisi
fikiran Nina.
“Mengapa harus Assad bu? Tidak kah ada yang lain yang
akan Ibu jodohkan untuk Nina” Sontak pertanyaan tersebut keluar dari mulut
Nina, dirinya juga kaget mengapa pertanyaan tersebut yang keluar. Ia hanya
tidak mau nasibnya sama dengan tokoh yang ada pada buku yang pernah dibacanya
pudarnya pesona Cleopatra si isteri yang nelangsa menghadapi sikap acuh
suaminya karena dirinya tak secantik bidadari dari negeri Fir’aun tempat studi
suaminya. Apakah dirinya akan merasakan hal yang sama. Jika menikah dengan
Assad.
“Assad sendiri Nin yang menunjuk kamu untuk menjadi
isterinya” Ada senyum di wajah manis Ibu. Ibu melanjutkan ucapannya, dulu
sebelum Assad pergi ke Mesir ia sangat menghawatirkan hal ini, apakah nanti
setelah ia pulang dari Mesir kamu sudah di sunting orang, ataukah nanti ketika
ia pulang dari Mesir kamu sudah memiliki beberapa anak buah dari pernikahanmu
dengan orang lain. Bahkan Assad sempat berfikir untuk menolak bea siswa
tersebut, tetapi Ibunya memantabkan
Assad untuk melanjutkan studinya ke Mesir dan menitipkan mu pada Allah, dengan
bermodal doa yang selalu di lantunkan kepadaNya ia percaya bahwa Allah yang
akan menjaga mu untuk dirinya.
“Sebelum Assad ke Mesir tadinya ia berniat ingin
kata yang sejujurnya kalau ia ingin menikah dengan Ninan tetapi ia mengurungkan
niatnya karena mana mungkin ia yang berasal dari keluarga yang serba kekurangan
mampu mempersunting putri seorang lurah”.
“Sekembalinya
ia dengan mengandeng gelar istimewa yang bersanding dengan namanya dapat
menjadiknnya ia pantas memiliki pendamping seperti Nina. Ketika Assad pulang dan
mengetahui bahwa kamu belum menikah ia selalu membujuk Ibunya untuk segera
mengutarakan niatnya melamar mu Nin”.
Butiran-butiran bening jatuh satu demi satu dari
pelupuk matanya, ia sangat kagum dengan skenario yang Allah gariskan padanya. Sedikit
demi sedikit ia mengerti ternyata ada ada seseorang yang selalu memanjatka
doanya untuk dapat membina rumah tangga bersamanya.
“Kalau kamu setuju pernikahan akan di langsungkan
dua hari kemudian, karena Assad sudah harus bekerja di salah satu pesantren
modern di Bandung”. Bapak menyadarkan
lamunan Nina
Nina hanya bisa mematung memandang kedua orang
tuanya skenario apa yang sedang Ar-Rahman atur untuk dirinya. Tuntas sudah
malam itu ia membuang jauh-jauh rasa sakit yang pernah terjadi pada dirinya
tentang proses taaruf yang kandas, proposal yang di tolak mentah-mentah
ternyata itu semua dibayar oleh Allah dengan harga yang sangat mahal. Assad
sudah lama memendam kagum pada Nina, dan ada satu nama yang sedang memantaskan
dirinya untuk dapat menikah dengan Nina.
Assad pun sempat bingung ketika mendapatkan bea
siswa dari Mesir apakah harus ia terima karena untuk mendapatkan predikat LC dari sana bukan hal mudah ia harus
bersusah payah dan menghabiskan waktu yang lama untuk sebuah pendidikan,
terlebih lagi Nina teman kecil yang memiliki perhatian khusus dihatinya
mungkin saja dipersunting orang lain.
Namun alasan tersebut ia enyahkan dalam benaknya ia percaya di pertiga malam ia
bisa merayu Allah tentang hal tersebut. Berdoa kepada Allah semoga Nina masih
tetap single sampai dirinya mampu untuk mempersunting Nina.
Dengan lulusan salah satu universitas ternama di
Mesir dan segudang prestasi yang di raihnya ditambah predikat cumlud yang
menghiasi ijazahnya mampu meluluhkan hati Nina, dan ternyata ada satu hal yang
tidak pernah di lupakan oleh Nina kelembutan hati Assad sejak masa kanak-kanak
dan remajan masih bisa di rasakan Nina sampai saat ini.
Setelah di mabuk kepalangan dengan kenyataan Assad
memiliki niat untuk mempersunting dirinya tak lupa Nina meminta nasehat dari Umi
Ida ia berbincang lewat pesawat telephon sampai larut malam mengenai langkah
apa yang harus ia tempuh, Umi Ida menyarankan Nina untuk meminta jawaban
terbaik dari Allah.
***
Mungkin ini bukan kisah romantis atau kisah cinta terbaik
yang dapat mengalahkan kisah romeo dan Juliet, kisah Jodhan dan Akbar, atau
kisah Nabi Lukman dan Ratu Bilqis. Namun kisah cinta yang terjadi dalam
kehidupan kita masing-masing adalah kisah cinta yang paling menarik, berharga,
yang mampu menerbangkan diri kita sendiri. Pernikahan indah yang di
tunggu-tunggu oleh semua wanita, pangeran berkuda putih atau kah abu-abu itu
tak jadi masalah ketika pangeran tersebut sudah mampu menerobos benteng terkuat
dalam hati seorang wanita makan kata pantaslah yang keluar menjadi ucapan
setiap orang. Ternyata memupuk rasa sabar dan deraian air mata itu satu hal
yang amat penting bagi siapa saja yang bersedia mengizinkan Allah mengatur
kisah cintanya.
Percayalah di luar sana mungkin ada seseorang yang
sedang merayu Allah siang dan malam untuk menjadikan kita sebagai pendamping
hidupnya untuk bersama-sama membangun benteng dakwah dalam sebuah pernikahan
yang halal. Semoga siapapun kalian yang selalu menjadikan agama Allah sebagai
lahan dakwah tidak akan terkalahkan dari sikap iblis yang selalu mengganggu
jalan halal kita menuju pernikahan. Sadarlah bahwa ghodul bashor itu nikmat dan khalawat
itu menyedihkan. Ayo sama-sama meraih surga Allah dengan pasanga halal yang di
takdirkan untuk kita.
Tangerang, 16
Juli 2017
Indahnya Melukis
Hari
#30DaysWritingChallenge
#30DWC #Days11
0 komentar:
Posting Komentar