Kadang kita tidak mampu
menerjemahkan apa yang Tuhan maksud. Saat takdir menghianati menikam bertubi-tubi
tanpa jeda tanpa putus asa hidup terasa hambar, seisi dunia menjadi musuh warna
hidup tak lagi menyala keceriaan selingkuh dari diriku. Tuhan tak sedang bercanda
Ia berkata yang sesungguhnya memuntahkan semua dosa penghuni bumi kepadaku, mimpi
buruk tak pernah tamat dalam hidup. Vonis dokter memang kejam saat itu juga aku
menganggapnya musuh, lelaki gagah yang selama ini perkasa di mata ku tumbang
bagai pohon yang di hianati air dan mentari. Sinar-sinar kehidupan tak tampak
dalam dirinya, sorot matanya lemah satu dua kali menatap pada titik yang sama.
Alien
itu memilih bapak datang tanpa mengetuk pintu, ia tak perduli aku meronta sedih
bagai orang gila. Deraian air mata menganak sungai di pipi ku berharap air ini
dapat menghentikannya untuk menculik bapak. Aku janji tidak akan ada lagi
episode-episode sedih setelah ini tapi Tuhan tak membantuku Ia tetap mengirim
malaikatnya untuk mengosongkan jasad laki-laki yang amat ku cintai. Oh Tuhan
senin pagi itu bagaikan hari terpahit yang pernah kau ciptakan walaupun aku
terus menyeret air mata ini namun malaikatMu dengan qonaah tetap menjalankan titah Tuhannya. Mentari seakan menghianati
siang ia pura-pura menerangi bumi padahal pada hari itu hanya ada satu warna
yang aku lihat yaitu gelap.
Aku
tidak mampu menerjemahkan rasa baru yang Engkau ciptakan dalam episode
kehidupan. Rasa yang tak dimengerti mengapa Kau berikan padahal tak pernah berucap
memintanya, namun ia selalu mengekor kemana pun aku melangkahkan seperti ada
jejak yang tak terlihat siapa tuannya. Ruang kosong dalam hati seakan sesak dipenuhi
genangan air. Saat rasa sedih menghantui diri deburan ombak berebut ingin keluar.
Apa
ini cara Tuhan menghianati hambanya? Tentu jawabannya tergantung dari mana
sudut pandang yang tercipta. Walau awan hitam tak pernah melangkah jauh dari
hidupku namun ini cara Tuhan mengajarkan kepada hambanya yang fakir ini untuk tak pernah menentang dan
menantangNya. Air mata ini masih punya peran di masa mendatang aku akan
meronta manja kepadaNya untuk
mempertemukanku dengannya dalam mimpi-mimpi yang panjang, menunggu pesan yang
tak terucap. Karena aku masih menunggu dengan
air mata yang menjadi saksinya. Seperti Rasulullah menunggu kita di telaga Al-Kautsar.
Tangerang, 29
Juli 2017
Indahnya Melukis
Hari
#30DaysWritingChallenge
#30DWC #Days24
0 komentar:
Posting Komentar