Rasanya
nafas ini berhenti berhembus, kabar menyedihkan datang silih berganti setiap
harinya. Seperti tak ada habisnya air mata yang keluar, mungkin mata ini sadar
masih banyak episode masa depan yang membutuhkannya. Waktu terasa seperti
malam, lupa bahwa tuhan juga menciptakan siang. Karena semenjak hari itu bumi
terasa hanya memiliki satu waktu yaitu malam.
Bukan
soal waktu yang terbuang hanya menangisi dirinya, tetapi karena mulut ini yang
tak bisa berucap baik saat dirinya masih terlihat gagah, penyesalan memang memiliki
tugas dari tuhan untuk datang terlambat, agar orang yang tidak memanfaatkan
waktu dengan baik mengutuk dalam penyesalan. Jika waktu bisa di putar kembali
aku pasti akan mengucapkan maaf beribu kali, namun kita penyesalan yang terjadi
maaf sudah tak berguna lagi.
Babah
anak mu ini rindu sekali, walau sebenarnya Ilah bukan anak yang berbakti saat
semuanya masih terasa indah. Namun Ilah berusaha melakukan yang terbaik karena
Ilah tahu kalau sampai di detik-detik terakhir Ilah tidak memanfaatkan waktu
maka seumur hidup mengutuk diri adalah hal yang pantas. Ilah kangen masa-masa
dimana semua hal yang terjadi dalam hidup ini selalu menjadi topik diskusi
kita, dalam banyak cerita yang kita habiskan bersama Ilah yakin ada harapan
besar yang selalu Babah impikan.
Saat
ini hanya doa yang dapat di ikrarkan walau sebenarnya ingin sekali menatap
wajah, mencium tangan dan diskusi bersama, tetapi waktu tak mengizinkan karna
sang Ilahi memiliki rencana terbaik untuk kita. Ilah sayang Babah, semoga kita
yang sudah terpisah antara ruang dan waktu bisa bertemu kembali di jannahNya .
Tangerang, 24
Juli 2017
Indahnya Melukis Hari
#30DaysWritingChallenge
#30DWC #Days19
0 komentar:
Posting Komentar