Sabtu, 18 April 2015


Hari ini sempat tersentak lewat pertanyaan yang diajukan oleh seseorang yang sangat saya hormati. Pertanyaan tak jauh-jauh seputar topik yang sering diajukan kepada wanita yang masih melajang, walaupun terdengar sepele tetapi butuh waktu dan fikiran untuk menjawab dengan tepat. Dahulu ketika ada beberapa orang yang mengajukan pertanyaan serupa hanya menganggap angin lalu yang tak perlu dimasukan kedalam fikiran toh tidak ada yang menekan, memaksa atau menyuruh cepat-cepat untuk segera membina rumah tangga. Semuanya seperti  berpihak dari ortu sampai teman-teman yang sering mengelilingi saya, bumi akan tetap berputar, matahari tetap bersinar, bintang dan bulan tetap seperti pelita dalam malam yang gelap langitpun tak akan runtuh dengan keadaan saya. Tapi ups apakah saya terlalu terbuai atau kah memang tidak laku.
Mulailah pertanyaan yang semula hanya sebuah bentuk perhatian dari beberapa pengaju sampai berubah menjadi sensitive ditambah umur yang semakin menua namun pendamping tak kunjung tiba, “sudah serahkan saja kepada Allah, Insyallah semua akan ada jalannya” jawaban singkat terucap dari seorang Ibu yang berusaha menenangkan anak gadisnya. Jadi teringat beberapa tahun silam ketika kakak masih berusia 20 tahun orang tua sudah mulai mendapati beberapa pelamar yang berkunjung ke rumah referensi dari saudara terdekat yang menyamar sebagai mak comblang, mulailah satu dua kali kami disibukkan dengan peristiwa yang berulang. Pastinya si, engga banyak yang berkunjung untuk mencari tulang rusuknya pada saat itu, tetapi paling tidak kakak bisa dinilai laku.
Dua puluh empat bukanlah usia yang terbilang muda ataupun sebaliknya, pada umumnya orang-orang beranggapan seorang wanita berusia dua puluh lima tahun belum menikah adalah hal yang mengejutkan. Perkara jodoh memang rahasia Allah tak ada satu orang pun yang mampu mematahkan atau menyanggah hal tersebut sudah hak mutlak yang dimiliki Allah. Tetapi nyesek juga sampai usia dua puluh empat tahun satu orang pun tak ada yang menunjukkan batang hidungnya, apakah mungkin karena wajah saya yang teramat standar untuk wajah-wajah harem Arabian pada umumnya yang saat dipandang bagaikan lukisan alam yang ditorehkan oleh Allah  dan ketika mata-mata haram mencuri sepotong kecantikannya tak mampu melupakan pesona yang berhasi dicurinya.
Galau tingkat dewa pun menyerang ketika wanita-wanita single berkumpul pasti akan terselip diskusi about married timbullah beberapa pertanyaan yang meluncur dari mulut para single “Target menikah usia berapa?” itu sudah pertanyaan umum.  Wuaaaahhhh heboh daaahhh kalau sudah masuk Bab ini, satu persatu jawaban beragam keluar dari mulut mereka. Hasil diskusi dari salah satu teman yang mengakui bahwa dirinya beberapa kali dijodohkan oleh keluarganya mulai dari ikhwan yang tidak sengaja tersihir pesonanya sampai tetangga yang menginginkannya menjadi keluarganya.
Menyedihkan banget si saya tak memiliki cerita menarik seperti beberapa teman single yang lain jadi incaran sepasang mata haram yang terbius pesona, hey tunggu dulu sepasang mata haram yang terbius pesona yang dimiliki bukankanlah itu dosa. Iri sudah pasti untuk ukuran akhwat lajang yang tak kunjung terubah statusnya tetapi bumi tidak akan retak. Tapi apakah itu menjadi penting ketika sang penentu takdir tak dilibatkan untuk bernegoisasi, ketika menghadirkan Allah dalam fikiran bagaikan aroma penghapus pilu. Saya yakin dengan bermodal tidak latah mengadopsi kebudayaan barat dan berusaha menjaga izzah hal tersebut adalah obat penawar termujarab yang pernah ada.
Sebenarnya ada hal menakutkan yang selama ini menghantui saya, ketika nanti sudah menikah akan banyak masalah yang berdatangan tanpa mengentuk pintu. Belum lagi problem dengan pasangan, masalah materi, transisi dari single to double, harus bangun pagi, masak, beres-beres rumah, mengibaratkan diri seperti wewangian di dalam rumah aaahh pokoknya beberapa masalah yang tak mampu untuk difikirkan. Tetapi hidup menyediri itu tidak enak, engga bisa share, engga bisa merasakan menjadi seorang Ibu, tidak akan ada yang membimbing menuju bahagia, tidak ada yang meminjamkan bahu, menyeka air mata dan menggenggam kedua tangan ketika air mata ini tak kunjung berhenti.
Ya Raab sampaikanlah salam rindu ini kepada jodoh hamba yang tak terlacak keberadaannya, redamkanlah hawa nafsu didalam dadanya ketika sedang menggebu, semoga kejahilan hamba selama ini bukan penghalang ketiadaan jodoh yang tertunda.  
Melukis Hari dengan Kata
Tangerang, 16 April 2015

0 komentar:

Posting Komentar

 

Melukis Hari dengan Kata Template by Ipietoon Cute Blog Design