Hari
ini sempat tersentak lewat pertanyaan yang diajukan oleh seseorang yang sangat
saya hormati. Pertanyaan tak jauh-jauh seputar topik yang sering diajukan
kepada wanita yang masih melajang, walaupun terdengar sepele tetapi butuh waktu
dan fikiran untuk menjawab dengan tepat. Dahulu ketika ada beberapa orang yang
mengajukan pertanyaan serupa hanya menganggap angin lalu yang tak perlu
dimasukan kedalam fikiran toh tidak ada yang menekan, memaksa atau menyuruh
cepat-cepat untuk segera membina rumah tangga. Semuanya seperti berpihak dari ortu sampai teman-teman yang
sering mengelilingi saya, bumi akan tetap berputar, matahari tetap bersinar,
bintang dan bulan tetap seperti pelita dalam malam yang gelap langitpun tak
akan runtuh dengan keadaan saya. Tapi ups apakah saya terlalu terbuai atau kah
memang tidak laku.
Mulailah
pertanyaan yang semula hanya sebuah bentuk perhatian dari beberapa pengaju
sampai berubah menjadi sensitive ditambah umur yang semakin menua namun
pendamping tak kunjung tiba, “sudah serahkan saja kepada Allah, Insyallah semua
akan ada jalannya” jawaban singkat terucap dari seorang Ibu yang berusaha
menenangkan anak gadisnya. Jadi teringat beberapa tahun silam ketika kakak masih
berusia 20 tahun orang tua sudah mulai mendapati beberapa pelamar yang
berkunjung ke rumah referensi dari saudara terdekat yang menyamar sebagai mak
comblang, mulailah satu dua kali kami disibukkan dengan peristiwa yang
berulang. Pastinya si, engga banyak yang berkunjung untuk mencari tulang
rusuknya pada saat itu, tetapi paling tidak kakak bisa dinilai laku.
Dua
puluh empat bukanlah usia yang terbilang muda ataupun sebaliknya, pada umumnya
orang-orang beranggapan seorang wanita berusia dua puluh lima tahun belum
menikah adalah hal yang mengejutkan. Perkara jodoh memang rahasia Allah tak ada
satu orang pun yang mampu mematahkan atau menyanggah hal tersebut sudah hak
mutlak yang dimiliki Allah. Tetapi nyesek juga sampai usia dua puluh empat
tahun satu orang pun tak ada yang menunjukkan batang hidungnya, apakah mungkin
karena wajah saya yang teramat standar untuk wajah-wajah harem Arabian pada
umumnya yang saat dipandang bagaikan lukisan alam yang ditorehkan oleh
Allah dan ketika mata-mata haram mencuri
sepotong kecantikannya tak mampu melupakan pesona yang berhasi dicurinya.
Galau
tingkat dewa pun menyerang ketika wanita-wanita single berkumpul pasti akan
terselip diskusi about married timbullah
beberapa pertanyaan yang meluncur dari mulut para single “Target menikah usia
berapa?” itu sudah pertanyaan umum. Wuaaaahhhh
heboh daaahhh kalau sudah masuk Bab ini, satu persatu jawaban beragam keluar
dari mulut mereka. Hasil diskusi dari salah satu teman yang mengakui bahwa
dirinya beberapa kali dijodohkan oleh keluarganya mulai dari ikhwan yang tidak
sengaja tersihir pesonanya sampai tetangga yang menginginkannya menjadi
keluarganya.
Menyedihkan
banget si saya tak memiliki cerita menarik seperti beberapa teman single yang
lain jadi incaran sepasang mata haram yang terbius pesona, hey tunggu dulu
sepasang mata haram yang terbius pesona yang dimiliki bukankanlah itu dosa. Iri
sudah pasti untuk ukuran akhwat lajang yang tak kunjung terubah statusnya
tetapi bumi tidak akan retak. Tapi apakah itu menjadi penting ketika sang
penentu takdir tak dilibatkan untuk bernegoisasi, ketika menghadirkan Allah
dalam fikiran bagaikan aroma penghapus pilu. Saya yakin dengan bermodal tidak
latah mengadopsi kebudayaan barat dan berusaha menjaga izzah hal tersebut
adalah obat penawar termujarab yang pernah ada.
Sebenarnya
ada hal menakutkan yang selama ini menghantui saya, ketika nanti sudah menikah
akan banyak masalah yang berdatangan tanpa mengentuk pintu. Belum lagi problem
dengan pasangan, masalah materi, transisi dari single to double, harus bangun
pagi, masak, beres-beres rumah, mengibaratkan diri seperti wewangian di dalam
rumah aaahh pokoknya beberapa masalah yang tak mampu untuk difikirkan. Tetapi
hidup menyediri itu tidak enak, engga bisa share, engga bisa merasakan menjadi
seorang Ibu, tidak akan ada yang membimbing menuju bahagia, tidak ada yang
meminjamkan bahu, menyeka air mata dan menggenggam kedua tangan ketika air mata
ini tak kunjung berhenti.
Ya
Raab sampaikanlah salam rindu ini kepada jodoh hamba yang tak terlacak keberadaannya,
redamkanlah hawa nafsu didalam dadanya ketika sedang menggebu, semoga kejahilan
hamba selama ini bukan penghalang ketiadaan jodoh yang tertunda.
Melukis
Hari dengan Kata
Tangerang,
16 April 2015
0 komentar:
Posting Komentar