Episode pagi ini diawali dengan memaksakan diri untuk memfullkan semangat
menjadi 100% dihadapan teman-teman kecil, ketika sedang asik menemani mereka
jurnal tiba-tiba ada sesuatu yang mengganjal semacam perasaan sedih yang
menghantui, tak lama kemudian akhirnya terjawab sudah Syahafa khaerunassya
bocah kecil yang dikenal karena sifat periangnya memasuki kelas dengan sendu
dan berjalan gontai. Mungkin ini frekuensi yang terbentuk dari kedekatan
seorang guru dan muridnya, sampai saya dapat merasakan sinyal kemurungan
darinya. Setelah menyimpan tas dan bergabung dengan teman-teman tak lama
butiran air mata menderasi wajah sucinya. “Aku mau pulang, mau bermain sama
adik saja di rumah tapi aku dimarahin harus sekolah” kurang lebih kalimat itu
yang pertama kali meluncur dari bibir mungilnya.
Semuanya bermula semenjak kehadiran adik baru dalam keluarga kecilnya
dengan ikhlas ia harus merubah peran dari tunggal menjadi sulung, sebelum
memiliki adik mungkin anak tersebut selalu dieluh-eluhkan tetapi setelah
kehadiran adik lucu yang selama sembilan bulan dinanti mampu menggeser
perhatian utuh untuknya. Awalnya ga kelihat aura sedih yang selama ini menaungi,
namun semakin berjalannya waktu perasaan itu mulai diungkapkan olehnya dari
mogok sekolah sampai beribu alasan yang dibuatnya agar dapat tetap di rumah,
belajar untuk tetap tenang menghadapinya karena kalau sampai stress auranya
akan terbaca biasanya anak-anak lebih sensitive membaca raut wajah orang dewasa
dihadapanya. Cukup lama awan kesedihan menaunginya, akhirnya selama beberapa
hari berusaha tenang memberikan nasehat untuknya agar bersemangat kembali. Dan
untungnya Caca sendiri tipikal anak yang mudah diajak komunikasi karena faktor
umur yang sudah matang untuk anak seusianya,
Fase pertama pun berhasil dilewati, dan sekarang sedang Caca sedang
mengalami mogok sekolah kembali karena lebih asik bermain di rumah ketimbang di
sekolah. Fase kedua ini bukan tentang jalousnya ia kepada adiknya, tapi karena
malas untuk makan catering sekolah yang menunya selalu menghadirkan sayur sehat
sebagai menu andalan, terjadilah percakapan dipagi hari :
Caca : “Aku mau bermain sama adik saja di rumah
Bu Nailah : “Memangnya kenapa? Apa si yang
membuat Caca tidak mau sekolah?”
Caca : “karena aku harus makan
sayur setiap hari”
Bu Nailah : “Ooooh gitu” (Gubrak kirain ada
masalah apa)
Akhirnya dengan sabar memberikan
pengetahuan kepadanya gunung es dalam hatinya pun mulai mencari. Dengan
kesepakatan boleh mengambil porsi makan siang secukupnya alis berkurang dari
porsi yang kemarin. Disela percakapan kami, saya memberikan informasi bahwa
waktu sekolah kita tinggal 36 hari lagi saya ajak Caca untuk ikut menghitung
lewat kalender, Alhamdulillah bisa meredakan sifat mutung dan air matanya.
Tapi bersyukur dandapati kasus yang seperti ini, jadi menambah
pengetahuan dan mencari formula terbaik untuk menyelesaikan permasalahan yang
terjadi. Karena pengalam itu adalah guru terbaik yang Allah takdirkan.
Melukis Hari
dengan Kata
Tangerang, 15
April 2015
0 komentar:
Posting Komentar