Sabtu, 18 April 2015


Episode pagi ini diawali dengan memaksakan diri untuk memfullkan semangat menjadi 100% dihadapan teman-teman kecil, ketika sedang asik menemani mereka jurnal tiba-tiba ada sesuatu yang mengganjal semacam perasaan sedih yang menghantui, tak lama kemudian akhirnya terjawab sudah Syahafa khaerunassya bocah kecil yang dikenal karena sifat periangnya memasuki kelas dengan sendu dan berjalan gontai. Mungkin ini frekuensi yang terbentuk dari kedekatan seorang guru dan muridnya, sampai saya dapat merasakan sinyal kemurungan darinya. Setelah menyimpan tas dan bergabung dengan teman-teman tak lama butiran air mata menderasi wajah sucinya. “Aku mau pulang, mau bermain sama adik saja di rumah tapi aku dimarahin harus sekolah” kurang lebih kalimat itu yang pertama kali meluncur dari bibir mungilnya.
Semuanya bermula semenjak kehadiran adik baru dalam keluarga kecilnya dengan ikhlas ia harus merubah peran dari tunggal menjadi sulung, sebelum memiliki adik mungkin anak tersebut selalu dieluh-eluhkan tetapi setelah kehadiran adik lucu yang selama sembilan bulan dinanti mampu menggeser perhatian utuh untuknya. Awalnya ga kelihat aura sedih yang selama ini menaungi, namun semakin berjalannya waktu perasaan itu mulai diungkapkan olehnya dari mogok sekolah sampai beribu alasan yang dibuatnya agar dapat tetap di rumah, belajar untuk tetap tenang menghadapinya karena kalau sampai stress auranya akan terbaca biasanya anak-anak lebih sensitive membaca raut wajah orang dewasa dihadapanya. Cukup lama awan kesedihan menaunginya, akhirnya selama beberapa hari berusaha tenang memberikan nasehat untuknya agar bersemangat kembali. Dan untungnya Caca sendiri tipikal anak yang mudah diajak komunikasi karena faktor umur yang sudah matang untuk anak seusianya,
Fase pertama pun berhasil dilewati, dan sekarang sedang Caca sedang mengalami mogok sekolah kembali karena lebih asik bermain di rumah ketimbang di sekolah. Fase kedua ini bukan tentang jalousnya ia kepada adiknya, tapi karena malas untuk makan catering sekolah yang menunya selalu menghadirkan sayur sehat sebagai menu andalan, terjadilah percakapan dipagi hari :
Caca                       :  “Aku mau bermain sama adik saja di rumah 
Bu Nailah             : “Memangnya kenapa? Apa si yang membuat Caca tidak mau sekolah?”
Caca                       : “karena aku harus makan sayur setiap hari”
Bu Nailah             : “Ooooh gitu” (Gubrak kirain ada masalah apa)
                Akhirnya dengan sabar memberikan pengetahuan kepadanya gunung es dalam hatinya pun mulai mencari. Dengan kesepakatan boleh mengambil porsi makan siang secukupnya alis berkurang dari porsi yang kemarin. Disela percakapan kami, saya memberikan informasi bahwa waktu sekolah kita tinggal 36 hari lagi saya ajak Caca untuk ikut menghitung lewat kalender, Alhamdulillah bisa meredakan sifat mutung dan air matanya.  
Tapi bersyukur dandapati kasus yang seperti ini, jadi menambah pengetahuan dan mencari formula terbaik untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi. Karena pengalam itu adalah guru terbaik yang Allah takdirkan.
Melukis Hari dengan Kata
Tangerang, 15 April 2015


0 komentar:

Posting Komentar

 

Melukis Hari dengan Kata Template by Ipietoon Cute Blog Design