Mengawali tulisan hari ini saya akan
membukanya lewat mimpi yang saya alami
tadi malam karena kata salah satu penulis senior di Indonesia untuk
menjembatani menjadi penulis pemula agar aktif dan eksis dalam dunia kepenulisan
ia harus belajar untuk mengkir mimpi mereka lewat tulisan. Dan saya pun
tertarik untuk mengikuti jejaknya. Mungkin tidak sedikitpun mimpi yang saya
alami tadi malam asik dan nikmat
dijadikan bahan bacaan tapi setidaknya saya hanya ingin membuktikan kepada
Allah bahwa dalam bidang ini saya cukup serius.
Mimpi saya berawal dari sebuah
sindrom headline yang sebelum tidur sempat saya baca, dan tanpa sengaja terekam
di limbic dan terealisasikan dalam alam bawah sadar. Kebetulan sebelum tidur
sempat membaca dan melihat gambar yang cukup menarik tetapi tidak memutuskan
untuk membacanya. Lewat mimpi itu jadi teringat masa-masa dua tahun silam waktu
masih aktif sana-sini mengurusi urusan dakwah, sampai segala hal yang saya
punya rela dikorbankan untuk mensuksesknya apa yang menjadi fokus saya beberapa
tahun silam. Image dakwah tidak jauh-jauh dari jilbab besar, agenda rutin, demo
sana-sini dan pastinya pencapaian tersebar untuk merauk masa terbanyak agar
sama-sama menjadi seseorang yang mengerti titah Tuhanya. Bagi saya dakwah
adalah segalanya saya rela memadati semua waktu luang hanya untuk syuro syuro
dan syuro tanpa kenal lelah dan kata puas, karena dengan berorganisasi jadi
menambah intuisi dalam bekarya, mainset yang semakin lebih baik, hidup tanpa
kompromi, wajah-wajah baru, harapan baru dan tentunya semangat baru.
Tetapi hari ini dakwah tidak seperti
kemarin atau masa lalu, image dakwah sudah tidak seperti yang saya kenal dahulu
, kadang sang kader tidak mengerti betul batasan-batasan apa saya yang boleh
mereka lakukan dengan lawan jenis, sempat beberapa kali memergoki dan merasakan
kurangnya batasan, bahan obrolan, kongko-kongko yang semuanya dilakukan dengan
seenaknya segala hal diterobos karena kurangnya pengetahuan dan minimnya
kesadaran. Yang sempat saya amati mengapa kita yang sudah di cover menjadi
seperti orang-orang yang tidak paham betul batasan haram – halal. Kenapa harus
sama disaat semuanya sudah saling mengerti dan mengetahui, akhirnya saya
menarik kesimpulan banyak lawan jenis yang tidak menyadari hal tersebut maka
akan terlihat seperti orang yang sedang berkhalawat. Yang suka membuat mengelus
dada adalah kadang antara mereka masih suka menggunjing saudara sendiri memang
tidak sefikroh tetapi mengapa selalu timbul perbedaan disaat semuanya dapat
dijalankan dengan bersatu padu.
Lewat kekesalan yang memuncak saya
memutuskan untuk pergi jauh dari mereka dan mencari sarana dakwah yang berbeda,
karena banyak hal yang dapat dilakukan untuk dakwah salah satunya lewat
tulisan. Semoga langkah yang saya ambil ini tidak salah karena semata-mata untuk meminimalisir dosa, saya tidak membeci
ataupun menyalahkan mereka kita semua punya jalan masing-masing untuk meraih
surga Allah, membina itu memang besar pahalanya tetapi saya tidak mau menempuh
jalan tersebut, karena berdakwah lewat jalan lain yangj jelas halal itu
bukanlah suatu hal yang salah. Semoga suatu saat nanti kita dapat tersenyum
dijalan yang sama dan bangga atas pencapaian kerja keras kita dapat
terealisasikan.
Cerita hari ini tidak hanya tentang
kehidupan alam bawah sadar saya, tetapi juga tentang skenario yang saya alami
dalam dunia nyata. Pagi ini dibuat berbunga-bunga dengan hadiah manis yang
diberikan Naila, satu buah bucket bunga buatan yang diberikannya kepada saya
dengan tersenyum manis pesan cinta yang terselip lewat lipatan-lipatan kertas
yang disulap menjadi bunga mengantarkan cinta yang hakiki dan dapat saya
rasakan. Getaran cinta yang disampaikannya membuat saya bangga ikut andil dalam
proses pendewasaan Naila dan teman-teman yang lainnya, walaupun hari ini hanya
lima anak saja yang masuk tetapi atmosfir ukhuwah kami sangat terasa nikmatnya.
Inilah bonus yang saya dapatkan dengan menjadi seorang tenaga pendidik dicinta
banyak peserta didik menghasilkan kekuatan tersendiri dalam menghantarkan mereka
pada pintu kesuksesan, setiap hari hanya atmosfir cinta dan ukhuwah sesama
muslim yang dapat dirasakan, dan betapa nikmatnya menjadi seorang guru yang
selalu dinantikan kehadirannya oleh teman-teman kecil. Ketika sudah bertemu dan
tatap muka hanya mengeluarkan syair-syair rindu kepada sesama.
Hari ini kami juga sempat memabahas
mimpi besar teman-teman kecil dalam masa depan. Huuuufffffft rempong kalau
sudah masuk pada bab ini karena tidak salah satupun dari mereka mau berempati
dengan temannya untuk dapat diam sejenak mendengarkan mimpi yang akan mereka
jalankan. Akhirnya semua berebut untuk bicara tentang mimpi masing-masing.
1. Dzaki
: Pemadan kebakaran
2. Jason : Polisi
3. Keisha : Dokter
gigi
4. Istvan : Dokter
hewan
5. Nabila : Dokter
6. Naila : Dokter kandungan
7. Nasya : Dokter
gigi
8. Bita : Guru
9. Viqo : Pemain bola
10. Zhafirah : Guru
Itulah
mimpi-mimpi mereka, rata-rata dari mereka ingin menjadi seorang dokter, hehehe
cita-cita yang tidak pernah lekang dimakan zaman karena seingat saya ketika
masih kecil cita-cita saya dan teman-teman juga ingin menjadi seorang dokter.
Semoga mereka dapat merealisasikan impian yang menjadi semangat hidup mereka,
jadi ingat tentang sebuah lagu yang dinyanyikan musis Indonesia yang memiliki
syair sangat indah.
Mimpi
adalah kunci untuk kita menaklukan dunia
Berlarilah
tanpa lelah agar engakau meraihnya
Bebaskan
mimpimu diangkasa
Warnai
bintang jiwa
Berlarilah
dan terus tertawa walau dunia tak seindah surga
Bersyukurlah
pada yang kuasa cinta diduan selama…..
Tetapi tidak semuanya hari ini diisi
dengan pelangi indah, ketika sentra sempat mendapati salah satu teman yang
menangis karena persepsi yang sedang miss. Cukup lama saya membujuknya untuk
segera melupakan keluh kesahnya berbagai cara dipatahkan dan terasa seperti
tidak berguna untuk menghadapi air mata yang terus membahasi wajah polosnya.
Nama anak tersebut adalah Adillah bocah manis nan pintar yang kurang
mendapatkan sentuhan dari orang tuanya, karena sudah putus asa menghadapi
tingkahnya hanya dapat memeluk dan mengelus bagain kepala sampai tulang ekor
anak tersebut diam tak berkutik seperti sedang merasakan belaian seorang Ibu
yang selama ini dirindukannya. Subhanallah efek dari minimnya ilmu untuk
mengasuh anak yang terserang dalam sendi-sendir pemahaman seorang Ibu pada saat
ini membuat anak-anak mereka mengalami masa yang disebut menyedihkan, dari
beberapa orang yang saya temui ketika sedang membahas tentang pendidikan anak
adalah tentang sentuhan seorang Ibu kepada anakanya dapat membuat mereka percaya
diri, kuat, mandiri dan memiliki sifat-sifat terpuji lainnya.
Semoga
ketika dimasa depan saya dapat menjadi seorang Ibu yang full serfis kepada
semua anak-anak saya, karena Ibu adalah sekolah pertama dari mereka dan jangan
bangga ketika mendapati guru dari anak kita yang dapat menaklukkannya, justru
sebaliknya kita harus sedih dan menangis histeris ketika anak kita tak
seciulpun didengarkan perkataannya. Karena sesungguhnya seorang Ibu haruslah
menjadi orang pertama menjadi tempat keluh kesah putri maupun putra mereka.
Jadi
belajar tenang kasus Adilla hari ini jadilah Ibu yang dapat melebihi superman,
hulk, kapten Amerika dan banyak lagi pahlawan super karangan manusia, banggalah
ketika kita dapat menjadi seperti Mariyam, Fatimah, Khadijah, Fatonah yang mampu
menjadi orang dibalik layar kesuksesan buah hati kita dimasa depan. Karena Ibu
segalanya bagi mereka, tanpa mereka kita tidak akan menjadi Ibu yang dinilai
dan tanpa kita mereka akan menjadi seorang anak yang tidak menemukan kompas
kehidupan.
Melukis Hari
dengan Kata
Tangerang, 21 April
2015
0 komentar:
Posting Komentar