Senin, 12 Agustus 2013

Andaikan Ramadhan dapat Ku Penjara


Rasanya belum kering air mata ini karna merasakan haru yang amat sangat senang dengan kedatangan mu, namun kini ku harus dengan terpaksa menyeka air mata ku karna kau sudah meninggalkan ku seorang diri lagi ya seorang diri menunggu kehadiranmu kembali seperti seorang perawan menunggu pujaan hatinya, namun ku harus tegar menerima kenyataan ini karna kepergian mu yang mampu mengosongkan hari-hari ku yang panjang ini. Masih misteri bagi ku apakah kita ditakdirkan kembali untuk bercengkraman, menuai cinta dan merenda kasih bersama seperti yang sudah-sudah. Ikhlas dan tegar ku harus menerima ini semua karna ku tak diizinkan untuk egois seorang diri dalam hal ini. Pernah suatu hari aku melihat banyak orang yang lebih mencintai mu dengan amat besar, bagaikan disayat-sayat dengan sebuah silet jangan ditanya pasti rasanya sakit sekali hati ini, iri, haru namun ku coba untuk menengok dalam hati apakah cintaku pada mu sudah sebesar cinta mereka terhadamu?
Belum banyak action yang ku lakukan untuk mendapatkan cinta mu, belum banyak kalam illahi yang bisa dijadikan saksi atas cintaku padamu, belum banyak lembaran rupiah yang kukeluarkan, bahkan belum banyak amalan-amalan yang bermanfaat yang aku korbankan untuk sesama. Ini sulit amat sulit bagiku untuk menerima kenyataan bahwa kau sudah pergi jauh meninggalkan ku seorang diri,  ku ingin berlari dengan kencang untuk dapat mengejarmu namun semakin ku berlari semakin kencang dan jauh pula kau pergih dari arahku, kuingin mendekap mu atau ku ingin mengurung mu didalam jeruji besi agar kau tak dapat meninggalkan ku namun itu semua hanyalah khayalan ku belaka yang pastinya tidak akan bisa terlaksana mission imposible ku ini.
Layaknya seperti Rasulullah SAW yang selalu mengencangkan tali pinggangnya acapkali kau datang, Rasul membuktikannya dengan qiyam yang sempurna tiap malamnya, lahapan ayat yang tak dapat dihitung dengan logika manusia, amalan-amalan yang maha dahsyat, yang mampu mengeluarkan bukti nyata berupa butiran-butiran yang dapat membanjiri wajahnya dan membuat kuyub gamis, imamah, dan sajadah yang dipakainya untuk sekedar dapat menunjukan cintanya pada mu, tak mau kalah dengan sahabatnya, Utsman bin Affan yang dapat melahap ribuan ayat dalam Al-qur’an bahkan katanya beliau mampu khatam setiap  harinya sebanyak 20 kali itu bukti cinta Utsman bin Affan kepadamu. Namun cintaku padamu menjadi semaki terlihat kecil kecil kecil bahkan amat kecil sekali mungkin lebih besar debu yang tak terlihat jika dibandingkan dengan rasa cintaku ini
Dalam benakku terdapat tanda tanya yang menghantui ku selama ini, apakah benar cintaku padamu tidak di unsurkan karna ku terlena dengan semaraknya stasiun-stasiun tv menyabut mu, apakah karna aku terlena denga lezatnya santapan makanan yang dapat dengan mudah ku nikmati, atau apa karna ku terlalu menikmati dengan banjirnya pundi-pundi rupiah yang dapat menyesakkan saku dan dompet ku, apakah semua itu yang sudah  membuatku terlena sampai aku tak rela untuk melepaskan kepergian mu?
Bukan karna ku mau lebih banyak lagi memburu pahala yang di obral habis-habisan seperti pakaian yang ada di dalam box-box mall yang ku singgahi, qiyam yang sampai membuat kaki ini lelah dan tak mampu berdiri lagi, melahap ribuan, miliaran bahkan triliunan ayat-ayat Allah yang akhirnya membuat suara ini habis karna terlalu banyak membaca kalam illahi, mengeluarkan kocek pribadi untuk memberikan santapan kepada sesama untuk berbuka setiap harinya, merayu Allah habis-habisan untuk meringankan beban yang amat berat di punduk para mujahid dan mujahidah di Mesir, Palestina, Myanmar, Suriah dan negara lain yang sedang terjajah saat ini, sekali lagi ku tengok kembali hati ini bertanya dengan pertanyaan yang masih sama sudah banyak kah diri ini berkorban dalam bulan pernuh berkah itu?
 Kalau dengan butiran air mata dapat menebus dan mengembalikan kembali hari-hari dimana ku dapat menikmati Ramadhan dan beribadah seperti Ramadhan terakhirku, yang setiap detiknya diisi dengan hal-hal yang bermanfaat , setiap langkah mengantar kepada jalan-jalan yang diridhoi sang penghuni langit ke tujuh, kalimat yang keluar dari lisan adalah kalimat yang menyejukkan hati sendiri dan orang lain, pandangan yang selalu terjaga yang dapat menyelimuti diri dari siksaan kobaran maha dahsyat yang mampu melahap kenikmatan, mampu menyembunyikan si tangan kiri dari sedekah-sedekah yang dikeluarkan sampai berujung kepada hati yang dapat berubah warna kelam menjadi suci sesuci hatinya seorang bayi kecil yang baru lahir.
Namun ku juga harus menjalani hari-hari berikutnya yang memang sudah menunggu di depan mata dan mungkin nanti tidak akan ada waktu untuk sekedar meratapi kesedihan yang amat dahsyat tentang bulan Ramadhan yang sudah berlalu, akhirnya dapat ku simpulkan sendiri bahwa Ramadhan adalah bulan yang diberikan oleh Allah untuk para umatnya berupa bonus yang dapat dinikmati oleh siapapun yang ingin meminangnya karena Allah amat mencintai semua umatNya Allah berusaha untuk memberikan pelayanan yang amat sempurna dalam bulan ini, yang sudah dengan susah payah umatNya melewati ujian-ujian yang menjadi teman hidup selama sebelas bulan ini. Letak ujiannya bukanlah di bulan Ramadhan tetapi di sebelas bulan yang sudah siap menanti kita semua seperti diibaratkan layaknya seekor binatang buas yang sedang kelaparan dan ingin memangsa musuh yang diintainya, apakah kita akan mampu, siap dan tegar untuk menjalani ujian-ujian yang nantinya akan singgah seperti efek domino yang mungkin nanti setiap ujian yang singgah dalam hidup kita dapat membuat kita menangis, merana, bahkan menderita segala ujuan itu harus kita tebus dengan pengorbanan. Mengintip dari catatan seorang teman seperjuangan barang siapa beribadah karena bulan Ramadhan maka Ramadhan akan berlalu namun barang siapa beribadah karena Allah sungguh Allah itu kekal. Sempat tersentak sekali membaca dan meresapi kalimat tersebut namun menjadi sadar dan tercambuk untuk dapat membuktikan bahwa kita pasti dapat dengan tegar meninggalkan Ramadhan dan menjalankan bulan-bulan yang lainnya dengan diisi ibadah yang lebih dahsyat dari bulan Ramadhan. Menjadikan keitiqomahan sebagai bumbu magig dalam beribadah sampai nanti jika diizinkan kembali oleh Allah nyawa ini masih bersemayam didalam jasan yang sangat fakir dalam ilmu Allah untuk masih tetap istiqomah dengan amalan yang dikerjakan sampai berjumpa kembali dengan Ramadhan tahun depan. Bahkan harus ditambah lagi agar frekuensi amal menjadi semakin menggunung.

Nailah Alkherid J

0 komentar:

Posting Komentar

 

Melukis Hari dengan Kata Template by Ipietoon Cute Blog Design