Rasanya belum kering
air mata ini karna merasakan haru yang amat sangat senang dengan kedatangan mu,
namun kini ku harus dengan terpaksa menyeka air mata ku karna kau sudah meninggalkan
ku seorang diri lagi ya seorang diri menunggu kehadiranmu kembali seperti
seorang perawan menunggu pujaan hatinya, namun ku harus tegar menerima kenyataan
ini karna kepergian mu yang mampu mengosongkan hari-hari ku yang panjang ini. Masih
misteri bagi ku apakah kita ditakdirkan kembali untuk bercengkraman, menuai
cinta dan merenda kasih bersama seperti yang sudah-sudah. Ikhlas dan tegar ku
harus menerima ini semua karna ku tak diizinkan untuk egois seorang diri dalam
hal ini. Pernah suatu hari aku melihat banyak orang yang lebih mencintai mu
dengan amat besar, bagaikan disayat-sayat dengan sebuah silet jangan ditanya
pasti rasanya sakit sekali hati ini, iri, haru namun ku coba untuk menengok
dalam hati apakah cintaku pada mu sudah sebesar cinta mereka terhadamu?
Belum banyak action
yang ku lakukan untuk mendapatkan cinta mu, belum banyak kalam illahi yang bisa
dijadikan saksi atas cintaku padamu, belum banyak lembaran rupiah yang
kukeluarkan, bahkan belum banyak amalan-amalan yang bermanfaat yang aku
korbankan untuk sesama. Ini sulit amat sulit bagiku untuk menerima kenyataan
bahwa kau sudah pergi jauh meninggalkan ku seorang diri, ku ingin berlari dengan kencang untuk dapat
mengejarmu namun semakin ku berlari semakin kencang dan jauh pula kau pergih
dari arahku, kuingin mendekap mu atau ku ingin mengurung mu didalam jeruji besi
agar kau tak dapat meninggalkan ku namun itu semua hanyalah khayalan ku belaka
yang pastinya tidak akan bisa terlaksana mission
imposible ku ini.
Layaknya seperti Rasulullah
SAW yang selalu mengencangkan tali pinggangnya acapkali kau datang, Rasul
membuktikannya dengan qiyam yang sempurna tiap malamnya, lahapan ayat yang tak
dapat dihitung dengan logika manusia, amalan-amalan yang maha dahsyat, yang
mampu mengeluarkan bukti nyata berupa butiran-butiran yang dapat membanjiri
wajahnya dan membuat kuyub gamis, imamah, dan sajadah yang dipakainya untuk sekedar
dapat menunjukan cintanya pada mu, tak mau kalah dengan sahabatnya, Utsman bin
Affan yang dapat melahap ribuan ayat dalam Al-qur’an bahkan katanya beliau mampu
khatam setiap harinya sebanyak 20 kali itu
bukti cinta Utsman bin Affan kepadamu. Namun cintaku padamu menjadi semaki
terlihat kecil kecil kecil bahkan amat kecil sekali mungkin lebih besar debu
yang tak terlihat jika dibandingkan dengan rasa cintaku ini
Dalam benakku terdapat
tanda tanya yang menghantui ku selama ini, apakah benar cintaku padamu tidak di
unsurkan karna ku terlena dengan semaraknya stasiun-stasiun tv menyabut mu,
apakah karna aku terlena denga lezatnya santapan makanan yang dapat dengan mudah
ku nikmati, atau apa karna ku terlalu menikmati dengan banjirnya pundi-pundi
rupiah yang dapat menyesakkan saku dan dompet ku, apakah semua itu yang
sudah membuatku terlena sampai aku tak
rela untuk melepaskan kepergian mu?
Bukan karna ku mau lebih
banyak lagi memburu pahala yang di obral habis-habisan seperti pakaian yang ada
di dalam box-box mall yang ku singgahi, qiyam yang sampai membuat kaki ini
lelah dan tak mampu berdiri lagi, melahap ribuan, miliaran bahkan triliunan
ayat-ayat Allah yang akhirnya membuat suara ini habis karna terlalu banyak
membaca kalam illahi, mengeluarkan kocek pribadi untuk memberikan santapan
kepada sesama untuk berbuka setiap harinya, merayu Allah habis-habisan untuk
meringankan beban yang amat berat di punduk para mujahid dan mujahidah di
Mesir, Palestina, Myanmar, Suriah dan negara lain yang sedang terjajah saat
ini, sekali lagi ku tengok kembali hati ini bertanya dengan pertanyaan yang
masih sama sudah banyak kah diri ini berkorban dalam bulan pernuh berkah itu?
Kalau dengan butiran air mata dapat menebus
dan mengembalikan kembali hari-hari dimana ku dapat menikmati Ramadhan dan beribadah
seperti Ramadhan terakhirku, yang setiap detiknya diisi dengan hal-hal yang
bermanfaat , setiap langkah mengantar kepada jalan-jalan yang diridhoi sang
penghuni langit ke tujuh, kalimat yang keluar dari lisan adalah kalimat yang
menyejukkan hati sendiri dan orang lain, pandangan yang selalu terjaga yang
dapat menyelimuti diri dari siksaan kobaran maha dahsyat yang mampu melahap
kenikmatan, mampu menyembunyikan si tangan kiri dari sedekah-sedekah yang
dikeluarkan sampai berujung kepada hati yang dapat berubah warna kelam menjadi
suci sesuci hatinya seorang bayi kecil yang baru lahir.
Namun ku juga harus
menjalani hari-hari berikutnya yang memang sudah menunggu di depan mata dan
mungkin nanti tidak akan ada waktu untuk sekedar meratapi kesedihan yang amat
dahsyat tentang bulan Ramadhan yang sudah berlalu, akhirnya dapat ku simpulkan
sendiri bahwa Ramadhan adalah bulan yang diberikan oleh Allah untuk para
umatnya berupa bonus yang dapat dinikmati oleh siapapun yang ingin meminangnya
karena Allah amat mencintai semua umatNya Allah berusaha untuk memberikan
pelayanan yang amat sempurna dalam bulan ini, yang sudah dengan susah payah
umatNya melewati ujian-ujian yang menjadi teman hidup selama sebelas bulan ini.
Letak ujiannya bukanlah di bulan Ramadhan tetapi di sebelas bulan yang sudah
siap menanti kita semua seperti diibaratkan layaknya seekor binatang buas yang
sedang kelaparan dan ingin memangsa musuh yang diintainya, apakah kita akan
mampu, siap dan tegar untuk menjalani ujian-ujian yang nantinya akan singgah
seperti efek domino yang mungkin nanti setiap ujian yang singgah dalam hidup
kita dapat membuat kita menangis, merana, bahkan menderita segala ujuan itu harus
kita tebus dengan pengorbanan. Mengintip dari catatan seorang teman
seperjuangan barang siapa beribadah karena bulan Ramadhan maka Ramadhan akan
berlalu namun barang siapa beribadah karena Allah sungguh Allah itu kekal.
Sempat tersentak sekali membaca dan meresapi kalimat tersebut namun menjadi
sadar dan tercambuk untuk dapat membuktikan bahwa kita pasti dapat dengan tegar
meninggalkan Ramadhan dan menjalankan bulan-bulan yang lainnya dengan diisi
ibadah yang lebih dahsyat dari bulan Ramadhan. Menjadikan keitiqomahan sebagai
bumbu magig dalam beribadah sampai nanti jika diizinkan kembali oleh Allah
nyawa ini masih bersemayam didalam jasan yang sangat fakir dalam ilmu Allah
untuk masih tetap istiqomah dengan amalan yang dikerjakan sampai berjumpa
kembali dengan Ramadhan tahun depan. Bahkan harus ditambah lagi agar frekuensi
amal menjadi semakin menggunung.
Nailah Alkherid J
0 komentar:
Posting Komentar