Ku banting tubuh langsing ku ini di atas
kasur empuk yang dapat melambungkan semua impian ku setiap malam, rasanya tidak
habis fikir dengan kejadian sore ini seakan jantungku akan copot, namun semua
ini sudah terjadi dan ku tak bisa mengembalikan kembali rasa penyesalan ku yang
sudah terjad. Ku tak bisa menghindari semua serangan kata dari Adit. Seakan aku
paksa memori otak ku ini untuk dapat mengulang kembali kejadian tadi sore
“Aku
engga akan basa-basi lagi, jelas kamu sendiri yang sudah merusak rasa kepercayaan ku sama kamu”
Sergah Adit membuka percakapan, kami duduk
berhadapan hanya meja bundar di depan kami yang memisahkan antara tempat duduk
kami.
“kamu ngomong apa si aku engga ngerti?, sudah satu
minggu ini kita engga bertemu, dan tiba-tiba kamu marah-marah sama aku”
Aku berusaha untuk mengalihkan
pertengkaran saat itu, sebenarnya Aku sudah bisa menebak Adit sudah mengetahui
perselingkuhan ku dengan Gaga teman satu kantor kami.
“Alah
kamu engga usah bersandiwara lagi, kamu tuh sudah tertangkan basah”
Aku tau lambat laun Adit akan menghujat
Aku dengan penghianatan yang aku rancang sendiri, namun rasanya dada ini
berdegup kencang seperti ada sesuatu yang memaksa untuk keluar seakan mau
merobek lapisan tulang daging dan kulit ku ini, ketika Adit mengatakan Aka
merusak hubungan asmara yang sudah kami jaga selama lima tahun belakangan ini.
“Ok aku akuin aku memang selingkuh
dengan Gaga, dan asal kamu tau juga Dit, Gaga itu memiliki banyak kelebihan
dari pada kamu”
Sergah aku membela
diri, karna aku rasa Adit juga harus tau ini. Terlihat senyuman kecut di wajah
Adit ketika aku mengakui hubungan gelap ini, namun wajah Adit seketika berubah masam
ketika aku bilang bahwa Gaga lebih darinya di mata ku, raut wajah itu sekan
mewakili kalau Adit tidak terima dengan apa yang ku katakan.
“Aku
rasa kamu akan lebih memilih kekasih gelap kamu itu dibandingkan dengan Aku”
Sindir Adit
mengebu-gebu tidak mau kalah, tanpa memperdulikan seorang waitters yang mengantarkan amiricano minuman favorit kami setiap
kali kami singgah ke kefe ini.
“Aku
tau Dit kamu akan terluka dengan langkah yang aku pilih ini”
Adit berusaha mencerna
setiap kata yang keluar dari mulut ku, seakan sedang berfikir kata apa lagi
yang akan di keluarkannya untuk menghujaniku setelah aku menutup bibi ini
“kalau
kamu memang memikirkan perasaan ku, kamu engga akan selingkuh, secara tidak
langsung kamu memang menginginkan cinta dari orang lain selain aku”
Cibir
Adit tanpa memperdulikan perasaan ku ini. Setiap kata yang keluar dari mulut
Adit mampu menghancurkan hati ku berkeping-keping seakan kata-katanya setajam
pisau yang baru di asah.
“kamu tau Dit kenapa sampai akhirnya aku mengemis
cinta dari orang lain?”
Tanya ku datar kepada Adit, tanpa terasa
butiran hangat secara perlahan membasahi wajah ku ini, Adit hanya diam seakan
dia tetap konsisten dengan pernyataannya bahwa aku lah pemeran utama dari
kerusakan hubungan ini.
“karna kamu lebih sibuk dengan dunia kamu sendiri
Dit, kamu berusaha untuk mendapatkan posisi terbaik di perusahaan”
Cecar aku menggebu-gebu, tanpak terlihat
jelas lipatan di keningnya, seakan menyimpan tanya
“Dan
kamu terlalu ambisius untuk kenaikan posisi kamu, sekan-akan kamu lupa kalau
sebenarnya Aku itu selalu menunggu waktu dimana kamu seperti dulu selalu
memperhatikan aku”
Lanjutku dengan deraian air mata yang
sudah membanjiri wajahku ini. Memang semua yang dikatakan oleh Adit 100% benar
namun aku merasa tidak adil jika hanya aku yang di nobatkan sebagai dalang
rusaknya hungan kami.
“seharusnya kamu tau kalau sebenarnya aku seperti
ini ya untuk merancang masa depan kita yang lebih baik”
Jawab Adit sewot, seakan tidak mau
disalahkan
“Aku
rasa semua wanita akan melakukan hal yang sama ketika mereke berada di posisiku
Dit”
Aku masih terus memberikan argumen yang
dapat menyelamatkan aku dari posisi ini, jelas semua wanita akan membela
dirinya ketika mereka berada di dalam posisi ku ini
“dan
asal kamu tau aku engga akan mengemis permintaan maaf dari kamu, dan aku juga
tidak akan memaksa kamu untuk memaafkan aku agar hubungan kita kembali normal,
kalau memang hubungan kita harus berakhir mungkin ini sudah takdir tanpa bukan
kuasa kita untuk menghindarinya”
Jawabku pasrah, malam ini kami
memutuskan untuk mengakhiri hubungan ini karna kami masih tetap saja mementingkan
ego kami tanpa mau ada yang mengalah dalam permasalah ini.
Tiba-tiba deringan handphone memecahkan
lamunan ku tanpa terasa tiga puluh menit berlalu dan dapat melambungkan fikiran
ku untuk mengingat kejadian sore ini. langsung ku lihat nama siapa yang tertera
di handphone ku itu, terbelalak mata ku melihat Gaga nama yang terlihat jelas
di handphone ku ini. ohhh no jangan sekarang Gaga bisikku dalam hati cukup Adit
saja yang membuat perasaan ku seperti gado-gado hari ini.
0 komentar:
Posting Komentar